Rabu 13 Apr 2016 14:00 WIB

Buku Cerita Anak Asli Indonesia Minim

Red:

DENPASAR — Menyebarkan virus membaca kepada anak tidak sulit, cukup melalui buku. Di negara ini, yang sulit itu adalah memilih buku cerita asli Indonesia yang benar dan sesuai jenjang usia anak. "Kami kesulitan mencari buku cerita anak yang asli Indonesia. Jika buku terjemahan asing, itu banyak," kata pendiri dan pimpinan komunitas Reading Bugs, Roosie Setiawan, kepada Republika, Selasa (12/4).

Buku cerita sebagai media belajar untuk anak usia dini masih kurang. Padahal, kata Roosie, kemampuan literasi anak usia dini bergantung pada cerita. Buku-buku cerita anak dengan konten lokal akan membuat anak-anak Indonesia menjadi nasionalis dan bangga akan budaya bangsanya.

Lebih dari 95 persen masyarakat Indonesia sudah melek aksara. Sisa angka buta aksara di Indonesia mencapai 3,75 persen atau sekitar 5,9 juta jiwa per 2015. Sayangnya, angka melek huruf itu belum selaras dengan angka literasi di Indonesia. United Nations Development Programs (UNDP) memperkirakan hanya satu per seribu orang di Indonesia yang minat membaca.

Komunitas Reading Bugs bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini tengah menyusun pedoman memilih buku yang baik untuk anak. Orang tua misalnya disosialisasikan besarnya manfaat dari membacakan cerita atau mendongeng untuk si buah hati. Mendongeng ternyata bisa membentuk kepribadian anak.

Orang tua bisa menanamkan nilai-nilai positif untuk anak-anaknya tanpa menggurui.  Anak akan terlatih dalam hal kemampuan fonetiknya, penguasaan kosakata, alfabet, sadar materi cetak, mampu menceritakan kembali, hingga akhirnya terinspirasi untuk belajar membaca sendiri. Dalam hal ini, orang tua adalah pendongeng utama bagi anak.

Kemendikbud menggalakkan Gerakan Literasi Nasional mulai 2016. Komunitas Reading Bugs sendiri khusus tahun ini menargetkan 11 kota untuk program "Membaca Nyaring" atau Read Loud. Sasarannya adalah lima ribu guru di 11 kota, di antaranya Jakarta (2.700 guru), Bekasi (200), Tangerang (200), Palembang (150), Bali (150), Surabaya (300), Bogor (200), dan Bandung (200).

Pemimpin Gerakan Bali Membaca, Ni Putu Suaryani, menambahkan, penanaman budi pekerti melalui aktivitas membaca sangat penting bagi anak. Gerakan Bali Membaca yang digagas di Pulau Dewata sejak 2014 ini telah berkembang di enam kabupaten dan kota dan telah menjadi gerakan nasional. "Kita perlu melingkari anak-anak dengan mencerdaskan mereka melalui bacaan-bacaan nan informatif," kata Ani.   rep: Mutia Ramadhani, ed: Andri Saubani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement