Ahad 26 Apr 2015 13:38 WIB

Ribuan Suku Badui Jalani Seba Gede

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Sejak Jumat (24/4), sekitar 2.000 orang suku Badui Dalam dan Luar melakukan tradisi tahunan Seba Badui. Tradisi Seba Badui merupakan tradisi suku Badui untuk memberikan hasil bumi, menyampaikan keluhan, dan memberi masukan kepada pimpinan tertinggi di provinsi yang kini dipimpin Rano Karno, Banten.

"Kalau zaman dulu (zaman penjajahan dan kerajaan), Keresidenan Banten kanada di Serang, makanya kita silaturahim ke sana ketemu pimpinan," kata Jaro (kepala desa) suku Badui Luar, Daina, di Kabupaten Lebak, Sabtu (25/4).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahun ini, suku Badui melaksanakan Seba Gede (besar) yang dilakukan setiap dua tahun sekali. Sedangkan, pada 2014 merupakan tradisi Seba Leutik (kecil). "Yang membedakan, saat Seba Gede membawa alat dapur, sedangkan Seba Leutik hanya membawa hasil bumi," ujar Asep, salah tokoh masyarakat Badui Luar di Pendopo Lama Gubernur Banten. Hasil bumi dan peralatan dapur itu diserahkan kepada pimpinan tertinggi di provinsi.

"Ada pembicaraan, menyampaikan keluhan-keluhan sama masukan kakolot (orang tua) suku Badui ke Abah Gede," kata Jaro Daina. Rano Karno sebagai pemimpin tertinggi di Banten disebut sebagai Abah Gede (bapak besar) karena laki-laki.

Ada 73 orang Badui Dalam dan totalnya ada 1.957 orang seluruh suku Badui yang mengikuti acara ini. Seba, jelas Asep, hanya boleh dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 10 tahun baru menurut penanggalan Badui.

Hasil bumi yang dibawa berupa beras ketan, beras biasa, pisang, gula aren, sirih, sayuran, dan berbagai macam hasil bumi lainnya. Hasil bumi itu diangkut menggunakan mobil pikap bagi suku Badui Luar. Sedang kan, suku Badui Dalam membawanya dengan berjalan kaki melewati sawah, sungai, dan hutan tanpa alas kaki.

Suku Badui Dalam mulai meninggalkan perkampungannya sejak Jumat (24/4) sekitar pukul 05.00 WIB. Di tengah perjalanan, tepatnya di Sungai Cigolear, mereka "menyucikan diri" agar selamat dalam perjalanan.

"Abis makan pagi (sarapan), kita makan `rajah' (makanan yang dibungkus dengan daun talas), menginang yang udah didoakan dulu satu malam sebelumnya biar selamat," kata ketua adat suku Badui Dalam, Ayah Mursid.

Tradisi Seba ini hanya diikuti kaum laki-laki dewasa. Wanita dan anak-anak harus menjaga rumah dan ladang. Berdasarkan data 2010, penduduk Badui Dalam dan Luar berjumlah 11. 172 jiwa. c81, ed: Nina Ch 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement