Jumat 31 Oct 2014 13:00 WIB

Riau Puncaki Kebakaran Lahan

Red:

JAKARTA — Organisasi yang bergerak di bidang lingkungan, Greenpeace, mencatat  sejak 1 Januari hingga akhir Oktober, titik api di Indonesia mencapai 79.443 titik. Kebanyakan titik api tersebut berada di Provinsi Riau.

Kepala Greenpeace Indonesia Longgena Ginting menjelaskan bahwa di Riau terdapat 21.378 titk api dan merupakan terbanyak dari semua daerah di Indonesia. "Karena lahan gambut di sana sudah mengering akibat eksploitasi yang gagal. Makanya, panas sedikit langsung terbakar," katanya, Kamis (30/10).

Ia juga mengungkapkan, kebakaran yang terjadi di Riau 99,9 persen merupakan kesalahan manusia, bisa karena puntung rokok atau sumber api lainnya. "0,1 persen mungkin kesalahan malaikat," kata Longgena sambil bergurau.

Berdasarkan data yang dimiliki Greenpeace, sebanyak 22.314 titik api berada dalam area yang termasuk Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru (PIPPIB) Revisi IV. Dengan rincian 10.872 titik berada di lahan gambut, 11,220 berada di Hutan Konsevasi dan Hutan Lindung serta 222 di Hutan Primer.

Selebihnya, sebanyak 57.129 titik api di luar area PIPPIB Revisi IV. "Pada presiden dan menteri baru kita ini kita semua berharap, semoga bisa terselesaikan dalam jangka waktu satu tahun," ujar Longgena. Data Greenpeace ini, menurutnya, berkesesuaian dengan pantauan badan antariksa AS, NASA.

Selain itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan bahwa titik api di Sumatra meningkat dibandingkan dua pekan silam. Berdasarkan data satelit Terra dan Aqua Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hotspot pada 15 Oktober menunjukkan angka 172, sedangkan pada 29 Oktober pukul 05.00 WIB menjadi 373 titik.

Sejumlah titik api juga terpantau oleh satelit NOAA18 milik AS di kawasan konservasi. Di Cagar Alam Muara Kendawangan, Kalimantan Barat, terpantau satu hotspot, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur, juga tercatat satu hotspot.

Sedangkan di Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah, tercatat dua hotspot, dan Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah,  tercatat empat  hotspot.

Sutopo mengatakan, sesuai data 2006 hingga 2014, pola hotspot di Sumatra dominan terjadi pada pertengahan Juni hingga Oktober. Sedangkan di Kalimantan, pada Agustus hingga Oktober. "Untuk puncak hotspot, terjadi September hingga akhir Oktober sehingga tingkat kebakaran hutan di titik-titik hotspot sangat tinggi dan perlu kewaspadaan dan penanganan kebakaran yang tepat dan cepat," ujarnya. Menurut Sutopo, diperkirakan dalam beberapa pekan ke depan jumlah titik api akan menyusut menyusul mulai turunnya hujan lokal.

***

SEBARAN TITIK API

Riau :  21.378 titik api

Kalimantan Tengah: 10.758 titik api

Kalimantan Barat: 8.637 titik api

Sumatera Selatan: 7.170 titik api

Papua: 4.768 titik ap iNc81/antara ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement