Selasa 26 Aug 2014 14:30 WIB

Diplomasi Sinetron di Timor Leste

Red:

Bukan barang langka, sebuah negara berupaya melepaskan segala hal yang berkonotasi dengan negara-negara yang mereka anggap sebagai bekas penjajah. Negara-negara baru biasanya mencari identitas asli mereka untuk ditegaskan sebagai ciri khas dan pembeda.

Timor Leste bukan pengecualian dari kecenderungan itu. Kendati demikian, soal bahasa, ternyata sebagian warganya masih belum luntur dalam kemampuan berbahasa Indonesia walau tak juga benar-benar lancar.  "Mohon maaf, bahasa Indonesia saya sudah sedikit hilang," kata Carlos, seorang warga Timor Leste setengah baya yang ditemui Republika, di Dili, Senin (25/8).

Carlos menuturkan, kemampuannya berbahasa Indonesia tak ada hubungannya dengan pelajaran di sekolah dari masa lalu yang masih membekas. Ia menegaskan, kebanyakan masyarakat di Timor Leste masih bisa berbahasa Indonesia karena mengikuti jalannya berbagai judul sinetron produksi Indonesia di televisi.

Carlos juga mengaku suka menonton sinetron. Karena itulah, bahasa Indonesianya masih tersisa dalam ingatan dan masih bisa pula diucapkannya meski tersendat. 

Ina, warga Dili lainnya, sedikit lebih fasih dari Carlos. Bahasa Indonesia mengalir lancar dari bibirnya dan perbincangan juga mengalun. Ina terbilang muda untuk dicap fasih berbahasa Indonesia karena sejarah di masa lalu Timor Leste yang pernah menjadi bagian dari Indonesia.

Senada dengan Carlos, "invasi" sinetron asal Indonesia ke Timor Leste yang mengasah kemampuannya berbahasa Indonesia. Ina mengatakan, banyak masyarakat yang mengikuti jalannya berbagai sinetron dari televisi di Indonesia. Mulai sinetron di RCTI, SCTV, Indosiar, hingga Trans TV.  "Karena pakai parabola, kita masih bisa lihat sinetron-sinetron Indonesia. Kita nonton sinetron," katanya, Senin (25/8). 

Di Timor Leste, yang digunakan sebagai bahasa resmi adalah bahasa lokal yang disebut Tetum. Meski begitu, dalam keseharian, yang digunakan juga selain Tetum adalah bahasa Indonesia dan bahasa Portugis.

Tiga mata uang

Tak hanya dalam berbahasa, transaksi ekonomi di Timor Leste tak hanya dibatasi pada satu mata uang. Transaksi utama di Dili kebanyakan menggunakan dolar AS.

Ketika Republika hendak membeli kartu perdana telepon seluler (dari perusahaan jaringan seluler yang masih anak perusahaan jaringan seluler terkemuka di Tanah Air), penjualnya otomatis menagih pembayaran dengan dolar AS. "Harganya 5 dolar," kata si penjual. "Di sini transaksi jual beli pakai dolar AS," kata dia melanjutkan.

Selain dolar AS, warga Timor Leste juga masih menggunakan rupiah. Hanya saja, penggunaannya lebih terbatas, misalnya di perbatasan atau dalam pecahan yang tak terlalu besar. Di Timor Leste, juga beredar mata uang koin centavo yang serupa dengan pecahan sen dalam bilangan mata uang dolar AS.

Timor Leste jadi salah satu negara terakhir yang akan dikunjungi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebelum masa jabatannya berakhir. Pada hari pertama kunjungannya ke Timor Leste, Senin (25/8), Presiden dijadwalkan mendatangi makam warga Timor Leste yang terbunuh pada kejadian Santa Cruz. Di sana, Presiden meletakkan karangan bunga dan memberikan penghormatan.

Presiden juga akan mendatangi Taman Makam Pahlawan Seroja, Dili, untuk menyematkan karangan bunga dan memberikan penghormatan. Di taman makam tersebut, para prajurit TNI yang gugur dalam konflik RI-Timor Leste dikuburkan.

Selepas itu SBY mengunjungi Taman Makam Pahlawan Metinaro.Di lokasi tersebut ,di kuburkan para pahlawan Timor Letse. rep:asthi maharani ed: fitriyan zamzami

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement