Sabtu 16 Aug 2014 17:00 WIB
Liputan Khusus HUT Ke-69 RI

Mencetak Dokter dari Anak Yatim

Red: operator

Menjadi dokter merupakan peluang bagi siapa pun, termasuk anak yatim dan dhuafa. Namun, saat ini tak banyak masyarakat berkesempatan menjadi dokter. Alasannya, untuk menjadi mahasiswa kedokteran membutuhkan biaya yang besar.

Kondisi itu menjadi salah satu minimnya indeks rasio dokter di Indonesia. Jumlah dokter yang ada saat ini, masih satu berbanding 25 ribu penduduk. Berdasarkan standar World Health Organization (WHO), indeks rasio dokter idealnya yaitu satu berbanding 2.500 penduduk.Kesimpulannya, ada dua persoalan yang saat ini terjadi.

Yakni, betapa sulitnya menjadi seorang dokter dan betapa minimnya jumlah dokter di Tanah Air. Melihat fenomena itu, Rumah Yatim sebagai lembaga sosial tak tinggal diam.Fakta ini yang mendasari Rumah Yatim menggulirkan program 50 Dokter Yatim. Program itu bergulir sejak tahun lalu. Wakil Direktur Utama Rumah Yatim Lili H Abdur rah man mengungkapkan, terdapat dua sasaran di balik program itu.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Gunadi Priyogo

Penyerahan simboilis Beasiswa Program 50 Dokter Rumah Yatim oleh Direktur Utama Rumah Yatim, Lili H Abdurrahman kepada mahasiswa Unpad semester 6 disaksikan oleh Pembantu Dekan I (Dr. Oki Suwarsa, dr., SpKK(K)., M.Kes) di Fakultas Kedokteran Unpad, Kota Bandung, Kamis (20/6).

 

Kedua sasaran itu adalah memberi peluang bagi anak yatim untuk menjadi dokter dan menutupi kebutuhan dokter di Tanah Air. Saat ini Rumah Yatim telah bekerja sama dengan empat perguruan tinggi dalam menyetak dokter yatim. Empat perguruan tinggi itu adalah Unpad, UI, Unair, dan UGM.

Calon dokter itu berasal dari mahasiswa Fakultas Kedokteran yang saat ini proses kuliahnya terkendala biaya ku liah. Selain mahasiswa kedokteran yang tengah kuliah, Rumah Yatim pun akan menyiapkan anak yatim yang kini duduk di bangku SMA kelas tiga untuk menjadi mahasiswa fakultas kedokteran.

Seluruh biaya kuliahnya akan ditanggung oleh Rumah Yatim. Estimasi kebutuhan biaya kuliah dan hidup seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran berkisar Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan.

Mereka yang dijadikan dokter itu akan terikat kontrak untuk menjadi dokter di lokasi yang ditentukan oleh Rumah Yatim.

Rumah Yatim akan memprioritaskan pendistribusian dokter yatim ke daerah terpencil.

Rumah Yatim pun akan memberi pembekalan agar calon dokter itu memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dalam mendistribusikan dokter yatim, Rumah Yatim akan berkoor dinasi dengan pemerintah daerah. Pemerintahlah yang selama ini memiliki data tentang daerah yang kekurangan dokter. rep: Sandy Ferdiana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement