Senin 19 Jan 2015 17:45 WIB

BIO FARMA- Gerakan Antivaksinasi Dinilai Bermuatan Sekulerisme

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Marak seruan antivaksinasi bermotifkan isu agama yang menyangkut kehalalan dan keamanan vaksin membuat keraguan sebagian masyarakat. Dalam memberi referensi tambahan, kami sajikan hasil wawancara dengan dr. Piprim Basarah Yanuarso dari Rumah Vaksinasi dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) IDAIIkatan Dokter Anak Indonesia.

Bagaimana pandangan masyarakat terhadap vaksinasi ?

Ya seperti itu, adanya kelompok antivaksinasi yang sangat giat menyebarkan pemahamannya baik di ranah media sosial seperti twitter dan facebook mau pun di pelosok-pelosok melalui berbagai forum, seperti majelis taklim di masjidmasjid kampung. Masyarakat awam pun mudah mengikuti seruan ini karena sensitifnya isu halal dan haram vaksin. Selain itu isu bahwa vaksin mengandung zat kimia beracun pun dihembuskan kencang. Hal ini diakhiri dengan himbauan agar masyarakat kembali menggunakan pengobatan ala nabi (tibbun-nabawy) dan melarang penggunaan obat kimia dan vaksin yang merupakan buatan manusia.

Memang seperti itu adanya?

Umat diimbau agar menggunakan zat alamiah seperti herbal dan tidak lagi memakai obat-obatan modern. Alasannya karena herbal itu buatan dan racikan Allah SWT, sedangkan obat modern dan vaksin itu murni buatan manusia.

Lantas menurut Islam bagaimana posisi vaksinasi?

Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan Al Qur'an banyak menyebutkan keharusan seorang muslim meng eksporasi alam semesta. Di dalam Islam tidak terdapat pemisahan antara aktifitas berdzikir dan bertafakkur atau berfikir secara mendalam (deep thinking). Jadi ring kasnya, Islam sangat menganjurkan umatnya untuk mengeksplorasi alam semesta ini, baik alam makrokosmos dan mikrokosmosnya. Hasil eksplorasi alam semesta itu ditujukan untuk kebaikan manusia itu sendiri di dunia dan sekaligus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Ada dua jalur ilmu yang diturunkan Allah yakni ilmu yang diturunkan melalui para Nabi dan Rasul berupa wahyu/firman Allah dan petunjuk nabi (ilmu qauliyah), dan yang kedua jalur tidak resmi (nonformal) berupa ilham yang diberikan langsung kepada manusia (ilmu kauniyah). Jika ilmu qauliyah kebenarannya mutlak, bersifat umum, berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia, ilmu kauniyah kebenarannya relatif, bersifat spesifik, dan untuk melengkapi sarana kehidupan manusia. Nah, kedua macam ilmu ini saling terkait dan tidak dapat dipisahkan agar kehidupan manusia harmonis dan seimbang termasuk vaksinasi merupakan salah satu ilmu kauniyah terbesar abad ini.

Memang vaksinasi sendiri sejarah awalnya seperti apa?

Awalnya justru dari masyarakat Muslim Turki di awal abad-18. Mereka memiliki kebiasaan menggunakan nanah dari sapi yang menderita penyakit cacar sapi (cowpox) untuk melindungi manusia dari penyakit cacar (smallpox, variola). Kemudian tradisi ini dibawa ke Inggris dan diteliti serta dipublikasikan oleh Edward Jenner tahun 1798. Sejak saat itu konsep vaksinasi terus berkembang demikian pesat.

Jadi tidak benar pemahaman jika kehalalan vaksin itu diragukan dalam Islam?

Amat keliru bila hasil penelitian selama dua abad itu kemudian ditolak de ngan alasan amat sederhana. Pendi ko to mi an buatan Allah dan buatan manusia seperti pemahaman sebagian kelompok muslim yang antivaksinasi pada hakikatnya adalah pemahaman yang amat seku ler. Pemahaman yang jauh menyimpang dari intisari ajaran Islam yang sebenarnya.

Hasil dari eksplorasi alam semesta yakni ilmu tentang vaksin (vaksinologi) telah menghasilkan manfaat yang luar biasa dalam bidang pencegahan penyakit pa da manusia (dan juga hewan). Justru pandangan Islam terhadap aspek pencegahan penyakit, Islam mengutamakan aspek pencegahan dalam berbagai bidang kehidupan.

Lagi pula, penelitian membuat vaksin membutuhkan penelitian yang panjang dan sangat memperhatikan aspek keamanan dan keakuratan data. Satu jenis vaksin bisa memerlukan belasan tahun untuk membuatnya. Diawali dengan uji laboratorium, kemudian uji pada hewan coba, relawan, orang dewasa, baru kemudian diterapkan pada bayi dan anak se telah terbukti produk vaksin tersebut aman dipakai.

Bila terbukti sebuah vaksin menimbul kan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat dan fatal maka vaksin akan segera ditarik dari per edaran untuk diteliti ulang. C63/Sandy/kik

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement