Senin 06 Oct 2014 16:00 WIB

Harga Garam Rakyat Makin Anjlok

Red:

CIREBON Memasuki pekan pertama Oktober, harga garam rakyat di tingkat petani di Kabupaten Cirebon semakin anjlok. Kondisi itu membuat para petani menjerit.

Berdasarkan pantauan di sentra garam di Kabupaten Cirebon, harga garam di ting kat petani hanya Rp 250 per kilogram (kg). Padahal, harganya masih Rp 300 per kilogram (kg) pada pekan terakhir September. Bahkan, harganya mencapai Rp 600 per kg pada Agustus. "Harga garam turun setiap pekan," ujar Ketua Ikatan Petani Garam Indonesia Mochammad Insyaf Supriadi kepada Republika, Ahad (5/10).

Insyaf mengatakan, harga garam yang dimiliki petani saat ini merupakan garam kualitas II. Berdasarkan harga pokok penjualan (HPP) yang ditetapkan pemerintah, harga garam kualitas II semestinya mencapai Rp 550 per kg. Sedangkan, garam kualitas I dihargai Rp 750 per kg dan garam kualitas III seharga Rp 450 per kg.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:BASRI MARZUKI/Antara

Petani memanen garamnya.

Permainan para tengkulak telah mengakibatkan harga garam anjlok. Insyaf mengatakan, para petani rela menjual garamnya dengan harga rendah kepada tengkulak karena khawatir harga garam terus jatuh. Padahal, harga garam saat ini di pasaran masih stabil, yaitu Rp 1.200 per kg.

Insyaf mengatakan, para petani pun tidak memiliki pilihan lain kecuali langsung menjual garamnya kepada tengkulak pascapanen. Pasalnya, mereka terdesak kebutuhan ekonomi sehari-hari. Kondisi itupun semakin mem berikan peluang bagi tengkulak untuk menentukan harga seenaknya. "Anjloknya harga garam membuat petani menjerit," kata Insyaf.

Tidak hanya anjloknya garam, petani juga kesulitan dalam proses produksi. Hal ini terjadi karena buruknya saluran air untuk menyuplai bahan baku garam. Buruknya saluran membuat air yang masuk ke tambah penuh dengan lumpur. Padahal, bahan baku air harus jernih untuk menghasilkan garam berkualitas bagus.

Insyaf berharap, pemerintah dapat berperan lebih besar untuk menolong para petani garam. Pasalnya, selama ini pemerintah baru sebatas menetapkan harga po kok penjualan garamnya. Na mun, pemerintah tidak membeli garam tersebut sebagai mana bulog membeli gabah milik petani.

Salah seorang petani garam di Kecamatan Pangenan, Riwad, mengaku, anjloknya harga garam membuatnya tak bisa menikmati keuntungan yang layak. Dia pun khawatir akan meng alami kerugian karena harga garam biasanya akan terus anjlok. rep:lilis sri handayani ed: friska yolandha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement