Jumat 05 Sep 2014 12:00 WIB

Budaya Minum Bandrek & Bajigur

Red:

Minuman ini identik dengan tatar Sunda: bandrek dan bajigur. Ya, ke dua jenis minuman tradisional ini sudah lama di kenal masyarakat Sunda. Dulu, minuman ini menjadi hidangan khusus masyarakat yang tinggal di pegunungan atau dataran tinggi. Namun hari ini, bajigur dan bandrek bisa ditemukan di mana saja.

Bajigur dan bandrek ada lah minuman yang terbuat dari rempah-rempah seperti jahe, serai, merica, daun pandan, gula aren, dan santan. Keduanya biasa disandingkan dengan rebusan kacang, ubi dan pisang dan dinikmati di tengah dinginnya cuaca.

Ada beberapa daerah di wilayah Bandung yang menjadi tempat lahirnya minuman tradisional ini. Kecamatan Ciwidey di Kabupaten Bandung adalah salah satunya. Daerah yang dikenal dengan hawanya yang dingin ini menjadi tempat lahirnya minuman bandrek dan bajigur.

Awalnya, minuman tradisional ini disajikan secara tradisional dengan meracik seluruh bahan. Namun dalam perkembangannya, kedua jenis minuman ini dapat dibuat secara instan. Tujuan nya disamping untuk kepentingan bisnis, juga agar tahan lama dan dapat diminum kapan dan di mana saja.

Setelah menjadi salah satu minuman yang cukup populer di masyarakat, minuman ini kemudian diproduksi melalui industri rumahan. Distribusi produk minuman ini sudah menjangkau hampir seluruh wilayah Indonesia bahkan manca negara.

Di Kota Bandung, minuman bandrek dan bajigur men jadi salah satu menu unggulan. Coba saja tengok ke setiap rumah makan, kafe, dan restoran. Kedua jenis minuman ini selalu ada di dalam menu minuman. Kondisi cuaca di Bandung memang sangat men du kung untuk mencicipi ban dan bajigur.

Retno Winarni (37 tahun), seorang wisatawan asal Jakarta, tidak pernah melewat kan memesan bandrek dan bajigur setiap berkunjung ke Bandung. "Bahkan saya harus membeli oleh-oleh minuman tradisional ini untuk dibawa pulang," kata Retno.

Bandrek dan bajigur sangat pas dinikmati di Bandung, khususnya di daerah Lembang dan Ciwidey. Kedua daerah ini berhawa dingin dan cocok untuk menikmati kedua minuman tersebut. Retno menilai, kedua mi numan ini memiliki khasiat tersendiri bagi kesehatan. "Kalau batuk dan tenggorokan agak kurang enak, saya memilih minum bandrek," kata perempuan yang bekerja di salah satu perusahaan telekomunikasi ini.

Pengurus Kadin Jabar Iwan Gunawan mengatakan, popularitas bandrek dan bajigur tak perlu diragukan lagi. Di dalam negeri, minuman yang disajikan dalam kondisi panas ini sudah bisa dinikmati oleh semua kalangan. Mereka yang ingin mencicipi atau gan drung dengan minuman ini tak perlu harus datang ke Bandung sebagai tempat lahirnya minuman ini.

Namun, popularitas bandrek dan bajigur masih kalah dari minuman asing yang juga memiliki khasiat menghangatkan. Masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat kelas menengah, mulai mengadaptasi budaya luar, yaitu minum wine. Padahal, keduanya sama-sama menghangatkan.

Budaya lokal, yaitu meminum bandrek dan bajigur tentu perlu ditingkatkan di tengah masyarakat modern. Apalagi, produk bandrek dan bajigur hari ini sudah sangat inovatif. "Ini merupakan hasil industri kreatif makanan yang patut diapresiasi," ujar Iwan yang juga merupakan motivator industri kecil dan menengah (UKM) ini.

Pelaku industri perlu menjaga kualitas minuman agar dapat bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Bahan baku yang tetap mengacu pada produk aslinya harus tetap dipertahankan. Sebab, jika inovasi dilakukan tanpa berpegang pada nilai keaslian dan tradisional akan mudah ditinggalkan oleh konsumen. "Orisinalitas produk ini harus terus dipertahankan. Inovatif boleh, tapi tak menghilangkan keasliannya," kata Iwan. rep:djoko suceno ed: friska yolandha

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement