MAKKAH -- Keberadaan bus salawat di Makkah mulai dikurangi seiring dengan makin berkurangnya jamaah haji Indonesia di kota suci tersebut. Pada 24 September, bus salawat yang digunakan hanya 172 unit dari sebelumnya 294 unit bus.
"Perbandingannya satu banding 450. Jadi 450 jamaah pergi maka satu bus salawat ditarik," kata Kepala Seksi Transportasi Daerah Kerja (Daker) Makkah, Rudi Irawan Suprawan di Syisyah, Makkah, Senin (26/9).
Pada 16 September lalu, masih ada 294 unit bus salawat yang dikerahkan untuk melayani jamaah haji Indonesia dari pemondokan ke Masjid al-Haram atau sebaliknya. Tapi, sembilan hari kemudian, jumlahnya dikurangi jadi 172 unit. Perusahaan bus Saptco yang mengerahkan busnya untuk operasional bus salawat, telah mengurangi jumlah armadanya sejak 16 September.
Saptco mengurangi armadanya dari 150 bus menjadi kini tinggal 95 bus. Saptco melayani lima rute, yakni Aziziah Janubiah - Mahbas Jin, Aziziah Syimaliyah 1 - Mahbas Jin, Aziziah Syimaliyah 2 - Mahbas Jin, Mahbas Jin - Bab Ali, dan Syisyah/Raudhah - Syib Amir.
Di rute Mahbas Jin - Bab Ali, Saptco banyak mengurangi bus salawatnya sebanyak 20 unit dari sebelumnya 58 bus. Di rute ini, jumlah jamaah sudah mulai berkurang dari 70.031 orang pada 16 September menjadi 44.693 jamaah pada 24 september.
"Jumlah bus salawat terus berkurang, seiring semakin berkurangnya jumlah jamaah haji Indonesia di Makkah," kata Rudi.
Perusahaan bus Rwaheel secara bertahap juga mulai mengurangi jumlah armada bus salawatnya. Jumlahnya kini tinggal 77 unit dari sebelumnya sebanyak 144 bus. Rwaheel melayani lima rute, yakni Syisyah 1 - Syieb Amir, Syisyah 2 - Syieb Amir, Raudhah - Syieb Amir, Biban/Jarwal - Rie Baksh Ajiad, dan Nakkasah/Misfalah - Rie Baksh Ajiad.
Di rute Nakkasah/Misfalah-Rie Baksh Ajiad, Rwaheel banyak mengurangi jumlah armada bus salawatnya. Jumlahnya berkurang dari 32 unit menjadi 13 bus pada 24 September. Di rute ini pun jumlah jamaah Indonesia telah berkurang dari 14.191 jamaah jadi 7.145 orang. "Bus salawat akan berhenti beroperasi pada 5 Oktober," kata Rudi.
Sementara itu, akibat kondisi cuaca yang cukup ekstrem dengan suhu udara sekitar 52 derajat Celcius yang kadang-kadang disertai hujan dan badai, menyebabkan sebagian besar anggota jamaah haji Indonesia menderita batuk dan pilek kategori berat.
Menurut dokter kloter SUB 62, Roro, untuk meminimalkan dan menghindari gangguan batuk dan pilek selama di Makkah, jamaah harus banyak minum air hangat dan selalu mengenakan masker, baik ketika berada di dalam ruangan maupun luar ruangan.
"Setiap hari ada puluhan jamaah yang berobat ke posko dan keluhannya batuk pilek. Kalau kondisi ini dibiarkan, bisa mengakibatkan radang atau infeksi tenggorokan dan saluran pernapasan," kata Roro di Makkah, akhir pekan lalu.
Jika sudah radang atau infeksi, menurut dia, mau tidak mau harus diinfus dan digelontor obat-obatan cair melalui infus agar kondisi pasien segera pulih dan bisa kembali menjalankan ibadah dengan baik.
Namun, ldia mengatakan, bukan berarti yang sehat memforsir diri. "Tidak ada yang melarang seseorang untuk beribadah maksimal, apalagi ketika berada di Tanah Suci, tapi kami minta jamaah juga mengukur kekuatan fisik dan kesehatannya agar tidak sampai sakit," katanya.
Untuk mencegah meluasnya batuk dan pilek di kalangan jamaah haji, beberapa kloter yang berada di Maktab 307 di Mahbas Jin, Makkah, mengadakan penyuluhan kesehatan bagi jamaah.
Jamaah haji gelombang kedua, khususnya kloter-kloter terakhir, baru akan bergerak ke Madinah pada 4 Oktober mendatang untuk menunaikan ibadah Arbain, yakni shalat berjamaah di Masjid Nabawi selama 40 kali berturut-turut tanpa putus.
Jamaah haji kloter-kloter akhir akan kembali ke Tanah Air sekitar 13 Oktober dan tiba di kampung halaman masing-masing pada 14 Oktober 2016. Oleh Didi Purwadi/antara, ed: Wachidah Handasah