Sabtu 24 Sep 2016 21:12 WIB

Tanah Suci Dilanda Cuaca Ekstrem

Red: Arifin

Jamaah haji asal Indonesia yang wafat mencapai 239 orang.

 

MAKKAH -- Tanah Suci sedang di landa kondisi cuaca yang cukup ekstrem disertai hujan dan badai. Suhu udara yang bisa mencapai 52 derajat Celcius di Makkah, Arab Saudi, membuat sebagian besar jamaah haji asal Indonesia menderita batuk dan pilek berat. 

Menurut dokter kloter SUB 62, dr Roro, untuk meminimalkan dan menghindari gangguan batuk dan pilek selama di Makkah, jamaah harus banyak minum air hangat dan selalu mengenakan masker, baik ketika berada di dalam ruangan maupun luar ruangan.

"Setiap hari ada puluhan jamaah yang berobat ke posko dan keluhannya batuk pilek. Kalau kondisi ini dibiarkan, bisa mengakibatkan radang atau infeksi tenggorokan serta saluran pernapasan," kata dr Roro di Makkah, Arab Saudi, Jumat (23/9) waktu setempat.

Jika sudah radang atau infeksi, menurut dia, mau tidak mau jamaah harus diinfus dengan obat-obatan cair agar kondisi segera pulih dan bisa kem bali menjalankan ibadahnya dengan baik. Dia pun mengimbau kepada semua jamaah, baik yang sehat maupun sakit, untuk tidak memforsir diri di tengah cuaca seperti ini. "Tidak ada yang melarang seseorang untuk beribadah maksimal, apalagi ketika berada di Tanah Suci. Namun, kami minta jamaah juga mengukur kekuatan fisik dan kesehatannya agar tidak sampai sakit," kata dia.

Untuk mencegah meluasnya batuk dan pilek yang menyerang jamaah haji, beberapa kloter yang berada di Maktab 307 di Mahbas Jin, Makkah, mengadakan penyuluhan kesehatan ba gi seluruh jamaah. Jamaah haji gelombang kedua, khususnya kloter- kloter terakhir baru akan bergeser ke Madinah pada 4 Oktober mendatang, untuk menunaikan Shalat Arbain (shalat berjamaah di Masjid Nabawi selama 40 kali berturut-turut tanpa putus).

Jamaah haji Indonesia yang wafat di Arab Saudi terus bertambah. Berdasarkan data Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kesehatan Kementerian Agama (Kemenag) pada Jumat (23/9), jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat menjadi 239 orang, terdiri atas 219 jamaah haji reguler dan 20 jamaah haji khusus. Jumlah jamaah yang wafat ini tercatat hingga hari kedelapan pasca-Armina.

Peningkatan jumlah kematian jamaah haji Indonesia, khususnya di pemondokan pascaprosesi puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina), ditengarai akibat kelelahan dan kondisi cuaca.

Data pada Rabu (21/9) memperlihatkan bahwa ada sebanyak 14 anggota jamaah yang wafat. Sembilan orang di antaranya meninggal dunia di pemondokan. Hingga Kamis, total ada sebanyak 71 orang jamaah meninggal dunia di pemondokan. 

"Meninggal dunia di pemondokan menunjukkan jamaah belum sempat dibawa ke rumah sakit," kata Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPHI) Arab Saudi, dr Eka Jusup Singka, di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, Rabu. 

Jamaah haji kloter-kloter akhir akan kembali ke Tanah Air sekitar tang gal 13 Oktober. Mereka dijadwalkan sampai di rumah masing-masing pada 14 Oktober 2016. Dinas Kese hatan (Dinkes) Kabupaten Madiun, Jawa Timur, akan memantau kesehatan jamaah haji asal daerah setempat setelah kedatangan mereka di Tanah Air.

"Pemantauan kesehatan akan dilakukan hingga 14 hari ke depan pascakedatangan jamaah haji dari Tanah Suci," ujar Kepala Bidang Pencegahan Penyakit dan Upaya Kesehatan Masyarakat, Dinkes Kabupaten Madiun, Agung Tri Widodo, Kamis.

Menurut dia, pemantauan penting dilakukan karena jamaah memerlukan penyesuaian ulang, setelah sebulan lebih berada di Arab Saudi.

"Bahkan, petugas kami akan melakukan jemput bola untuk mengetahui secara langsung, kondisi jamaah haji asal Kabupaten Madiun," kata dia.

Data Kemenag Kabupaten Madiun mencatat, jumlah calon jamaah haji Kabupaten Madiun yang berangkat ke Tanah Suci, mencapai 256 orang. Jumlah yang sama untuk yang kembali ke Indonesia dengan menyandang status haji.

Dari 256 jamaah haji tersebut, satu orang di antaranya terpantau harus menjalani perawatan di RSUD Dolopo Kabupaten Madiun karena kondisi fisiknya, yang lelah setelah perjalanan jauh. "Satu jamaah haji yang dilaporkan sakit setelah tiba di Madiun adalah atas nama Bonari (70), warga Desa Jatisari, Kecamatan Geger," kata Widodo.

Selain sudah lanjut usia, dia menjelaskan, yang bersangkutan juga memiliki riwayat sakit diabetes, hipertensi, dan kolesterol. Petugas medis terus mengawasi kondisi pasien.

Sementara itu, dr Sutowo, dokter yang merawat Haji Bonari di RSUD Dolopo, menyatakan kondisi yang bersangkutan terus membaik setelah kedatangan dari Jeddah pada 20 Septem ber lalu. "Kondisi yang bersangkutan sudah membaik. Jika kondisinya stabil seperti itu, ia bisa pulang lebih cepat," kata dia.     antara, ed: A Syalaby Ichsan

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement