Jumat 16 Sep 2016 15:00 WIB

Jumrah dengan Alas Kaki dan Botol

Red:

Foto : Fazry Ismail/EPA  

 

 

 

 

 

 

 

 

Jamaah haji melempar jumrah di Jamarat, Senin (12/9) (Fazry Ismail/EPA)

 

Anggota jamaah haji Indonesia, Maimunah, berlari kencang menuju jamarat. Meski jalan menuju tempat jamarat menanjak dan berat untuk dicapai, semangatnya untuk melontar jumrah Aqabah telah melupakan fisiknya yang gemuk.

Botol kemasan yang ada di tangan kanannya secepat kilat dilemparkannya begitu mendekat tugu Aqabah. Masih kurang puas, ia pun melepaskan alas kakinya. Lantas, sepasang sandalnya pun beterbangan ke arah tugu tersebut.

Maimunah dengan napas terengah-engah, tersadar ia tak mengenakan alas kaki. Dia menengok ke kiri dan kanan, termasuk rekan sekampungnya. Mereka semua melempar jumrah dengan batu kecil atau kerikil. Bukan seperti yang dilakukannya. Ia pun bingung di tengah kerumunan orang yang tengah melempar jumrah dengan kerikil.

Beruntung, rekannya mengingatkan, yang dilempar bukan botol kemasan air atau alas kaki di sini. Namun, kata rekannya, yang dilempar ke arah tugu tersebut adalah kerikil yang diambil semalam di Muzdalifah. Barulah Maimunah ingat, batu kerikil yang diambil dalam jumlah yang banyak masih tersimpan di tas kecilnya.

Dengan sisa tenaga yang masih ada dan napas ngos-ngosan, Maimunah menyelesaikan ibadah jumrah tersebut dengan baik. Kali ini, dia melempar batu, bukan lagi air minum kemasan ataupun alas kaki. Tak ada lagi semangat berlebihan ataupun nafsu bersarang di dadanya.

Maimunah tersadar jumrah yang dilaksanakan pada 10 Dzulhijah itu harus sesuai dengan tuntunan manasik haji. Melaksanakan ibadah melempar jumrah adalah simbol perlawanan manusia terhadap setan. Manusia harus melawan setan karena mereka selalu berupaya menyesatkan manusia dari jalan lurus yang ditunjukan Allah.

Melempar jumrah adalah simbol keteladanan Nabi Ibrahim yang menunjukkan sikap permusuhan terhadap setan. Ibrahim melempari setan dengan batu sebanyak tujuh kali sehingga tak lagi menampakkan wujudnya. Seten ketika itu gagal membujuk Ibrahim agar menjauhi perintah Allah.

Dalam ibadah haji, melempar jumrah tidak hanya dilakukan dalam satu hari, tetapi juga tiga atau empat hari. Ini menunjukkan perintah Allah yang sangat tegas agar manusia benar-benar memusuhi setan dan tidak bersekutu dengannya.

"Tapi, apakah setan-setan di sini sudah kabur setelah dilempari botol kemasan dan alas kaki," tanya Maimunah kepada ustazah yang membimbingnya dengan tampak muka serius.

"Wallahu a'lam bisshawab. (Hanya Allah yang mengetahui sesuatu yang benar)," jawab sang ustazah sambil berjalan meninggalkan lokasi jamarat.

Melempar atau melontar jumrah merupakan kegiatan bagian dari ibadah haji di kota suci Makkah, Arab Saudi. Seluruh anggota jamaah haji dari seluruh dunia melemparkan batu-batu kecil ke tiga tiang (ula, wusta, dan aqabah) di Kota Mina yang terletak di dekat Makkah.

Ternyata yang melempar jumrah dengan selain batu kerikil bukan hanya Maimunah. Ada juga jamaah haji dari Turki dan negara Muslim lainnya melakukan hal yang sama. Dengan penuh semangat, mereka melempari tugu jamarat dengan alas kaki ataupun air minum kemasan.  antara ed: Erdy Nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement