Senin 05 Oct 2015 13:00 WIB

DPR: Perkuat Posisi Tawar dengan Saudi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,DPR: Perkuat Posisi Tawar dengan Saudi

Manasik perlu dijadikan barometer keberhasilan haji.

JAKARTA — Ketua Komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay meminta pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag), untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining position)  dengan Pemerintah Arab Saudi. Hal ini penting demi meningkatkan pelayanan kepada jamaah haji Indonesia. 

"Bargaining position kita di depan Pemerintah Arab Saudi masih kalah ketimbang negara-negara lain," ujarnya kepada Republika, Ahad (4/10).

Lemahnya posisi tawar itu, menurut Saleh, salah satunya terlihat dari masih ditempatkannya sebagian jamaah haji Indonesia di Mina Jadid saat mereka mabit (bermalam) di Mina. Mina Jadid atau Mina Baru merupakan kawasan perluasan dari Mina lama. 

"Sebenarnya, sesuai syariat Islam lebih afdal jika bertempat tepat di Mina lama, semakin jauh semakin kurang afdal," katanya. 

Saleh juga mengkritisi pernyataan Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin yang menyebut, terlepas dari musibah crane di Masjidil Haram dan tragedi Mina, penyelenggaraan haji tahun ini berjalan lancar dan sesuai harapan. 

Menurut Saleh, Kemenag selalu memberikan evaluasi atas dirinya sendiri. "Apakah tidak lebih bagus ada lembaga lain dari luar yang menjadi pengevaluasi."

Dalam hal pengamanan, lanjut Saleh, penyelenggaraan haji tahun ini belum bisa dikatakan berhasil. Salah satu contoh, katanya, ketika jamaah haji berjalan menuju Jamarat, tidak ada petugas yang mendampingi sehingga pada jamaah berjalan sendiri ke jamarat. "Seharusnya, meskipun terdapat korban, setidaknya bisa lebih sedikit korbannya, lah ini petugasnya entah di mana."

Di Arafah, lanjut dia, sejumlah tenda roboh terempas angin kencang. Hal ini, menurutnya, jauh dari harapan pelayanan yang sukses.  

Sebelumnya, Menag menyatakan, terlepas dari kejadian jatuhnya mobile crane di Masjidil Haram dan tragedi Mina, penyelenggaraan haji tahun ini berjalan lancar. Menurutnya, ada beberapa tolak ukur pelayanan yang membuat penyelenggaraan haji tahun ini sesuai harapan. 

Dia menyatakan, Indonesia dapat mendaratkan setengah dari kuota atau jamaah haji gelombang pertama di Madinah. Jamaah haji juga mengapresiasiasi layanan 15 kali makan siang di Makkah.

Menag menyatakan, jamaah mendapatkan pemondokan dengan standar hotel bintang tiga dan empat. Kualitas karpet di Arafah juga sudah lebih baik, begitu pula dengan penyediaan air cooler. "Sesuatu yang patut disyukuri," kata dia. 

Kemenag, menurutnya, juga belajar dari pengalaman pemberangkatan jamaah gelombang pertama dari Madinah ke Makkah dan Jeddah ke Makkah. Ada 27 bus yang bermasalah mulai dari mogok dan AC yang tidak berfungsi. "Kami upgrade bus itu," kata dia. 

Karena itu, kata Menag, pemberangkatan jamaah gelombang kedua dari Makkah ke Madinah dan Makkah ke Jeddah menggunakan bus-bus yang baik. "Upaya itu terealisasi dan ini menjadi sesuatu yang patut disyukuri," ujar dia.

Perbaiki pembinaan haji

Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia Ade Marfuddin menilai, pengamanan dan pengawasan pemerintah terhadap jamaah haji masih sangat lemah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya jamaah Indonesia yang menjadi korban dalam insiden di Mina.

Menurut Ade, sumber dari kelemahan tersebut terletak pada pembinaan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) dan pola pembinaan manasik yang diberikan kepada jamaah. "Selama ini pendidikan manasik haji masih sangat kurang mendalam. Titik tekan seharusnya pada pembinaan," ujar dia. 

Dalam pandangan Ade,  manasik perlu dijadikan barometer keberhasilan haji. Sebab, apabila jamaah bisa melakukan manasik dengan benar maka hal itu akan berdampak kepada  pelaksanaan ibadah hajinya. 

Manasik haji, menurutnya, seharusnya bisa lebih dioptimalkan dengan memanfaatkan potensi ustaz di setiap masjid dan mushala. Dengan demikian, para jamaah bisa mendapatkan pelatihan manasik haji jauh sebelum diberangkatkan ke Tanah Suci. Harapannya, para jamaah pun akan lebih paham dan lebih siap menunaikan ibadah haji. Pemerintah juga perlu mengeluarkan sertifikasi manasik haji bagi mereka yang telah benar-benar melakukan manasik dengan baik.

Selama ini, Ade melihat, masih banyak jamaah yang belum memahami tata cara ibadah haji secara sempurna. Mereka belum bisa memaknai ibadah secara substansi dan baru sebatas pada simbol-simbolnya saja. Karena itulah, pola pembinaan haji sangat perlu diperbaiki. n c16/c25 ed: wachidah handasah 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement