Sabtu 03 Oct 2015 17:24 WIB

Komedi Satu Setengah Sentimeter

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH--Di sela-sela bertugas di Makkah, saya ikut rombongan tim Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja Madinah berumrah. Saat itu, mereka baru tiba usai menyelesaikan pekerjaan melayani jamaah haji Indonesia di Madinah.

Para petugas Daker Madinah baru berdatangan untuk mempersiapkan pelayanan jamaah haji selama di Mina. Masa Arafah-Muzdalifah-Mina memang belum mulai, sehingga ada sedikit kelonggaran wak tu untuk dimanfaatkan berumrah.

Pergi dari pemondokan di Hotel Royal Makkah pukul 01.15 dini hari, saya dan rekan-rekan MCH Madinah lebih dulu mengambil miqat di Tan'im. Di sinilah, salah satu tempat miqat yang biasa dipakai oleh jamaah umrah bagi penduduk Kota Makkah dan mukimin. Setelah shalat dua rakaat kami pun melanjutkan perjalanan ke Masjidil Haram.

Saya dan rekan-rekan memulai umrah. Saat itu, jamaah lumayan padat. Kami pun harus ta waf dengan kondisi berdesakan. Usai tawaf, kemudian bersa'i dan tahalul, selesailah kami melak sanakan umrah sunah. Setelah Subuh, kami baru kembali ke hotel.

Sesampainya di hotel, saya langsung mempersiapkan diri membuat laporan berita ke kantor.

Rampung menyelesaikan berita- berita, saya memilih beristirahat. Dua rekan saya, Wawan Isab Rubiyanto dan Sunu Hastoro Fahrurrozi, mengajak keluar untuk mengunjungi saudara mereka di daerah Jarwal. Saya menolak dengan alasan lelah. Saya katakan kepada mereka, "Nanti malam saja, sekalian keluar mencari berita."

Namun, kedua kawan saya itu tetap memutuskan keluar hotel. Wawan dan Sunu akhirnya pergi meninggalkan hotel bersama pengemudi tim MCH Bandara Abdul Cholid Tambang. Ketiganya baru kembali ke hotel pada malam hari.

Namun, ada yang berbeda dengan penampilan Sunu saat kembali ke kamar hotel. Kepalanya botak hampir plontos. Saya pun berkelakar, "Waduh, sudah nggak sabar tahalul nih? Ampegundul gitu.

Nanti abishaji, apalagi tuhyang dipotong? Rambutnya sudah habis." Saya pun tertawa. Rekan-rekan lain, Bambang Rakhmanto dan Wusana Bayu Pamungkas, yang tidak ikut Sunu dan Wawan ke Jarwal juga tertawa. Saya kira, Sunu memang sengaja memangkas habis rambutnya bak orang yang tahalul setelah berhaji.

Akan tetapi, cerita Wawan justru membuat saya tertawa lebih keras. Ternyata, potongan botak rambut Sunu bukanlah potongan yang diinginkannya.

Sunu semula hanya ingin mera - pikan rambutnya lantaran sudah lama tidak memangkas rambut.

Masuk ke salah satu salon di daerah Jarwal, Sunu segera dihampiri sang penata rambut. Melihat tarif pangkas rambut hanya sepuluh Riyal Arab Saudi, Sunu tak ragu meminta jasa di salon tersebut. Pria pemangkas rambut yang akan melayani Sunu pun lantas menanyakan berapa sentimeter panjang rambut yang akan dipotong.

"Tukang cukurnya nanya, satu sentimeter? Terus Sunu bilang, jangan, jangan satu sentimeter. Satu setengah sentimeter saja," kata Wawan menceritakan kejadian di salon.

Karena penggunaan bahasa yang berbeda, si pencukur rambut memahami permintaan Sunu dengan kata terakhir yang diucapkan. Sunu pun dipersilakan duduk di kursi seraya menunggu si tukang cukur menyiapkan mesin pemotong rambutnya. "Lalu, tanpa ba-bi-bu, tukang cukur itu langsung aja motong rambut Sunu. Botak dah," kata Wawan. "Iya, padahal aku mintanya satu setengah sentimeter, malah diabisin," Sunu menimpali sambil mengelus-elus kepalanya sendiri. Kami pun semua tertawa.

Gara-gara penggunaan bahasa yang tidak klop, Sunu pun harus merelakan kepalanya botak lebih dulu sebelum tahalul pascaberhaji. Ada-ada saja.

Oleh EH Ismail

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement