Rabu 02 Sep 2015 14:57 WIB

Keletihan Penyebab Utama Jamaah Wafat

Red:

MADINAH --- Keletihan menjadi penyebab utama jamaah haji Indonesia yang meninggal dunia di Madinah, Arab Saudi. Banyak jamaah haji Tanah Air yang memaksakan diri melakukan aktivitas ibadah saat baru tiba di Kota Nabi. Akibatnya, tenaga mereka terkuras, sementara stamina tubuh dan usia sudah tidak lagi menopang keinginannya.

"Karena itu, kami senantiasa mengimbau kepada jamaah agar tidak memforsir tenaga mereka. Apalagi, udara di Madinah masih dalam kategori panas yang ekstrem dengan suhu rata-rata 45 derajat Celsius," kata Kepala Seksi Kesehatan Daerah Kerja Madinah PPIH Arab Saudi Darmawali Handoko di Madinah, Selasa (1/9).

Sampai kemarin, tercatat sudah ada 16 jamaah haji Indonesia yang wafat. Sebanyak 15 orang meninggal di Madinah dan satu orang lainnya meninggal dunia saat baru tiba di Makkah.

Menurut Dharmawali, hampir seluruh jamaah yang wafat di Madinah diakibatkan penyakit tidak menular. Kematian umumnya diakibatkan penyakit bawaan, seperti jantung, diabetes, dan sesak napas. Karena keletihan dan kurang minum air putih, penyakit bawaan yang diderita jamaah sejak dari Tanah Air menjadi kambuh.

"Jamaah yang sudah beberapa hari di Madinah dan mulai letih karena menjalankan ibadah Arbain (shalat berjamaah 40 waktu), sebaiknya tidak memaksakan diri," kata Darmawali seraya meminta jamaah yang memiliki penyakit jantung segera berkonsultasi dengan tenaga ahli yang ada di setiap sektor.

Kaki melepuh

Selain menjaga stamina dan tidak memaksakan diri, jamaah haji juga diimbau tidak menyepelekan masalah alas kaki (sandal). Suhu udara di Madinah yang sangat panas membuat jalan-jalan aspal dan trotoar yang berada di luar area Masjid Nabawi juga panas. Memaksakan diri berjalan kaki tanpa alas bisa mengakibatkan kaki jamaah melepuh.

Pantauan Republika di Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) Madinah, sudah ada belasan jamaah yang terpaksa harus mendapatkan operasi ringan di bagian telapak kaki. Para jamaah tersebut memiliki cerita yang sama. "Awalnya, mereka kehilangan sandal di Masjid Nabawi dan memaksakan berjalan kaki ke hotel pemondokan, akibatnya kaki mereka melepuh," ujar salah satu dokter jaga di BPHI Madinah Asdi Wihandono.

Menurut Asdi, setidaknya ada 11 jamaah yang telapak kakinya harus dibuang melalui operasi kecil. Kendati sudah mendapatkan antibiotik dan dibalut perban, jamaah dengan kaki melepuh diperkirakan harus melanjutkan tahapan ibadah haji selanjutnya dengan menggunakan kursi roda. Masa penyembuhan yang cukup lama tidak memungkinkan jamaah tersebut berjalan dengan normal.

Salah satu jamaah yang harus mendapatkan operasi kecil di bagian kakinya, Mariah Suleman, mengatakan, dia merasa masih bisa berjalan saat kehilangan sandal di Masjid Nabawi. Namun, saat menuju hotel, jamaah haji asal Jepara, Jawa Tengah, ini merasa kakinya sakit dan panas.

"Akhirnya, dibawa ke sini dan kaki saya harus dioperasi," kata Mariah di BPHI Madinah.

Kepala Daker Madinah Nasrullah Jasam menyatakan, jamaah sakit, termasuk 11 orang yang kakinya melepuh, tidak perlu khawatir tidak bisa berangkat ke Makkah bila sakit. PPIH Arab Saudi akan tetap membawa mereka ke Makkah sambil terus mengawasi sakit yang diderita jamaah.

"Tidak hanya yang mengalami luka bakar, semua jamaah sakit tetap akan diberangkatkan ke Makkah kecuali yang dirujuk ke rumah sakit," kata Nasrullah.

Jamaah haji Indonesia diharapkan tidak malu bertanya kepada petugas atau orang Indonesia lainnya yang dijumpai di Masjidil Haram saat mengalami kebingungan. Ini untuk menghindari jamaah tersesat ketika kembali ke pemondokan.

Kepala Sektor Khusus Masjidil Haram Slamet Budiyono mengatakan, jamaah jangan segan bertanya kepada orang di luar kelompoknya ketika tidak tahu. Kelemahan jamaah haji Indonesia sering kali tidak mau bertanya kalau bukan dari kelompoknya. "Yang pakai merah putih adalah saudara kita, tanyalah," kata dia, Jumat (28/8).

Slamet menegaskan, para personel sektor khusus sudah siap bertugas untuk memberikan pelayanan kepada jamaah haji. "Kita siap mengantarkan para calon jamaah haji untuk bisa melaksanakan ibadah dengan tenang, kembali ke sektornya dengan selamat," ujar dia.

Dia menuturkan, para petugas sektor khusus juga akan terus berkoordinasi dengan pengamanan di setiap sektor, kepala sektor, ketua kelompok terbang (kloter) melalui bravo untuk jaringan komunikasi. "Sehingga, mempermudah komunikasi," ujar Slamet. N ed: irwan kelana

***

Jamaah Haji yang Wafat di Madinah:

1.    Suparti binti Kasan Somin Kromoharjo (70 tahun) dari Pacitan, Jawa Timur, wafat di pemondokan.

2.    Chamdanah Kalam Hasyim binti Kalam dari Surabaya, Jawa Timur, wafat di pesawat dalam perjalanan dari Surabaya ke Madinah.

3.    Ooy Rukoyah Binti Kaman (55) dari Sukabumi, Jawa Barat, wafat di Masjid Nabawi usai menjalankan salat.

4.    Masri binti Djimun Kasan (63) asal Madiun, Jawa Timur, wafat di pemondokan.

5.    Azwardy bin Ilyas (64) asal Sumatra Barat wafat di pemondokan.

6.    Harap Idris Dirakse (77) asal Loteng, Nusa Tenggara Barat, wafat di Masjid Nabawi.

7.    Sunarto Wiryo Wiryasantika bin Wiryasantika (54) dari Cilacap, Jawa Tengah, wafat di RSAS King Fahd.

8.    Ani Sofiah binti Sofiah (64) dari Sukabumi wafat di RSAS King Fahd.

9.    Setiya Martoredjo Drono bin Martoredjo (61) dari Bandung, Jawa Barat, wafat di Masjid Quba.

10.     Syarifah binti Ibrahim asal Sumatra Selatan wafat di Masjid Nabawi.

11.    Sawiyah binti Sukma Milasih (59) asal Loteng, NTB, wafat di Masjid Nabawi

12.    Ermalini binti Jahar (67) asal Payakumbuh, Sumatra Barat, wafat di Masjid Nabawi.

13.    Sadali Karnawi Jaya bin Karnawi Jaya Menawi asal Purbalingga, Jawa Tengah, wafat di pemondokan.

14.    Suwito binti Nasir (57) asal Surabaya wafat di pemondokan.

15.    Zaenuddin bin Jayani (65) asal Pandeglang, Banten, wafat di RSAS Anshar.

Jamaah Haji yang Wafat di Makkah:

16.    Umin Jaeni Majusim bin Jaeni Majusim (73) asal Tasikmalaya, Jawa Barat, wafat di RSAS Al Jaheer Makkah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement