Jumat 28 Aug 2015 16:00 WIB

Ahmad Riawan Amin: Doa Angkat Derajat

Red:

Praktisi perbankan syariah Ahmad Riawan Amin memetik banyak hikmah dari ibadah haji. Ia  pertama kali naik haji pada 1998. Saat itu, ia menjabat Kepala Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bank Muamalat.

Tahun 1998 merupakan puncak krisis ekonomi Indonesia. Nilai tukar AS terhadap rupiah melonjak hingga Rp 17 ribu. Hal itu berdampak terhadap para jamaah haji khusus, termasuk Riawan Amin. "Saya pergi haji berutang untuk melunasi ongkos naik haji (ONH), sebab nilai dolar melonjak tajam," tutur Riawan Amin kepada Republika di Jakarta, Kamis (27/8).

Pada saat berhaji pertama itu Riawan mengajak istrinya untuk berhaji. Namun, istrinya mengaku belum siap karena memiliki anak kecil yang belum bisa ditinggal.

Pada 2000, ketika Riawan sedang berada di Istambul, Turki, tiba-tiba istrinya menelepon. Ia ingin pergi haji tahun itu juga. "Padahal, penutupan terminal haji di Jeddah, Arab Saudi, tinggal seminggu lagi. Waktunya sangat mepet," tutur Ketua Dewan Kehormatan Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) itu.

Riawan yang kala itu menjabat direktur utama Bank Muamalat, mendadak kembali ke Jakarta. "Alhamdulillah, kami mendapatkan visa di Bangkok, sehingga bisa berhaji tahun itu," tutur mantan direktur utama Bank Jabar Banten (BJB) Syariah itu.

Riawan menceritakan, ada kisah sedih yang dia lihat langsung di Bangkok saat itu. Ada rombongan calon pengantin lelaki dan perempuan yang akan berangkat haji sekaligus menikah di depan Ka'bah. Namun ternyata, hanya rombongan yang laki-laki yang mendapatkan visa, sedangkan rombongan calon pengantin perempuan tidak dapat visa. Terpaksa, rencana pernikahan di depan Ka'bah itu batal.

"Ada yang mengatakan, mungkin mereka niat menikah di depan Ka'bah lebih kuat daripada niat berhajinya," ujar Riawan yang meraih  gelar Master of Science dari University of Texas, Amerika Serikat, dan menerima gelar doktor honoris causa di Perbankan Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Salah satu hikmah lain yang ia petik dari ibadah haji adalah tidak boleh mendahului Tuhan. Seusai melaksanakan prosesi ibadah haji yang kedua, Riawan merasa senang sekali karena tubuhnya sangat sehat. Padahal, biasanya kalau haji maupun umrah, ia sering terkena flu dan batuk.

Seusai melempar jumrah, ia mandi air dingin. "Apa yang terjadi? Begitu keluar kapan mandi, badan saya menggigil," kenang peraih Best CEO Bisnis Indonesia 2008 itu.

Riawan mengatakan, ia sama sekali tidak bermaksud sombong atau takabur kala itu. "Namun, saya mendahului Tuhan. Allah tidak suka itu. Harusnya, saya bilang, insya Allah," tutur penulis buku The Celestial Management, Satanic Finance, Indonesia Militan, Anda Tidak The Boss dan CEO Waktu Matrix.

Pendiri Celestial Management Foundation itu mengaku yakin, doa di Masjidil Haram sangat makbul. Pertama kali haji pada 1998, ada doa khusus yang dipanjatkan oleh Riawan di depan Ka'bah, "Ya Allah, angkatlah derajat saya kalau memang pantas."

Allah SWT mengabulkan doanya. Riawan diangkat menjadi direktur utama Bank Muamalat. Di bawah kepemimpinannya, Bank Muamalat menjadi satu-satunya bank yang berhasil melewati krisis ekonomi tanpa suntikan dana sepeser pun dari pemerintah.

Riawan pun dipercaya menjadi dirut Bank Muamalat selama dua priode (1999-2009) dan berhasil membawa Bank Muamalat menjadi salah satu bank syariah terbesar dengan laba terbesar di antara seluruh bank syariah yang ada. N irwan kelana

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement