Jumat 17 Oct 2014 15:00 WIB

Makkah, Kota Terowongan

Red:

"Bagaimana, mau pulang naik taksi atau jalan kaki dari Masjidil Haram?" tanya Kepala Bidang Humas Kemenag yang juga Kasi Media Center Haji (MCH) Makkah Rosidin Karidi Ratiban kepada saya dan lima rekan jurnalis MCH serta Humas Kemenag RI seusai melaksanakan tawaf ifadah, Ahad (4/10) pagi waktu Arab Saudi (WAS).

Rosidin menawarkan kami setelah berulang kali gagal menawar ongkos 'mobil omprengan' atau 'taksi tak berstriker' untuk mengantarkan kami ke kantor Misi Haji Indonesia di wilayah Syisyah Raudhah. Akhirnya, kami bertujuh memutuskan berjalan kaki dari Terminal Al Ghaza menuju kantor tersebut. Saat itu, ada dua pilihan, melewati Terowongan Aziziyah atau Terowongan Faisaliyah. Pilihan pun jatuh ke Terowongan Faisaliyah.

Secara konstruksi, kedua terowongan itu memiliki kesamaan. Berdiameter sekitar 14 meter. Terowongan Aziziyah membentang sepanjang 1.500 meter, sementara Terowongan Faisaliyah sekitar 600-700 meter. Pilihan berjalan kaki sungguh tepat karena pagi itu, sebagian besar lalu lintas Kota Makkah macet total akibat pergerakan jutaan jamaah haji dari Mina ke Masjidil Haram dan sebaliknya. Selain dua terowongan tersebut, masih ada puluhan terowongan lain di Makkah yang panjang bervariasi antara 500 meter dan 2.000 meter.

Selain memiliki sebutan Makkah al-Mukarramah (kota yang dimuliakan Allah SWT), Haramun Aamin atau kota suci yang aman (QS al-Qashash [28]:57), al-Balad (negeri), Ummu al-Qura atau induk negeri-negeri (QS al-An'am [6]: 92), al-Balad al-Amin atau negara yang aman (QS at-Tin [95]: 4), dan Waadin Ghairu Dzi Zar'in atau lembah yang tidak mempunyai tanaman (QS Ibrahim [14]: 37), Makkah juga dijuluki Kota Terowongan karena memiliki puluhan terowongan. Wilayah yang terdiri atas gunung bebatuan ini ditembus dengan membuat terowongan. Alhasil, setiap jarak yang sebelumnya terasa jauh kini lebih terjangkau.

Pada 2011, Pemerintah Kota Makkah memulai pembangunan 55 terowongan melalui pegunungan dan sejumlah ruas jalan untuk melayani jutaan jamaah dari berbagai belahan dunia saat musim haji. Sebanyak 10 di antaranya merupakan terowongan pejalan kaki dan sisanya untuk kendaraan bermotor. Jalur pejalan kaki dan kendaraan bermotor dibuat terpisah. Total panjang terowongan adalah 30 kilometer. Terowongan-terowongan tersebut didukung 48 ribu unit pencahayaan, 451 unit kipas angin berukuran raksasa, 36 generator, ratusan unit pompa air, jaringan pemadam kebakaran, sensor, dan sistem komputer.

Khusus untuk terowongan pejalan kaki dan kendaraan bermotor, dilengkapi 882 lampu natrium, 2.123 lampu neon, 68 unit kipas angin berukuran raksasa, delapan eskalator, dan delapan perangkat untuk mengukur kadar karbonmonoksida. Setiap masuk, keluar, dan mengelilingi Kota Makkah, mobil yang saya tumpangi selalu melewati beberapa terowongan. Saya mengabadikan keindahan lampu interior terowongan dalam sejumlah foto yang saya unggah di Instagram, Twitter, dan Path.

Proyek lain adalah pembangunan tiga terowongan pejalan kaki untuk jamaah haji dan umrah ke halaman utara proyek perluasan Masjidil Haram dari Al-Hujoon, Jarwal, dan Reem Al-Rassam. Terowongan ini melewati pegunungan untuk membantu pejalan kaki mencapai Masjidil Haram. Selain terowongan, ada juga jalan lingkar. Pejabat setempat mengatakan, pembangunan puluhan terowongan dan jalur lingkar tersebut untuk mengatasi kemacetan lalu lintas Kota Makkah dan daerah sekitarnya—seperti Muzdalifah dan Mina—terutama saat puncak haji.

Selain di Kota Makkah, Pemerintah Arab Saudi juga meningkatkan konstruksi Terowongan Al-Muaisim I dan Al-Muaisim II, Mina. Ini adalah terowongan pejalan kaki dari pemondokan (tenda maktab) di Minajadid ke lokasi lontar jumrah (Jammarat). Semula hanya satu jalur, pada 2008 mulai dibangun dua jalur. "Saat itu, jarak terowongan belum sepanjang sekarang," kata Kasi MCH Jeddah M Sidik Sisdiyanto yang pernah berhaji pada 2009. Kini, panjang terowongan Al-Muaisim I dan Al-Muaisim II masing-masing sejauh satu kilometer. Pembangunan puluhan terowongan tersebut adalah upaya Pemerintah Arab Saudi menekan peluang terjadinya musibah saat puncak haji, utamanya ketika jutaan jamaah haji melakukan ritual lontar jumrah.

Kini, jamaah haji sedunia layaknya berterima kasih kepada Pemerintah Arab Saudi yang terus meningkatkan fasilitas dan kualitas puluhan terowongan demi kenyamanan, keselamatan, dan keamanan jamaah haji sedunia. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement