Kamis 09 Oct 2014 13:00 WIB

Jamaah Indonesia ‘Bershalawat' Kembali

Red:

Beberapa hari yang lalu, jamaah Indonesia memusatkan aktivitas ibadah hajinya di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina), Makkah, Arab Saudi. Di sana, jamaah menjalankan puncak ibadah haji. Untuk transportasi ke Arafah pada Kamis (2/10) dilayani oleh sejumlah bus yang disediakan oleh jajaran Kementerian Haji Saudi. Demikian juga untuk kepulangannya ke penginapan di Kota Makkah, Arab Saudi, jamaah dilayani oleh bus yang sama.

Namun, pada keseharian di luar puncak haji, jamaah Indonesia mendapatkan transportasi yang dinamakan bus shalawat. Pada saat puncak haji, bus shalawat itu tidak beroperasi, mulai 30 September 2014 hingga 7 Oktober 2014. Kini, sebanyak 120 unit bus shalawat kembali beroperasi per Rabu (8/10) dini hari Waktu Arab Saudi (WAS).

"Jamaah haji yang sudah selesai shalat Subuh pada Rabu sudah bisa memanfaatkan bus shalawat ini, seperti bus Rawahil," ujar Kepala Bidang Pelayanan Pemulangan (Yanpul) dan Transportasi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Indonesia di Arab Saudi Subhan Cholid, di Kantor Misi Haji Indonesia, Makkah, Selasa (7/10) malam.

Dari sejumlah syarikah atau serikat perusahaan bus (organda), bus Rawahillah yang pertama kali beroperasi. Sedangkan, bus Saptco akan beroperasi ba'da shalat Zhuhur. Sebab, jalur bus ini yang menghubungkan Aziziyah Syimaliah-Mahbas Jin dan melewati Terowongan Bab Ali masih ditutup hingga waktu Zhuhur.

Subhan menjelaskan, ditutupnya daerah itu karena jumlah jamaah haji masih banyak yang berjalan kaki melewati terowongan tersebut. "Mereka umumnya hendak ke Masjidil Haram untuk tawaf ifadah."

Selain rute Aziziyah Syimalia-Mahbas Jin, bus Saptco melayani rute Syisyah Raudhah-Mahbas Jin, dan Mahbas Jin-Bab Ali. Sedangkan bus Rawahil, melaju di rute Syisyah-Raudhah, Rei Dzkahir-Al Ghaza, Biban/Syari Mansyur-Al Ghaza, Utaibiyah/Jarwal-Al Ghaza, menuju Terminal Ghaza, dan satu rute baru yakni Sya'ri Sittin. "Karena di jalur ini ada sekitar 2.125 jamaah haji di pemondokan yang agak jauh dari Masjidil Haram dan harus diantar-jemput," paparnya.

Ratusan bus ini dioperasikan untuk jamaah haji yang menempati wilayah pemondokan/hotel dengan jarak dua ribu meter atau lebih dari Masjidil Haram. Bus ini beroperasi selama 24 jam.

Bus-bus shalawat ini mulai beroperasi sejak kedatangan jamaah Indonesia di pemondokan di Kota Makkah. Bus dilayani dengan dua sopir tiap unitnya, dengan pembagian waktu kerja pukul 10.00-22.00 WAS, dan 22.00-10.00 WAS. Setiap halte dilayani oleh minimal dua orang petugas. Mereka bertugas setiap shift-nya selama 12 jam.

Pengaturan jadwal keberangkatan dan kepulangan jemaah ke dan dari Masjidil haram oleh ketua kloter dan ketua rombongan dilakukan secara bertahap, berangkat lebih awal, yaitu berkisar satu-dua jam sebelum waktu shalat, dan satu-dua jam setelah waktu shalat.

Bus shalawat yang disediakan ini cukup bagus. Beberapa contoh bus adalah keluaran baru full AC dengan kursi yang nyaman. Haltenya pun disiapkan cukup luas, sehingga jamaah tetap nyaman selama mengantre bus shalawat baik untuk pergi ke Masjidil Haram maupun pulang ke pemondokan/hotel.

Pemerintah Indonesia, kata Subhan, melakukan peningkatkan kualitas pelayanan transportasi perhajian yang disediakan oleh Saudi melalui kontrak langsung dengan perusahaan transportasi.

Subhan menambahkan untuk menghindari kepadatan, jamaah diimbau berangkat ke Masjidil Haram lebih awal dan kembali dari Masjidil Haram lebih akhir. Apalagi, pasca-Armina, ribuan jamaah haji masih menjalani thawaf ifadah atau thawaf wada' (perpisahan) bagi jamaah haji yang ingin segera pulang ke negaranya.  rep:zaky al hamzah ed: dewi mardiani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement