Rabu 01 Oct 2014 16:00 WIB
Kabar dari Tanah Suci

Layani Jamaah Kloter Sapu Jagad

Red:

Oleh:Zaky Al Hamzah (wartawan Republika)-- Hernadi tampak khusyuk shalat di atas kursi rodanya. Tangannya berulang kali memindahkan halaman demi halaman buku bertuliskan bacaan tahapan shalat, dari saat membaca al-Fatihah, bacaan kala rukuk, kemudian saat sujud. Tangan kanannya memegang buku, sedang tangan kirinya memilah-milah halaman. Tubuhnya agak condong ke kanan, bersandar di sandaran kursi roda. Di sekeliling Hernadi, ratusan jamaah haji kelompok penerbangan (kloter) 71 terlihat sibuk dengan urusan masing-masing.

Ternyata, kursi roda yang dipakai Hernadi tertukar dengan jamaah calon haji di sampingnya. Tertukarnya kursi roda itu karena kondisi penjemputan jamaah kloter ini berlangsung agak semrawut, mengingat hari terakhir penutupan kedatangan jamaah haji di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, yakni pada Ahad (28/9) pukul 24.00 WAS.

Hernadi kemudian berpindah ke kursi roda yang bertuliskan namanya. Setelah duduk di kursi roda miliknya, Hernadi minta tolong ke saya untuk mengangkat kaki kanan agar pas di sandaran kaki di kursi roda itu. Pria berusia 62 tahun ini lantas menceritakan bila dirinya sedang sakit stroke. Meski demikian, dia siap menjalani rangkaian ibadah haji bersama istri tercintanya.

Di samping Hernadi, ada Siti Umaya (71 tahun) yang sakit ginjal dan kini duduk di kursi roda. Dia meminta saya untuk memanggilkan petugas kesehatan PPIH Daker Jeddah. "Mas, bilangin ke petugas, saya bisa ndak cuci darah di sini?" katanya.

Saya pun memanggil petugas kesehatan. Setelah dipertemukan dengan Siti Umaya, petugas kesehatan menyatakan bahwa jamaah yang sakit ginjal diperbolehkan menjalani cuci darah di Balai Pengobatan Haji Indonesai (BPHI) Makkah. Artinya, Siti Umaya akan dijadwalkan cuci darah setelah berada di pemondokannya di Makkah. 

Hernadi dan Siti Umaya merupakan salah satu dari belasan jamaah haji kloter 71 yang diberangkatkan di jadwal paling akhir. Tujuannya, agar jamaah haji yang sakit atau kategori risiko tingg (risti) tersebut tetap tertangani selama di Tanah Air dan baru diberangkatkan menjelang pelaksanaan wukuf di Arafah atau batas akhir penutupan penerbangan di Bandara Jeddah.

Rata-rata usia jamaah adalah 70-80 tahun. Bahkan, ada beberapa jamaah yang berusia 90-an tahun. Selain faktor usia, umumnya jamaah haji di kloter ini terdiri atas jamaah yang sebelum keberangkatannya mengalami masalah kesehatan, sehingga harus terlebih dahulu dirawat di rumah sakit. Kemudian, ketika kondisinya semakin membaik atau dianggap cukup mampu untuk berhaji, mereka diberangkatkan pada kloter terakhir dari embarkasinya. Saya mencatat, ada 15 jamaah yang mengenakan kursi roda.

"Mereka dikumpulkan jadi satu dalam satu kloter. Ini berlangsung tiap tahun, yakni menerbangkan jamaah haji usia lanjut dalam satu kloter pada hari-hari terakhir keberangkatan," kata Kepala Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Daerah Kerja Jeddah Ahmad Abdullah Yunus.

Kloter ini disebut Kloter Sapu Jagad karena terdiri atas gabungan kloter-kloter yang sebagian besar merupakan jamaah haji risti atau sakit. Kloter 71 Embarkasi Solo itu memiliki jamaah sebanyak 316 orang. Jamaah ini merupakan gabungan dengan 63 jamaah haji dari Kloter 16 Embarkasi Medan. Mereka diterbangkan dari Embarkasi Solo dengan pesawat GA 6019 pada pukul 07.15 WIB, Ahad (28/9), menuju Bandara Kualanamu Medan.

Setelah transit sejenak di Medan, kloter gabungan pertama ini diterbangkan dari Bandara Kualanamu menuju Jeddah pada 11.35 WIB. Meski diterbangkan dari Embarkasi Solo, jamaah calon haji ini berasal dari berbagai daerah di Jawa Tengah, seperti Semarang, Solo, Purworejo, Pemalang, dan sebagainya. Suwitno, Sukamto, dan Mardi Yatmi merupakan tiga jamaah haji yang sakit. Ketiganya mengaku jamaah dari Kloter 66, tapi baru diberangkatkan bersama jamah Kloter 71.

Selain membingungkan petugas PPIH, jamaah usia lanjut dan sakit di Kloter Sapu Jagad ini membuat bingung kalangan pekerja angkut yang umumnya berasal dari Mesir, Yaman, dan India. Para pekerja ini kebingungan menempatkan belasan kursi roda karena jamaah haji risti diberangkatkan di satu bus berkapasitas 44-45 orang. Tak hilang akal, pekerja ini menaruh belasan kursi roda di atap mobil yang harusnya untuk tas tenteng. Karena keterbatasan tempat, tas tenteng jamaah terpaksa ditaruh di dalam bus bersama dengan pemiliknya. Butuh banyak kesabaran dan akal melayani jamaah dari Kloter Sapu Jagad ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement