Ahad 21 Sep 2014 17:19 WIB

Benahi Pemondokan Jamaah Haji

Red: operator

DPD RI mengingatkan agar Kemenag memperbaiki semua pelayanan untuk jamaah haji Indonesia sehingga jamaah bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk.

MADINAH -- Kisruh pemondokan jamaah haji di Madinah terus mendapat sorotan dan kritikan dari berbagai kalangan. Sekitar 17 ribu jamaah haji yang berasal dari 42 kloter mendapatkan pemondokan yang kurang layak dan lokasinya berada di luar Markaziah.

Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia Ade Marfuddin menilai, kisruh pemondokan jamaah di Madinah yang sebagian berada di luar Markaziah bukan semata-mata kesalahan delapan majmuah. Ia menilai, pemerintah telah lalai dan tidak memiliki standar prosedur operasional yang jelas.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:neni ridarineni/Republika

Jamaah haji Indonesia sedang berjalan kaki untuk menunaikan shalat di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi Sabtu (20/9).Jumlah jamaah haji Indonesia yang telah sampai di Tanah Suci hingga Jumat (19/9) mencapai 105.500 orang.

"Sehingga, tiap tahun dibohongin terus sama majmuah, pemerintah telah melanggar undang-undang dan jamaah wajib mendapat ganti rugi, kejadian ini selalu terulang," ujar Ade dalam pernyataannya.Masalah pemondokan jamaah di Madinah juga mendapat perhatian khusus dari DPD RI.

Sebanyak delapan anggota DPD RI langsung mengunjungi klokasi pemondokan jamaah di Madinah. DPD RI mendesak Kementerian Agama (Kemenag) RI untuk segera membenahi pemondokan agar jamaah mendapat tempat penginapan yang layak.

Wakil Ketua Komite III DPD RI Prof Istibsaroh mengingatkan agar Kemenag memperbai ki semua pelayanan untuk jamaah haji Indonesia. Dengan begitu, kata dia, jamaah haji bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk tanpa terbebani pikirannya.

Selama satu hari, DPD menemui sejumlah jamaah haji yang tinggal di pemondokan di luar Markaziah. Wakil rakyat ini menerima sejumlah keluhan dari jamaah haji, seperti jarak pemondokan yang jauh dari Masjid Nabawi. Meski disediakan bus angkut untuk jamaah, anggota DPD ini mendapat laporan ada jamaah yang berjalan kaki dari pemondokan ke Masjid Nabawi. Padahal, jarak pemondokan ke masjid ini sekitar satu kilometer.

Selain penempatan pemondokan yang berada di luar wilayah Markaziah (area ring 1 dekat Masjid Nabawi), pihaknya juga mendapat la poran adanya roti untuk jamaah yang diberikan pada pagi hari, tapi dimakan pada malam hari."Kateringnya perlu menyampaikan kepada jamaah kalau roti untuk makan pagi itu harus dimakan segera," katanya.

Keluhan lain dari jamaah adalah soal koper sebab ada jamaah yang baru menemukan kopernya setelah dua hari tiba di Madinah.

"Yang untuk (kasus-kasus) di Madinah jangan sampai ada lagi (jamaah haji) yang menemukan kopernya setelah dua hari. Tapi, upayakan koper-koper itu sudah tiba di hotelnya di Madinah. Benar-benar dicek tempatnya di dalam Markaziah, kemudian untuk makan harus tertib," ujar Istibsaroh, Kamis (18/9) siang waktu Arab Saudi (WAS).

DPD RI menegaskan, semua jamaah haji gelombang dua harus bisa ditempatkan di pemondokan wilayah Markaziah. Sebab, laporan tahun kemarin, semua jamaah haji, baik gelombang pertama maupun gelombang kedua, ditempatkan di pemondokan wilayah Markaziah.

"Pertama, saya mengapresiasi karena tahun kemarin itu penyelenggaraan haji Indonesia mendapatkan tingkat kepuasan yang tinggi.

Kemudian untuk penyempurnaan selanjutnya, sekarang saya harap akan lebih baik lagi," kata Istibsaroh.Tahun ini, sebanyak 17 ribu jamaah haji Indonesia (dari 42 kloter) ditempatkan di pemon dokan wilayah luar Markaziah yang berjarak minimal satu kilometer dari Masjid Nabawi. Penyebabnya, sembilan majmuah (penyedia akomodasi jamaah) wanprestasi atau melanggar kontrak yang sudah disepakati.

Meski mendapatkan pemondokan di luar Markaziah, Istibsaroh mendoakan agar semua jamaah haji menjadi haji mabrur. "Kita doakan para jamaah haji mabrur semua. Soalnya kalau makbul kanumurnya nggak panjang,"

ujarnya.

Dirjen Penyelengaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Djamil menuturkan, Kemenag sudah melakukan penyelesaian persoalan on the spot, yakni mengunjungi pemondokan bersama para majmuah dan melongok langsung dapur pengusaha katering.

"Kita menyelesaikan mem-follow up persoalan sesegera mungkin on the spot.Kemarin kita gelar pertemuan dengan (sembilan) majmuah, kemudian mengunjungi pemondokan jamaah di luar Markaziah dan mencari solusinya. Kemudian, tadi kita ke katering untuk memastikan semuanya segera diperbaiki," katanya.

Sebelumnya, dalam paparan Kemenag beberapa wakttu lalu, disebutkan untuk akomo dasi jamaah haji di Madinah sangat menekankan lokasi yang dekat dengan Masjib Nabawi.

Republika mencatat poin-poin penting pemaparan tersebut adalah, pertama, jarak maksimal dari Masjid Nabawi adalah 650 meter dengan sistem sewa pelayanan kepada grup pemondokan (majmuah) untuk masing-masing jamaah selama lebih kurang sembilan hari.

Kedua, wilayah pemondokan di Madinah adalah Markaziah yang terbagi dalam empat sektor pelayanan dan empat sektor khusus.

Ketiga, sistem penempatan pemondokan di Madinah tanpa di-qur'ah(pengundian), tetapi berdasarkan jadwal kedatangan di Madinah.  rep:zaky al hamzah ed:heri ruslan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement