Rabu 03 Sep 2014 13:00 WIB
Kabar Dari Tanah Suci

Jalan Mencari Ka'bah

Red:

''Subhanallah, alhamdulillah, akhirnya kita bisa menyelesaikan umrah dengan lancar walau tanpa ada pembimbing dan pendamping,'' kata Santi, wartawan dari radio El Sinta, rekan satu tim dan satu kamar dengan saya di Media Center Haji (MCH) Daerah Kerja (Daker) Makkah, sambil tersenyum memeluk saya.

Awalnya, kami sempat khawatir. Sebab, kami bertiga yang baru kali ini menginjakkan kaki di Masjidil Haram ditinggal oleh rombongan sesama petugas haji berjumlah 10 orang yang semuanya pria. Sebetulnya, kami sudah bilang kepada mereka hendak ke kamar mandi dulu yang jaraknya cukup jauh. Saat itu, kami minta ditunggu sebelum memulai tawaf. Tapi, ternyata kami ditinggal. Ya sudahlah, apa boleh buat. 

Saat itu, Ahad (31/8) menjelang dini hari. Suasana di Masjidil Haram masih agak lengang. Kami melakukan umrah perdana pada dini hari karena kami memang baru sampai di Makkah saat hari sudah malam. Kami pun sempat bingung saat mencari jalan menuju pelataran Ka'bah. Alhamdulillah, ada salah seorang jamaah dari negara Timur Tengah yang bisa berbahasa Inggris dan mau memberi tahu di mana jalan menuju Ka'bah. Setelah mendapat penjelasan, dengan penuh semangat, kami bertiga mulai mencari Ka'bah menelusuri Masjidil Haram.

Tak seorang pun orang Indonesia yang kami temui. Ya, karena kami merupakan rombongan petugas haji nonkloter yang ditugaskan di Makkah dan berangkat lebih dulu dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Ahad (31/8) siang. Terbang dengan pesawat Garuda Indonesia, rombongan kami tiba di Jeddah pada pukul 17.20 WAS atau sekitar pukul 21.20 WIB.

Rombongan pertama petugas haji Makkah yang diberangkatkan berjumlah 45 orang. Sedangkan, petugas haji nonkloter lainnya yang ditugaskan di Makkah bertolak dari Bandara Soekarno-Hatta pada Ahad (31/8) sore. Mereka berjumlah 374 orang.

Dengan mengucapkan "bismillahirahmanirahim'' dan mohon kekuatan kepada Allah SWT, kami bertiga berniat untuk melakukan tawaf dengan berbekal buku manasik haji. Alhamdulillah, dilancarkan Allah. Hanya selang sekitar lima menit dari saat kami bertanya kepada jamaah asal Timur Tengah, Ka'bah pun berhasil kami temukan.

Saat melihat Ka'bah, kami bertiga dengan spontan berkata sambil menunjuk ke arah Ka'bah, "Itu Ka'bah, alhamdulillah, subhanallah.'' Kami pun langsung berdoa dan bersujud. Tak terasa air mata pun mengalir deras.

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, saya bisa menyaksikan Ka'bah dengan mata telanjang dan benar-benar di depan saya. Kekaguman saya terhadap Ka'bah tak bisa diucapkan dengan kata-kata. Hal ini pun juga dirasakan oleh kedua teman saya.

Ka'bah disebut juga Baitullah (Rumah Allah). Ka'bah merupakan bangunan pertama di atas bumi yang digunakan untuk tempat menyembah Allah dan dibangun di atas satu dasar fondasi yang kuat terbuat dari batu marmer yang tebalnya sekitar 25 sentimeter.

Alhamdulillah, ketika selesai tawaf, kami bertemu dengan rombongan petugas haji Daker Makkah di belakang Maqam Ibrahim. "Kami jangan ditinggal lagi ya. Kami mau shalat dulu di Hijir Ismail,"kata Santi.

Maqam Ibrahim adalah rumah kecil berkubah hijau, berdinding terali besi yang terletak di antara pintu Ka'bah. Maqam Ibrahim adalah tempat utama untuk mengerjakan shalat. Karena, di sinilah imam berdiri untuk semua macam shalat jamaah di Masjidil Haram. 

Usai shalat di Hijir Ismail, kami melanjutkan prosesi umrah perdana ini dengan sai dan akhirnya bertahalul. Alhamdulillah. n

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement