Selasa 02 Sep 2014 16:30 WIB

Menjaring Ketenangan di Taman Kota Jeddah

Red:

Oleh Zaky Al Hamzah(Wartawan Republika di Tanah Suci) -- Pagi itu, suhu udara 20 derajat Celsius berkolaborasi dengan eembusan angin kiriman Laut Merah. Dingin. Tapi, sungguh nikmat daripada hanya menangkupkan selimut di dalam kamar hotel. Sementara, matahari belum beranjak dari peraduan. Suasana ini tak menyurutkan sejumlah warga setempat maupun calon jamaah haji (calhaj) untuk melangkahkan kaki ke Taman Kota Jeddah. Taman yang terletak di Distrik Al Hambra dan berdempetan dengan pesisir Laut Merah itu mulai hidup. Merangkai cerita hari.

Meski saya dan teman-teman jurnalis sudah mempercepat langkah kaki dari tempat penginapan di Hotel Rahhal Al Bahr untuk menuju taman kota, namun kehadiran kami sudah didahului sejumlah warga. Sebagian titik di taman kota sudah mereka "kuasai". Tapi tenang, karena taman ini sangat luas, masih banyak area kosong yang begitu indah.

Meski  suasana masih pagi buta dan dinginnya udara pantai menusuk kulit, beberapa warga, sebagian bersama anggota keluarga, tampak menggelar tikar. Ada yang di koridor jalan untuk pejalan kaki atau di sela semak-semak. Jarak bibir pantai dengan Jalan Kornis atau Corniche Road di Distrik Al Hambra sekitar 30 meter. Di sisi jalan, ada jalan setapak dengan lebar dua meter, sedang lebar jalan kaki di samping bibir pantai sekitar tiga meter.

Beberapa anak muda tampak menggeber sepedanya kencang-kencang, saling berkejaran. Sejumlah anak muda lain saling berebut bola. Tak ingin ketinggalan menyesapi momen langka ini, kami merekam dengan kamera smartphone dan kamera DSLR. Sesaat setelah mengambil foto dengan beragam angle, kami didatangi dua anak muda. Dengan percaya diri, keduanya bergabung dengan kami untuk foto bersama. Namanya Yasser dan Muhammad. Penampilan keduanya sangat funky/ dan cool, khas anak muda penggemar sebuah grup musik. Yasser mengenakan rompi bercelana jins dan sepatu kets. Sedangkan, Mohammad bergaya ala hip-hop dengan topi khas rapper.

Puas berfoto dengan keduanya, kami bergeser ke arah utara. Masih cukup waktu untuk menikmati pagi. Kami kemudian berpapasan dengan para pemancing ikan. Sekitar tujuh pemancing ikan menegakkan joran mereka di sandaran pagar pinggir pantai bercat putih. Dua dari mereka bernama Nazar Mohammad dan Muhammad Ismail. Keduanya warga Sudan. Mereka berburu ikan barakota dengan umpan ikan salmani atau udang.

"Kita biasa memancing di sini bila hari libur," tutur Nazar, yang sehari-sehari bekerja sebagai security supervisor. Bukan untuk dikonsumsi, tentunya. Nazar dan Muhammad Ismail memancing hanya untuk menyegarkan diri karena hari itu, Jumat, adalah hari libur bagi karyawan atau staf perusahaan.

Taman kota di Distrik Al Hambra merupakan tempat rekreasi terpanjang di Jeddah. Pemerintah setempat membangun tempat rekreasi di sepanjang pesisir pantai Laut Merah dengan panjang sekitar 40 kilometer (km). Oh ya, saat menikmati laut ini, saya jadi teringat cerita sejarah yang dibacakan ustaz tatkala saya masih siswa SD. Yakni, tentang kisah terbelahnya Laut Merah oleh tongkat Nabi Musa AS ketika dikejar tentara Raja Fir'aun, penguasa saat itu. Kemampuan membelah Laut Merah itu merupakan salah satu mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Musa AS demi menegakkan agama Allah SWT.

Keindahan pantai ini semakin lengkap bila dinikmati hingga malam. Yakni, keberadaan air mancur tertinggi di dunia bernama Air Mancur Nafura King Fahd. Dinamakan demikian karena air mancur ini merupakan sumbangan dari almarhum Raja Fahd Bin Abdul Aziz untuk Kota Jeddah. Air mancur ini berada di Laut Merah karena sumber airnya pun dari Laut Merah.

Air Mancur Raja Fahd dapat menyemburkan air sebanyak 625 liter per detik yang didorong dari tiga buah pompa raksasa. Dengan jumlah air sebanyak itu, semburan air mancur ini bisa mencapai 853 kaki dari permukaan Laut Merah atau hampir setara dengan Menara Eiffel tanpa antena. Pembangunan Air Mancur Raja Fahd dimulai pada 1980-1983 dan baru dibuka pada 1985.

Yang menarik, air mancur ini dapat terus beroperasi selama lebih dari 20 tahun tanpa kerusakan yang berarti. Hilangkan pikiran membandingkan pengoperasian air mancur ini dengan air mancur berjoget di area Tugu Monumen Nasional (Monas). Tapi, silakan bertanya seperti ini, "Kok bisa air mancur Raja Fahd bisa beroperasi selama itu?" Rahasianya adalah sistem pemeliharaan yang komprehensif mulai dari pemeliharaan harian hingga tahunan.

Sejak Subuh hingga malam hari, aktivitas di Taman Kota Jeddah sangat menyenangkan untuk menjaring ketenangan, melengkapi kisah hidup saya selain beribadah umrah, haji, serta tugas jurnalistik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement