Ahad 23 Aug 2015 15:09 WIB

Jalan-Jalan--Saigon dan Sungai Mekong

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kota ini dulunya bernama Saigon, namun saat ini sudah berubah nama menjadi Ho Chi Minh. Ho Chi Minh adalah nama yang disematkan setelah kemerdekaan Vietnam, sebagai penghargaan terhadap tokoh puncak sekaligus presiden pertama mereka. Namun demikian, sampai saat ini masih banyak kalangan menyebutnya Saigon, terutama para turis dari Barat. Saigon adalah pusat bisnis Vietnam.

Secara luas, kota ini lebih kecil dari Hanoi, namun memiliki penduduk lebih banyak, sekitar 9 juta orang. Dengan penduduk sebanyak itu, dan predikat sebagai kota bisnis, sudah tentu membuat Saigon cukup sibuk dan macet.

Di antara destinasi wisata unggulan Saigon adalah gedung bersejarah di tengah kota, yaitu gereja dan kantor pos. Kedua gedung tersebut masih aktif dipakai sebagaimana peruntukannya.

Untuk destinasi luar kota, dengan perjalanan darat sekitar tiga jam, Anda akan mencapai medan pertempuran zaman dahulu, yaitu pedesaan Gu Chi. Desa ini sangat populer karena memiliki jalan bawah tanah (tunel) sepanjang 200 kilometer.

Tunnel dengan struktur jaring-jaring ini pernah menjadi basis kekuatan kunci tentara Vietkong yang menjadi momok dan membuat frustrasi tentara Amerika. Di lokasi ini, turis dijelaskan berbagai strategi dan model jebakan yang dibangun tentara Vietkong. Sungguh mengagumkan!

Sekitar dua jam dari Saigon, turis juga disuguhi keindahan Sungai Mekong. Sungai Mekong adalah sungai besar dan panjang yang mengalir dari Tibet, Myanmar, Thailand, Kamboja, dan akhirnya mencapai pantai di Vietnam. Di samping melihat besarnya Sungai Mekong, turis bisa naik perahu kecil menyusuri sungai tersebut dan singgah di beberapa tempat untuk berbagai hidangan lokal yang unik. Masyarakat setempat juga menyediakan perahu dayung yang bisa dinikmati turis untuk menyusuri tambak indah di sekitar sungai itu.

Mirip Indonesia

Semakin lama tinggal di Vietnam, saya makin kagum dengan negara ini. Meskipun baru pada 1975 lepas dari peperangan brutal, negara yang semula saya anggap "belum berkembang" ternyata nyaris sekelas dengan Indonesia. Ya, dari beberapa hal, Vietnam memang bisa disejajarkan dengan Indonesia.

Secara kultur, Vietnam relatif mirip dengan Indonesia. Bentuk rumah, desain jalan-jalan rakyat, tradisi warung lesehan, keramahan rakyat dan lainnya. Bahkan, bentuk tubuh dan raut muka masyarakatnya juga mirip. Sedangkan kulit tubuh, sepertinya orang Vietnam lebih putih dari kebanyakan orang Indonesia.

Coba lihat beberapa gambar di atas. Tampak pasar tradisional di salah satu sudut Kota Hanoi. Suasana pasar tersebut mirip seperti yang sering kita jumpai di pinggiran kota di Indonesia. Berikutnya, lihatlah gambar jalan pedesaan beserta lingkungan sekitar yang ada di sepanjang perjalanan dari Saigon ke Gu Chi. Pemandangan tersebut mengingatkan kita pada jalan kecamatan di sebagian besar Pulau Jawa.

Di Saigon, kondisinya mirip Jakarta. Kota ini diwarnai kemacetan, sepeda motor menguasai jalanan, dan ketika terjadi kemacetan, sepeda motor sering kali naik ke trotoar.

Hanoi vs Yogya

Pada sebuah harian yang terbit pada 6 Juni 2015, Tri Harso Karyono, profesor arsitektur di Universitas Tanri Abeng, Jakarta, menulis artikel dengan judul "Hanoi Design Supports Healthy Lifestyle". Karyono membandingkan bahwa harapan hidup di Hanoi lebih tinggi dari Indonesia. Sementara, tingkat konsumsi sumber daya (diukur dengan rasio ecological footprints- EF) jauh lebih kecil.

Apa yang membuat Hanoi mencapai prestasi tersebut? Menurut dia, warga Hanoi menjalani kehidupan yang dekat dengan alam, sedikit sekali menggunakan alat mekanik.

Belanja di pasar rakyat, bukan di mal dan shopping center. Pejalan kaki dimanjakan, tidak perlu pakai motor atau mobil menuju tempat bekerja.

Pemerintah banyak membangun taman dan waduk untuk tempat umum. Tersedia banyak tempat olahraga umum. Situs dan bangunan bersejarah dipertahankan. Membiarkan jalan-jalan tetap sempit seperti semula. Membiarkan moda transportasi kuno tetap beroperasi. Namun, pada sisi lain, mereka merancang sistem transportasi umum yang cukup modern.

Dengan membaca tulisan Karyono, saya jadi berpikir, seandainya saja Yogyakarta dirancang seperti Kota Hanoi, sepertinya Yogya akan menjadi kota yang jauh lebih baik. Tidak ada salahnya menjadikan Kota Hanoi, kota di negeri yang tidak lebih maju dari Indonesia, sebagai kota benchmark. Sebab, faktanya Hanoi telah mencapai prestasi yang sangat baik, termasuk di antaranya jumlah turis per seribu penduduk di Hanoi lebih tinggi dari Jakarta.

Hanoi dan banyak negara di Eropa telah berhasil mempertahankan kekunoan. Namun, pada saat yang sama, mereka mampu merancang kota sesuai kebutuhan penduduknya yang makin membeludak. ed: Nina Chairani

Cara Menuju Vietnam

Cukup banyak penerbangan yang bisa mengantar Anda ke Vietnam. Untuk sederhananya, pilih saja Vietnam Airline. Dari Jakarta, Anda bisa turun di Hanoi maupun Saigon, tergantung rute perjalanan. Jika Anda punya waktu banyak, tentu bebas memilih. Namun, jika waktu terbatas, saya sarankan menuju Hanoi dan menengok Ha Long Bay, yang berarti tidak singgah di Saigon. Jika Anda akan berkunjung juga ke Saigon, dari Jakarta bisa turun di Hanoi, dan pulang menuju Jakarta kembali dari Saigon.

Harga tiket tentu saja bervariasi, seperti halnya tarif penerbangan di Indonesia. Untuk harga tiket PP berkisar Rp 5-9 juta. Sedangkan, untuk hotel dan paket tur selama di sana, tentu saja juga bervariasi tergantung kelas hotel dan rutenya. Sebagai gambaran, untuk paket sepekan berkisar Rp 5 juta?Rp 7 juta. Jadi, dengan ongkos sekitar Rp 10 juta, Anda bisa menikmati keindahan Vietnam, tentu saja tidak termasuk oleh-oleh dan tetek-bengek lainnya.

Jika Anda mengikuti paket tur dari travel, tentu segala urusan selama di sana sudah disiapkan. Bagi Anda yang sudah terbiasa travelingke luar negeri, bisa jalan-jalan sendiri. Jangan bayangkan moda transportasi nyaman seperti di Singapura, Hong Kong, Sydney, dan kota besar sekelasnya. Transportasi di Vietnam relatif lebih ribet. Kabar baiknya, Vietnam sangat mirip dengan Indonesia, termasuk dalam hal transportasi umum. Anda bisa mendapatkan taksi, bus umum, angkot, ojek, dan lainnya seperti halnya di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement