Ahad 10 Aug 2014 12:30 WIB

Kampung Penghasil Kopi Terbaik Dunia

Red: operator

Bermalam di kampung penghasil kopi terbaik dunia melimpahi kita dengan sensasi aroma dan rasa.

Kabut masih menyelimuti kawasan perkampungan Wae Rebo, saat saya beranjak keluar dari Mbaru Niang Tirta Gena Maro.

Istirahat yang nyaman semalam membuat badan saya kembali segar. Sesegar udara pagi bumi Flores yang menyuguhkan kesejukan alami.

Samar-samar cahaya surya mulai lembut menembus kabut dan menerangi kawasan perkampungan adat Wae Rebo, yang dikelilingi beberapa puncak Gunung Curunumbe.

Pemandangan pagi itu begitu memesona mata. Jajaran bangunan rumah adat (mbaru niang) semakin tampak utuh, tak seperti saat saya tiba yang berselimut pekatnya malam.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sebagian aktivitas warga kampung adat inipun mulai tampak menggeliat di beberapa mbaru niang, untuk me nyambut pagi.

Ada sesuatu yang mengusik, ke tika saya mencoba dan merasakan se gar nya udara pagi di perkampungan berke tinggian 1.200 mdpl ini.

Aroma khas dan cukup mu dah saya kenali, begitu semerbak di antara kesejukan pagi.Rupanya seorang warga tengah me nyang rai biji-biji kopi, di samping mbaru niang gena jekong. Harumnya begitu menggoda hingga membawa saya untuk menghampiri eksotisme geliat masyarakat kampung kuno ini.

Saat matahari mulai menyapa rerumputan yang penuh dengan bulir embun, beberapa pria menyambutnya dengan memapar lembaran terpal plastik.

Lembaran terpal ini akan dijadikan alas untuk menjemur kopi yang telah di pisahkan dari kulit buahnya. Di sudut lain, tampak perempuan yang beraktivitas di antara deru mesin pemisah kopi dengan kulitnya.

Sesekali remaja melintas dengan ke ranjang yang di kaitkan di kepalanya, un tuk memetik kopi di kebun. Roda ak ti vi tas ini bergulir setiap hari di Wae Rebo.

Selain pengelolaan ekowisata, warga Wae Rebo umumnya mengandalkan hasil dari ber kebun dan mengolah kopi.

Lokasinya yang berada di ketinggian lebih dari 1.000 mdpl, jenis kopi yang tumbuh di kawasan ini adalah kopi robusta. Terutama jenis kopi kolombia (colombian coffee) yang hingga saat ini masih diakui sebagai salah satu kopi terbaik di dunia ini. Meski begitu, ada juga jenis kopi arabika yang tumbuh pada perkebunan yang menghampar hingga ketinggian 1.500 mdpl ini.

Menurut Rofinus Nompor, salah seorang warga Wae Rebo, warga sangat memanfaatkan panas matahari untuk menjemur biji-biji kopi ini. Maklum, per kam pungan ini lebih akrab dengan kabut. Saat kabut menyelimuti perkampungan ini, sinar matahari praktis tak menghasilkan panas yang cukup untuk mengeringkan biji kopi.

Biji kopi yang telah cukup kering, lan jut nya, sebagian langsung disangrai meng gu nakan tungku yang dibakar dengan ka yu. Kopi yang telah disangrai ini sebagian langsung ditumbuk menjadi bubuk kopi. Sebagian lagi dikemas sebagai kopi siap tumbuk.

Warga Wae Rebo juga menyiapkan biji-biji kopi yang sudah kering untuk di bawa dan dijual ke Desa Dintor atau di Pasar Kombo. Mereka biasanya turun ke pasar-pasar itu untuk membawa kopi dan beberapa hasil kebun lainnya.

"Hasil penjualan kopi digunakan un tuk membeli bahan kebutuhan pokok, seperti beras, gula, maupun lauk pauk,"

ungkap Rofinus.

Baik kopi bubuk, kopi siap tumbuk, maupun kopi kering, jelas dia, sebagian juga dikemas dalam berbagai ukuran.

Kopi asli dalam berbagai ukuran kemasan ini untuk dijual sebagai oleh-oleh para pengunjung Wae Rebo. Harganya cu kup bervariasi, namun masih terjangkau.

Mulai dari kemasan yang dibanderol dengan harga Rp 50 ribu hingga Rp 125 ribu per kemasan. "Menarik untuk oleholeh dari WaeRebo," tambahnya.

Segelas Kopi Pun Tak Cukup ...

Kesempatan menyeruput kopi asli Wae Rebo menjadi penggalan kisah yang memberi saya banyak kesan, selama di kampung ini.

Terus terang, kopi dari Wae Rebo memiliki citarasa yang berbeda. Ini tak lain karena kopi tersebut memiliki kekhasan, baik sejak dari pohon maupun pengolahannya.

Rofinus mengatakan, kopi Wae Rebo memiliki kualitas yang cukup bagus. Sebab, pohon kopinya tumbuh di lahan de ngan ketinggian hingga 1.500 mdpl.

De ngan begitu, tanaman tersebut mampu menghasilkan kualitas biji kopi yang terjaga oleh iklim sejuk. Selama pertumbuh an, kopi wae rebo ini benar-benar organik.

"Sama sekali tak tersentuh bahan kimia yang tercampur, baik pada unsur hara tanah maupun pada kulit buahnya,"

lanjut Rofinus.

Pada saat disangrai, tuturnya, biji kopi tidak diberi campuran apa pun. Sehingga, biji kopi siap tumbuk yang dihasilkan benar-benar asli.Aromanya pun begitu khas dan kuat.Pun ketika sudah disajikan menjadi kopi seduh yang siap untuk diseruput hangathangat.

Di Wae Rebo, kopi menjadi minuman penghangat untuk menyambut para tamu yang berkunjung. Sekali mencoba, nikmatnya kopi ini begitu menggoda.

Segelas kopi tak mampu membuat saya beranjak. Setidaknya butuh dua gelas kopi, guna sedikit mengusir dinginnya udara malam di Wae Rebo.

Dari pengalaman ini, setidaknya saya bisa menerjemahkan bahwa kearifan tradisi warga Wae Rebo --dalam mengolah kopi-mampu menghasilkan komoditas yang memiliki nilai ekonomi.

Ini pula yang manjadikan kopi sebagai komoditas andalan komunitas adat Wae Rebo. "Bahkan, kopi ini mampu meno pang aspek perekonomian masyarakat kami," ujarnya.

Ia juga menyampaikan, kopi yang dihasilkan dari perkebunan di Wae Rebo jamak menjadi favorit wisatawan yang berkunjung.

Jean Paul (53 tahun), salah seorang wisatawan asal Prancis, mengakui kopi yang disajikan di Wae Rebo ini memiliki cita rasa yang kuat.

Selama berlibur di Indonesia, ia meng aku baru terkesan pada cita rasa kopi dari Wae Rebo ini. Kopi yang dinilainya lebih nikmat dibandingkan dengan destinasi yang pernah dikunjunginya.

Ia mengaku sanggup menyeruput tiga gelas kopi untuk teman menikmati pe nga laman dan suasana malam di Wae Re bo.

"Saya sendiri tak pernah menduga, be gitu tertarik dengan citarasa sajian kopi da ri Desa Wae Rebo ini," ungkap Jean Paul.

Penggugah Selera dari Hapo Mbaru Niang

Di Wae Rebo, warga menyambut tamu yang bertandang dengan ramah. Kepada para tamu, mereka juga memiliki kebiasaan menghidangkan sajian masakan khasnya.

Sayur labu dengan nasi merah merupakan menu yang biasanya disajikan. Bagi saya, ini merupakan saat yang pas untuk mencicipi langsung kuliner desa tua tersebut.

Usai membersihkan badan, saya melihat Anastasia tampak sibuk mengolah masakan di dalam hapo sebutan untuk dapur-yang berada di belakang bangun an Mbaru Niang Tirta Gena Maro, tempat para tamu menginap.

Rupanya ia tengah menyiapkan sajian makan malam untuk para tamu yang bermalam. Sejumlah hidangan yang disiapkan terdiri atas sayur labu siam, ayam bumbu kare, perkedel talas, serta sambal.

Labu siam sebagai bahan dasar sayur ini-dapat diiris dalam bentuk kotak dadu atau potongan-potongan berbentuk balok memanjang.

Irisan-irisan ini dicampur dengan daun labu siam muda (pucuk). "Dengan pucuk daun labu siam, sayur inipun menjadi lebih segar dengan unsur hijau daun,"

ujarnya.

Racikan sayur ini cukup sederhana dan tanpa penyedap rasa. Hanya terdiri atas bawang merah, bawang putih, garam, serta sedikit terasi.

"Bumbunya cukup ditumis dan sebelum bahan labu siam dan pucuk daun labu siam dimasak dengan diberi air secukupnya," tambahnya.

Menu ayam bumbu kare, tambah Anastasia, menjadi menu lain yang jamak disajikan pada hari-hari istimewa bagi warga di Wae Rebo.

Daging ayam yang digunakan untuk masakan ini adalah daging ayam kampung atau ayam lokal.Kelezatan daging ayam kampung menjadi alasan tersendiri hingga dipilih untuk menu ini.

Bumbunya terdiri atas bawang merah, bawang putih, jahe, kunyit, daun serai, serta `santan' kemiri. "Di Wae Rebo tidak ada pohon kelapa, kami mengganti buah kelapa dengan buah kemiri sebagai santan," tambahnya.

Meski santan ini berbahan dasar kemiri, masakan Anastasia tetap memiliki cita rasa tersendiri hingga masakan kare ayam ini memiliki cita rasa yang sangat kuat. Hidangan ini sangat cocok disajikan saat masih ha ngat. Karena suhu udara di Wae Rebo cenderung dingin.

Untuk melengkapi hidangan sarapan pagi ini, akan semakin nikmat dengan lauk perkedel ubi talas serta sambal pedas khas Wae Rebo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement