Ahad 13 Jul 2014 15:00 WIB

Keindahan di Kaki Bukit Barisan

Red: operator

Danau Tarusan Kamang adalah keajaiban yang cantik dan menarik dari Nagari Kamang.

Angin sejuk menerpa wajah kami. Edwin melajukan motor sewaan kami menyusuri jalan kabupaten yang lumayan lengang itu. Sesekali mobil pikap, motor melaju dari arah berlawanan atau mendahului kami.

Kami menuju Danau Tarusan, keindahan alam yang disebut-sebut masuk daftar wajib kunjung bila kita ke Nagari Kamang. Pemandangan menyejukkan mata di kiri dan kanan jalan. Sinar matahari petang menciptakan efek emas pada pepohonan dan petakpetak sawah di kiri kanan jalan. Juga pada pepohonan di bukit-bukit kecil dari jajaran Bukit Barisan yang menyembul di latar belakangnya.

Nagari Kamang seluas 1.502 hektare itu bagian terluasnya masih hijau. Terletak di dataran tinggi Agam ketinggian 950 mdpl dengan curah hujan 2.000-3.000 mm membuat kawasan ini memang cocok untuk pertanian.

Pasang dan surut

Di sebelah kanan jalan, mulai tampak sebuah danau. Kami sempat ragu. `'Kecil se ka li ya,'' komentar Edwin sambil meng hen tikan motor. Mata fotografernya tajam mengamati danau dengan latar belakang bukit yang ditebali pepohonan hijau.

Melihat sejumlah orang duduk-duduk, bermain bola di seberang sana. Kami putuskan memang itulah Danau Tarusan. Kami lalu meneruskan perjalanan, mencari jalan masuk. Ternyata, danau itu dijangkau dengan melewati jalan tanah di sebuah perkampungan kecil.

Di tepi danau terlihat beberapa dangau tempat orang berjualan makanan dan mi numan. Beberapa buah kandang kerbau ada di situ. Kami pun berhenti di dekat remaja bermain sepak bola yang tampak dari jalan tadi.

Di sebagian pinggiran danau, terlihat tambak-tambak perangkap ikan. Warga memanfaatkan danau untuk budi daya ikan.

Selain itu, kerbau yang berkandang di sekitarnya pun berkubang di danau ini.Seorang lelaki setengah baya datang menghampiri. Mungkin tahu saya baru pertama kali ke tempat itu, ia langsung memperkenalkan alam sekitar. `'Itu Bukit Durian dan Bukit Tarapuang,'' katanya seraya menunjuk dua bukit di seberang jalan. Di belakang kami, ia menyebut Bukit Panjang. `'Di baliknya itu Bukit Suayan di Payakumbuh.''

Kami berdiri di tepi danau di bagian kaki bukit Panjang. Pemandangan danau sangat indah di sini. Matahari mulai turun di balik Bukit Durian dan Bukit Tarapuang. Cahayanya memantul bergurat-gurat di permukaan air danau.

Labay, lelaki itu memperkenalkan diri, dengan penuh antusiasme menceritakan perihal danau dari desa kelahiran istrinya itu.

Danau yang airnya bisa pasang dan saat surut menjadi hamparan padang rumput yang luas.Tak jelas kapan danau berisi air dan kapan keringnya serupa pula dengan ketidakjelasan lamanya. Keluarnya air danau kerap diwarnai suara air menggelegak di sekitar kaki bukit. Lalu, beberapa hari kemudian lubang-lubang di kaki bukit pun berair, menggenangi padang rumput itu dan danau pun terisi.

Lapangan dalam danau

Ia lantas menunjuk pada kayu mirip gawang yang menyembul dari dalam danau.

`'Kalau kering, orang-orang bermain bola di dalam danau, itu gawangnya yang tinggal satu,'' ungkapnya.

Kini saat danau berisi air, orang-orang bermain bola di tanah datar di tepiannya.Saya lihat mereka menendang bola, bersorak gembira sementara Edwin sibuk membidikkan kameranya di dekat mereka.

Labay bercerita, tak seorang pun boleh punya niat melakukan aktivitas asusila di tempat yang indah. `'Mereka bisa ditarik masuk ke dalam,'' katanya dengan mimik seolah menyimpan suatu misteri.

Kerbau-kerbau dikandangkan di tempat inipun demi keamanan. Sebab, tak mungkin ada pencuri di sini. Tak ada alasan supranatural untuk menjelaskannya. `'Bagaimana tidak? Jalan keluarnya cuma satu, di ujung sana pasti sudah ditangkap preman kampung,'' ujar dia terkekeh.

Orang-orang suka memancing di sini, begitu juga Labay. Danau ini berisi ikan nila, ikan bada putih yang gurih dan lezat. Matahari semakin turun, Labay bercerita tentang keindahan sunset di lokasi yang kerap jadi lokasi syuting film dan ini. Tentu saja itu saya buktikan langsung.Saya mendengarkannya dengan asyik.

Tak terasa hari semakin gelap, Labay pun berlalu. Tak sadar saya, orang-orang di sekitar pun sudah hilang. Tinggal saya, Edwin, dan kerbau-kerbau di situ.Edwin sibuk membidikkan kameranya ke arah matahari yang segera melesat turun.

Beberapa detik momen terbaik untuk sang fotografer tiba. Langit biru terlihat luas, indah tanpa cela. Danau Tarusan Kamang memang bukan danau biasa.

Jangan Lupa, Kerupuk Kamang

Gadis cilik itu dengan cekatan melepas lembaran tipis adonan yang telah dipres dan dipotong sesuai ke ta kan bulat. Ia meletakkannya pada permukaan bambu. `'Dia sudah membantu sejak umur dua tahun,'' kata Deswita, sang ibu, memperhatikan Eka (8 tahun).Deswita dan Sugairun sudah lama juga mulai memproduksi kerupuk kamang.

Kerupuk yang terbuat dari bahan singkong yang sudah digiling. Ia mendatangkan sing kong dari Pariaman.

Mantan salesmanteh botolan merek ternama itu bersama istrinya mengolah se tengah kuintal singkong setiap harinya.

Dimulai dari pukul 04.30 hingga pukul 21.00 malam mereka melakukan kegiatan rutin merebus singkong, menggiling, membumbui, mengepres adonan, mencetak, dan menjemurnya.

Dulu, Sugairin dan Deswita banyak menggunakan tenaganya membuat ke rupuk ini. Untuk menipiskan adonan yang mi rip getuk itu, mereka menggunakan batangan besi sebagai penggiling. Kini mereka menggunakan alat pres sehingga ke ti pisan kerupuk jadi merata. Hasilnya, setelah digoreng kerupuk buatannya sangat renyah.

Kerupuk kamang ini gurih. `'Bumbunya sederhana, hanya garam dan irisan ba wang daun,'' kata Sugairin. Ia boleh berbangga, kerupuk dari rumahnya telah dibawa sebagai oleh-oleh ke Jepang, Turki, dan Mesir.

Sugairin menjual kerupuk singkong buatannya Rp 5.000 untuk satu ikat ukuran kecil dan Rp 6.500 untuk ukuran besar. Bila Anda berjalan-jalan ke Nagari Kamang, datanglah ke rumah-rumah pembuat kerupuk. Anda bisa membeli sekaligus melihat pembuatannya.

Yang jelas kerupuk kamang enak untuk camilan. `'Enak dimakan pakai kuah sate, kuah gado-gado, sambal kuah atau balado tanpa tomat,'' saran Sugairin. Cobalah ...

Ngalau Tarang Batu Biaro

Kamang memiliki alam karst yang indah. Ngalau(gua) Tarang adalah salah satunya. Lokasi gua ini di Nagari Kamang Mudiak, dekat makam Tuanku Nan Renceh menuju ke Pakan Sinayan.

Bagian depan gua dialiri parit yang jernih.

Tinggi mulut gua mencapai 20 meter, panjangnya lebih dari 20 meter. Gua ini memiliki stalagtit dan stalagmit serta batu-batuan dengan bentuk-bentuk yang mengundang imajinasi kita. Ada yang seperti singa, perahu ... lokasi menarik untuk berfoto ria.

Entah sejak kapan, boleh dikata gua ini su dah mati. Tak ada lagi air kapur yang mene tes untuk memperkaya ornamen yang sudah ada. Sayangnya, pemandangan indah ini dirusak grafiti pada bagian depan gua.

Konon Dulu Sebuah Lautan

Saya membuka-buka sejumlah artikel sebagai bekal informasi dalam perjalanan ke Kamang, termasuk tentang Danau Tarusan. Geolog Dr Andang Bachtiar me nyebut Danau Tarusan sebagai da nau karst.

`'Tapi, hanya Danau Tarusan Ka mang yang punya hubungan langsung dengan sungai di bawah tanah sehingga muncul fenomena unik," kata dia pada Februari 2013, saat diselenggarakan Festival Kamang.

Perihal air yang keluar-masuk di danau, mantan ketua Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IKAGI) itu punya penjelasan.

Danau Tarusan Kamang, kata dia, terdapat di zona patahan Su matra bagian timur. Itulah yang menjadi sa lah satu alasan air yang datang dan pergi.

Andang juga menyebut baru pertama kali ia menemukan batu kapur di danau. Sebab, biasanya batu kapur terdapat di daerah pantai. `'Ini menunjukkan bahwa ratusan abad yang lalu danau Tarusan Kamang ini dahulunya merupakan lautan," ujar dia.

Usia perbukitan karst di Danau Tarusan Kamang ditaksir jauh lebih tua ke timbang karst di Jawa. Karst di Kamang diperkirakan sudah berusia 400300 juta tahun. Ini terlihat dari pepohonan yang tumbuh subur di atas bukit.Sementara danaunya diperkirakan sudah ada sejak 70 ribu tahun silam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement