Ahad 10 Apr 2016 16:05 WIB

Dilarang Mati di Longyearbyen

Red: operator

Longyearbyen adalah kota yang menarik di belahan bumi utara.

Berada 78 derajat LU, letaknya di Kepulauan Svalbard, di antara pantai utara Norwegia dan Kutub Utara amat mengundang keingintahuan.

Di negeri tempat beruang kutub ini, matahari hanya muncul selama empat bulan. Kota kecil Longyearbyen yang dihuni sekitar 1.500 orang itu memberikan pemandangan indah yang khas: Sekelompok rumah-rumah kayu di lembah gunung yang bisa melindungi penghuninya dari angin Arktik yang membekukan.

Tapi, asal tahu saja. Meski ajal urusan Sang Pencipta, waspada saja lah berwisata dalam kondisi sakit di sana.

Dilarang tutup usia di Longyearbyen!

Andai seseorang jatuh sakit keras maka ia akan diterbangkan pesawat atau dikirim lewat kapal ke kawasan lain Norwegia, untuk menghadapi ajal.

Dan, pastinya bila tutup usia karena sakit, tak seorang pun akan memakamkannya di Longyearbyen.

Pemakaman di Kota kecil itu telah berhenti menerima penghuni baru sejak 1950. Kendati terkesan kejam, tapi bila ditelisik amat masuk akal. Kebijakan itu diambil setelah ditemukan bahwa jenazah di sana tak bisa membusuk.

Mayat di Longyearbyen terawetkan oleh permafrost, tanah yang membeku sepanjang waktu. Dalam penelitian, para ilmuwan pada waktu itu mengambil sampel daging dari mayat orang-orang yang meninggal di sana. Para ilmuwan menemukan jejak virus flu spanyol yang membuat orang-orang itu meninggal pada epidemi tahun 1917.

Kini, orang yang mendekati hari akhirnya di Longyearbyen langsung dievakuasi. Ia akan diterbangkan ke daratan untuk kemudian menunggu ajalnya.

De ngan berada di kota yang didirikan pengusaha tambang batubara asal AS, John Longyear pada 1906 itu, sebenarnya para wisatawan bisa langsung mafhum adanya kondisi yang berbeda.

Bukannya karena banyak beruang kutub berkeliaran sehingga warga dewasa kerap menyandang senjata.

Namun, di kota itu amat jarang fasilitas perawatan bagi para lansia.

Meski begitu, Longyearbyen tetap mengundang keingintahuan. Di bumi dengan kebekuan tanah hingga kedalaman 10 hingga 40 meter itu, rumah-rumah berdiri dengan kaki-kaki yang menancap dalam ke tanah.

Dengan lapisan aktif tanah yang mencair pada tiap musim panas kaki- kaki itu membuat rumah-rumah bisa tetap bertahan di tempat sama. .

Di Longyearbyen, hari terakhir matahari tenggelam setiap tahunnya pada 25 Oktober. Lalu, sang surya ibarat tertidur dan tak muncul lagi di atas horizon selama empat bulan.

Matahari terbit di Longyearbyen pada 8 Maret, saat cukup tinggi di atas cakrawala sehingga bisa menerangi jalan- jalan setapak di sebuah rumah sakit tua. Seluruh penduduk berkumpul di rumah sakit tua itu pada pukul 12.15 untuk menunggu kedatangannya. Menariknya, warga merayakan selama sepekan kehadiran sang matahari. 

bbc.co.uk/guardian.co.uk/Nina Ch

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement