Rabu 21 Oct 2015 18:00 WIB

Curug Parigi yang Berbau Busuk

Red:
Curug Parigi yang ada di Kota Bekasi
Foto: ROL/C39
Curug Parigi yang ada di Kota Bekasi

Tidak jauh dari Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bantargebang, di perbatasan antara Kota Bekasi dan Bogor, terdapat air terjun indah bernama Curug Parigi. Di kalangan masyarakat Bekasi, Curug Parigi memang telah dikenal sebagai salah satu tempat rekreasi murah meriah.

Air terjun ini memiliki tinggi sekitar dua meter. Aliran sungai yang mengalir dari atas ke bawah membuatnya tampak seperti Air Terjun Niagara versi mini yang tidak kalah indah.

Asal usul air terjun mini ini, menurut Gota (73 tahun), warga Kampung Parigi, adalah bentukan dari galian batu untuk Jalan Raya Narogong. Gota menuturkan, dahulu sekali saat Jalan Raya Narogong baru akan dibangun, Dinas Bina Marga mengambil batu yang berasal dari air terjun ini.

Bukit batu yang besar berusaha dihancurkan dengan menggunakan alat berat, namun keseluruhan bukit batu itu tidak bisa dipecah. Hingga akhirnya, bukit batu itu berbentuk seperti curug. "Berhubung ini batu atasnya keras, cadas, jadinya nyurug," tutur Gota yang memiliki warung saung tidak jauh dari air terjun.

Usai dilakukan penambangan batu dan Bina Marga meninggalkan lokasi, warga setempat pun melakukan penambangan pasir di bekas lokasi penambangan batu tersebut. Saat itu, warga hanya melakukan pengerukan pasir dengan alat seadanya, bahkan kata Gota, masih pakai tangan. Lama kelamaan lokasi bukit berbatu tersebut berubah menjadi air terjun yang lebar dan memanjang.

Air terjun yang lebar dan memanjang ini ternyata menjadi pemandangan yang sangat indah untuk lingkungan di sana. Sayangnya, tidak seperti curug di Bogor yang indah dan juga bersih, air di Curug Parigi ini kotor dan berbau menyengat. Air yang mengalir dari atas air terjun pun ketika sampai di genangan air di bawahnya akan berbentuk gumpalan busa putih yang kotor juga bau.

Di sekitar air terjun juga terdapat sampah-sampah plastik bekas pengunjung. Menurut warga sekitar, Wati (48 tahun), sejak dulu curug ini selalu banyak pengunjung. Biasanya, pengunjung dari kota lain yang tertarik ingin melihat keindahan curug yang disebut seperti Air Terjun Niagara. Namun, banyak pengunjung yang berasal dari jauh merasa kecewa begitu sampai di sana karena kendati pemandangannya indah, air terjun ini berbau busuk.

Selama bertahun-tahun Wati menjadi warga Kampung Parigi, memang selalu banyak pengunjung yang datang ke sana pada hari libur. Paling banyak hanya sekitar 30 orang pengunjung. Jika hari-hari biasa hanya dua hingga tiga orang yang datang pada sore hari. Menurut Wati, mereka datang usai pulang kerja atau pulang sekolah dan hanya sebentar.

Air bau bukan satu-satunya masalah yang membuat pengunjung tidak banyak datang. Masyarakat juga enggan ke sana karena tidak adanya penanda jalan, padahal lokasinya berada jauh dari jalan raya Narogong dan masuk ke daerah yang disebut warga Pangkalan Lima.

Ketika masuk ke belokan jalan menuju Curug, akan terlihat tanah kosong dengan luas sekitar satu hektare sebelum menuju Curug. Namun, tanah tersebut milik pabrik yang sewaktu-waktu bisa digunakan oleh pemiliknya.

Makanya, kata Wati, tidak banyak warung saung yang bisa berjualan di sana. Hanya ada lima warung saung dengan jarak yang cukup jauh di tanah kosong, sebelum menuruni jalan berpasir terjal menuju curug. Oleh pemilik tanah, mereka diizinkan untuk berjualan di sana sekitar setengah tahun lalu, namun dibatasi jumlahnya. "Ibu nggak bakal minta ganti rugi soalnya kan ibu yang salah karena nempatin tanah orang," jelas Wati.

Pedagang yang membuka saung di sanalah yang biasa membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Namun, menurut Wati, mereka hanya bertanggung jawab dengan sampah dagangan dari warungnya. Jika sudah banyak, Wati akan membakar sampah dari dagangannya. Pedagang yang lain pun melakukan hal yang sama.

Terkadang, ada saja pemulung yang ke sana untuk memungut sampah. Namun, hal itu jarang terjadi. Selain aksesnya yang jauh dari jalan raya dan harus menyeberangi tanah kosong seluas sekitar satu hektare, sampah juga hanya banyak pada musim hujan. Sampah pasti akan menumpuk ketika musim hujan karena debit air kiriman dari Bogor dipastikannya membawa sampah yang tidak sedikit.

Beberapa bulan yang lalu, ada mobil dengan alat berat yang meratakan tanah lahan milik pabrik tersebut. Ketika itu, banyak warga yang protes karena jika dilakukan pembangunan di tanah tersebut, nantinya akses menuju Curug akan sulit. Akhir-akhir ini ada pejabat kelurahan yang datang ke sana untuk membersihkan curug. Mereka ingin memperjuangkan agar air terjun milik masyarakat Kota Bekasi itu tetap ada.

"Saya berharap tanahnya nggak jadi dibangun, biar curugnya tetap ada, terus kita juga bisa tetap dagang," kata Wati berharap. n c37 ed: erdy nasrul

***

Perlu Proses Panjang

Wakil Wali Kota Bekasi Ahmad Syaikhu menuturkan bahwa ia sedang mengusahakan pembebasan lahan untuk akses jalan menuju Curug Parigi. Pihaknya sudah menugaskan BPLH agar melakukan pertemuan dengan pihak swasta pemilik lahan ini. "Kita upayakan berapa ribu meter mungkin akan dibebaskan untuk akses jalan dan warga yang berjualan," kata Syaikhu.

Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata Budaya Pemuda dan Olahraga Kota Bekasi Rafles Turnip menuturkan, untuk mengembangkan Curug Parigi sebagai destinasi wisata, perlu proses yang panjang.

Curug Parigi, air terjun mini yang terletak di Kampung Parigi, Kecamatan Bantargebang, ini merupakan destinasi wisata yang menarik karena memiliki pemandangan alam yang indah. Namun, kata Rafles, ada beberapa masalah seperti kepemilikan lahan dan limbah sungai yang harus dibenahi sebelum menjadikan curug tersebut destinasi wisata.

"Kita juga dari pemerintah kota kan tahu curug itu baru-baru ini. Jadi, masih belum ada konsen ke sana," tutur Rafles.

Kota Bekasi menurutnya memerlukan destinasi alam untuk melepaskan penat. Apalagi, Kota Bekasi baru menjadi destinasi wisata hiburan mal. Namun, untuk membuat destinasi wisata alam memang dibutuhkan anggaran dan lokasi yang cukup besar.

Terkait limbah, lanjut Rafles, karena curug ini berlokasi di perbatasan antara Kota Bekasi dan Kabupaten Bogor, hal itu tidak hanya menjadi wewenang Pemkot Bekasi, namun juga Pemprov Jawa Barat. Pihaknya berencana baru akan konsen membenahi curug tersebut pada 2017. n c37 ed: erdy nasrul

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement