Ahad 07 Feb 2016 19:15 WIB

Geliat Wisata Halal di Negeri Sakura

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA--Kendati berorientasi ekonomi, kebijakan menggenjot aspek wisata syariah ini membuka celah penyebaran Islam.

Kedatangan Islam di Jepang cukup baru jika dibandingkan dengan negara-negara lain di seluruh dunia. Islam masuk ke Jepang menjelang akhir abad ke-19. Padahal, cahaya Islam memendar dari Semenanjung Arab dan menyebar ke arah timur, yakni ke Irak, Iran, Afghanistan, dan sub-Benua India, kemudian ke Malaysia dan mencapai Cina dan Filipina, tapi tak menyentuh Jepang. Ini masih menjadi tanda tanya besar hingga saat ini.

Namun, ungkap Salih Mahdi al-Samarrai dalam tulisannya yang berjudul Islam in Japan History, Spread, and Institutions in the Country, perkembangan Islam di Jepang dimulai pada era sebelum 1900 atau abad ke-19.

Pada era sebelum 1900 atau awal Renaissance Jepang yang juga dikenal sebagai era Meiji, hanya dua negara di Asia yang menikmati kemerdekaan, yaitu Kekaisaran Ottoman dan Jepang. Karena kedua negara berada di bawah tekanan negara-negara Barat, Ottoman dan Jepang memutuskan untuk membangun hubungan persahabatan dan mulai melakukan kunjungan antar-negara.

Dala m kunjungan antarnegara ini, Kekaisaran Ottoman melakukan misi yang dilakukan oleh Abdul Hamid II (memerintah 1876-1909) ke Jepang dengan kapal al-Togrul. Ekspedisi ini membawa lebih dari 600 petugas dan tentara yang dipimpin oleh Laksamana Utsman Pasha pada 1890.

Dalam perjalanan pulang setelah misi berhasil dicapai dan bertemu Kaisar Jepang, kapal pasukan Turki diterpa badai saat masih berada di perairan Jepang. Kecelakaan ini menyebabkan kematian lebih dari 550 orang, termasuk adik Sultan. Akibat kecelakaan ini, didirikanlah sebuah museum peringatan tak jauh dari lokasi kecelakaan.

Tahun demi tahun, Islam semakin kuat mengakar di tengah masyarakat Jepang. Jepang kini adalah rumah bagi sekitar 100 ribu Muslim. Sebanyak 10 persen di antaranya adalah penduduk asli Jepang sedangkan sisanya adalah warga asing dari Jepang.

Kendati berorientasi ekonomi, kebijakan menggenjot aspek wisata syariah ini membuka celah penyebaran Islam. Kepentingan Jepang menarik lebih banyak wisatawan Muslim merupakan arus baru yang mengakrabkan Islam kepada rakyat Negeri Sakura. Mengandalkan zona ramah untuk Muslim (Muslim friendly zone), berbagai fasilitas dibangun bagi para wisatawan Muslim.

Dilansir dari japantimes.co.jp, Selasa (1/2), pemerintah menjadikan Jepang sebagai tujuan wisata halal menyusul meningkatnya jumlah wisatawan Muslim ke Negara Sakura tersebut. Untuk itu, pemerintah melakukan pembenahan di industri pariwisata agar memberikan kenyamanan bagi mereka.

Untuk memenuhi permintaan fasilitas halal, Jepang telah melakukan beberapa hal. Salah satunya memperbaiki sarana dan prasarana masjid. Selain itu, Jepang juga telah menyediakan makanan halal, tempat penginapan halal, dan layanan terkait wisata lainnya bagi umat Islam.

Jepang juga menghilangkan persyaratan visa bagi wisatawan dari negara-negara Asia Tenggara. Dengan meningkatnya kesadaran ini, perusahaan Jepang secara bertahap menggeser pendekatan mereka agar dapat memenuhi paket pariwisata bagi Muslim.

Restoran halal bukan hanya diperuntukkan wisatawan Muslim. Makanan halal juga diperkenalkan di universitas di Jepang untuk melayani mahasiswa Muslim.

Dengan fasilitas makanan yang lebih baik bagi siswa Muslim, Pemerintah Jepang bermaksud untuk meningkatkan jumlah mahasiswa asing yang menjalani pendidikan di Jepang. Saat ini, terdapat lebih dari 7.000 mahasiswa Muslim belajar di Jepang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menyusul peningkatan ketersediaan fasilitas.

Dilansir Crescentrating.com, jumlah wisatawan Muslim ke Jepang diproyeksikan melonjak tiga kali lipat pada 2020. Pada 2013, Jepang dikunjungi oleh lebih dari 300 ribu wisatawan Muslim. Jumlah tersebut diprediksi melambung sampai satu juta pelancong pada 2020.

Sebanyak 65 persen wisatawan berasal dari negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Indonesia memiliki jumlah yang paling banyak, yakni sekitar 27 persen, Malaysia 24 persen, dan Singapura enam persen.

Masih menurut Crescentrating, pada 2004-2013, jumlah pengunjung Muslim tumbuh pada tingkat rata-rata 7,2 persen per tahun. Tingkat pertumbuhan tertinggi adalah 47 persen pada 2012, diikuti oleh 29 persen pada 2013.

Peluang bisnis

Kebijakan pemerintah tersebut menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan lokal. TFK Corporation, misalnya. Perusaahan di bidang katering penerbangan ini melihat gejala da minat wisata halal. Pada musim gugur tahun lalu, perusahaan memperoleh sertifikasi untuk dapur halal.

Dilansir dari japantoday.com, TFK Corporation dilaporkan menghabiskan sekitar 60 juta yen untuk memperluas tempat Bandar Udara Internasional Narita dan membeli peralatan baru untuk memenuhi permintaan makanan halal.

Tak hanya peningkatan di sektor publik, produk keuangan halal juga tumbuh di Jepang. Strategi pertumbuhan dan penasihat penelitian DinarStandard dan Thomson Reuters mencatat, pada Mei 2014, pasar global untuk produk halal dan jasa lainnya, termasuk makanan, kosmetik, perjalanan dan pariwisata, produk keuang an, seperti kartu bank syariah, diperkirakan mencapai 1,6 triliun dolar AS.

Lembaga itu juga mencatat, jumlah ini diperkirakan meningkat pada 2018 mencapai 2,4 triliun dolar AS. Pasar keuangan di luar dunia Islam, termasuk Inggris, Hong Kong, dan Jepang, mendorong investasi dan tabungan produk compliant dengan prinsip syariah seperti sukuk, setara obligasi Islam.  Oleh Marniati ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement