Ahad 29 Nov 2015 14:00 WIB

Sarah Price Jurnalistik Jalan Pembuka Hidayah

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,Sarah Price Jurnalistik Jalan Pembuka Hidayah

\"Menjadi seorang jurnalis membuat saya belajar tentang Islam,\" 

tutur jurnalis bernama lengkap Sarah Price itu mengawali kisah perkenalannya dengan Islam. Bagi perempuan asal Australia ini, hal terbaik menjadi jurnalis adalah kesempatan menciptakan perubahan bagi dunia, memberikan suara bagi orang yang lemah, serta mengenal manusia dan dunia di sekitar saya. 

Islamis, jihadis, ISIS, teroris, larangan menge- mudi untuk perempuan di Arab Saudi, burqa, dan peristiwa 11 September, kosakata-kosakata itu mengintai dalam setiap diskusi tentang Islam. 

\"Untuk sebuah kata yang berarti penyerahan damai kepada Allah,\" kata Sarah. Islam adalah agama yang terhubung pada beberapa konotasi negatif dan sering menjadi pihak yang disalahkan di media massa.

Sarah mengaku orang sering bingung ketika berjumpa dengannya. Beberapa orang Australia bertanya, dari negara mana dia berasal? Mereka terkejut ketika mendengar kata Australia. Australia dan Muslimah? Kombinasi itu tidak terpikirkan bagi sebagian orang.

Konversi Sarah menjadi Muslim tidak mudah. 

Dia berulang kali diselidiki, ditolak, dipecat dari pekerjaan, kehilangan teman-teman, dan menda- pat tantangan berat dari keluarga. Mereka su lit menerima perubahan Sarah. Ia mendapat banyak komentar yang keras dan kasar tentang per- pindahan agamanya. Beberapa orang meng anggap dia rela dikonversi demi seorang pria.

Hal itu membuat Sarah jengah. Kendati demikian, ada juga satu-dua orang yang datang dan bertanya baik-baik. \"Mengapa kamu masuk Islam? Ini pertanyaan yang akan saya jawab dengan senang hati. Konversi saya ke Islam disebabkan oleh tiga faktor utama,\" tutur Sarah semangat. 

Cerita ini menuturkan perjalanan Sarah menggapai hidayah, dua tahun silam.

Sebelum masuk Islam, Sarah Price adalah pemeluk Kristen yang sangat taat. Sarah meng- ambil studi pascasarjana jurusan jurnalistik di Mo nash University, Australia. Ia berasal dari kota kecil Gippsland, Victoria. Ia mengaku, kehidup- annya sebagai seorang Kristen adalah titik tolak perjalanan keimanannya. \"Tanpa itu, saya tidak akan menjadi Muslim,\" kata dia. Cintanya kepada Ye sus yang benar-benar membuat dia memilih Islam.

Menurut Sarah, Kristen sebenarnya agama yang paling dekat dengan Islam. Tidak hanya secara teologis, tetapi juga secara historis. Gadis itu menyukai sebagian besar aspek kekristenan. 

Dia terkesan dengan ajaran Kristen mengenai kasih sayang, belas kasihan, cinta, dan semua hal baik yang perlu dilakukan manusia. Sarah juga rajin pergi ke gereja.

Perjalanan Sarah ke Malaysia mengubah keteguhan iman itu. \"Perjalanan saya ke Malaysia pasti dasar untuk konversi saya ke Islam. Saya pergi ke sana setelah memutuskan mengikuti pertukaran mahasiswa. Saya tidak membayangkan akan mengalami petualangan gila yang mengubah hidup saya,\" kenang gadis itu. 

Negeri jiran membuka mata Sarah tentang Islam. Bagaimana ketertarikannya di bidang jurnalistik bisa mengantarkan Sarah kepada hidayah Ilahi? Simak penuturan Sarah Price di rubrik \"Oase\" pekan depan. (c38, ed: nashih nashrullah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement