Ahad 22 Nov 2015 20:16 WIB

Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Sang Pakar yang Mendunia

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Popularitas tokoh kelahiran Kampung Lok Gabang (kini termasuk Kabupaten Banjar), 19 Maret 1710 ini melambung hingga ke mancanegara. Ia dikenal oleh umat Islam Filipina, Turki, Arab Saudi, Mesir, dan India. Ketenaran ini tak lain karena kapasitas keilmuannya yang mumpuni. Ia dikenal sebagai sosok yang alim.

Kepakarannya tersebut tampak jelas dari sejumlah karya-karya tulisnya yang meliputi beragam disiplin ilmu. Di bidang teologi, ia pernah menulis kitab Sifat Dua Puluh. Kitab Luqtatul Ajlan, kitab yang menguraikan hukum-hukum mengenai masalah kewanitaan. Kitab Fara'idh, yang menguraikan masalah pembagian harta warisan. Kitab an-Nikah, yang menguraikan tentang hukum-hukum pernikahan, dan kitab Ilmu Falaq.

Di antara kitab yang paling monumental, karya putra dari pasangan Abdullah bin Abu Bakar bin Abdurrasyid (Abdul Harits) bin Abdullah dan Aminah ini adalah kitab Sabil al-Muhtadin. Kitab ini sangat masyhur bahkan sampai ke luar negeri, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Patani, dan lainnya. Kitab ini berisi tentang masalah fikih, ditulis sekitar 1192 H atau 1777 M.

Ada juga kitab Tuhfat ar-Raghibin, yang dikarang pada 1188 H/1774 M. Kitab ini telah dialihbahasakan ke dalam Bahasa Indonesia, berisi tiga bab dan khatimah, berbicara penguraian masalah akidah, kepercayaan yang hak dan batil atau hakikat iman yang benar, serta hal-hal yang bisa merusak iman.

Jiwa seni juga terpancar dari Syekh Arsyad, terutama seni lukis. Bakat melukis tersebut sudah terasah sejak usia muda. Ia pernah diminta langsung oleh Sultan Tahmidullah bin Sultan Tahlilullah berkat karya seni lukisnya yang memukau. Ketika itu, rombongan kerajaan sedang melakukan kunjungan ke kampung-kampung, dan sampailah ia di kampung Lok Gabang. Sultan Tahmidullah terkesima ketika melihat lukisan milik Syekh Muhammad Arsyad. Seperti apakah keteladanan dari tokoh yang multitalenta ini? Simak uraian lengkapnya dalam rubrik "Mujadid" edisi pekan depan. c62, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement