Ahad 20 Sep 2015 20:04 WIB

KH Mahrus Aly Guru Spiritual Penumpas PKI di Bumi Pertiwi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kebesaran nama Pesantren Lirboyo, Kediri, tak bisa dipisahkan dari KH Mahrus Aly. Di bawah kepemimpinan tokoh kelahiran 1906 di Dusun Gedongan, kecamatan Astanajapura, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ini pesantren tersebut berkembang pesat. Santri berduyun-duyun menuntut ilmu ke Lirboyo.

Bahkan, di tangan Kiai Mahrus Alylah, pada 1966 lahir sebuah perguruan tinggi yang bernama IAIT (Institut Agama Islam Tribakti) di lingkungan pesantren tersebut. Sumbangsih Kiai Mahrus untuk bangsa dan negara tak lagi diragukan.

Menantu dari KH Abdul Karim pengasuh dan pendiri Lirboyo ini berperan dalam memperjuangkan kemerdekaan. Ia menggugah semangat juang para santri untuk terlibat dalam Perang 10 November di Surabaya.

Tak tanggung-tanggung, ia mengirimkan 97 santri pilihan Pesantren Lirboyo guna menumpas sekutu di Surabaya. Keberadaan laskar santri bentukan Kiai Mahrus itu kelak menjadi embrio berdirinya Kodam V Brawijaya.

Kiai Mahrus juga menjadi simbol dan ikon perlawanan terhadap kezaliman yang dipertontonkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI). Ia menggugah kesadaran para ulama dan kiai pengasuh Lirboyo untuk bersama bergerak dan bertindak menghalau PKI. Sepak terjangnya mengadang laju partai terlarang ini sangat tersohor. Ia memerankan peran sentral bersama laskar santri merangsek ke wilayah operasi PKI di berbagai daerah di Jawa Timur.

Ia terlibat menumpas pemberontakan PKI pada medio 1948 di Madiun. Bahkan, sang kiai berangkat ke Madiun bersama para santri. Ia bergabung bersama Brigade S Soerahmad dan berhasil menumpas beberapa pemberontakan PKI di sana.

Kiai Mahrus Aly mengangkat, Gus Maksum sebagai komandan tempur lapangan dari kelompok santri menghadapi pendukung PKI. Pilihan Kiai Mahrus Aly mengangkat Gus Maksum sebagai komandan lapangan dinilai sangat tepat.

Bagaimanakah kisah perjuangan dan keteladanan Kiai Mahrus? Simak cerita lengkapnya pada rubrik "Mujaddid" pada edisi yang akan datang.  Oleh Amri Amrullah ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement