Ahad 13 Sep 2015 20:39 WIB

Amy Luz U Catalan Jalan Terjal Berakhir Indah di Oman

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kisah perjalanan Amy Luz U Catalan menemukan hidayah Islam sangat berliku. Perempuan kelahiran Filipina ini terlahir dari keluarga Katolik yang taat. Ia memiliki keyakinan mendalam kepada Tuhan. Ayahnya termasuk jemaat Lasallian, sebuah kelompok agama yang didirikan Pendeta Prancis Jean Baptiste de La Salle. Ayahnya sampai ke Filipina dalam rangka menyebarkan misi pendidikan Lasallian. Di Filipina itulah, ayahnya bertemu dengan ibu kandung Amy.

Kedua orang tuanya hidup bersama selama lima tahun. Ibunya meninggal dalam usia muda lantaran terkena kanker. Ayahnya kemudian menikah lagi. Ibu tirinya penganut Katolik taat. Ia mengajar di St James Academy, sekolah tempat Amy bersaudara menuntaskan pendidikan dasar dan menengah. Semenjak kecil, Amy dan saudara-saudaranya telah dimasukkan ke lembaga pendidikan Katolik.

Sesuai akar Lasallian, ayahnya mendaftarkan Amy ke De La Salle University di Manila untuk meraih gelar sarjana muda. Ayahnya ingin Amy menjadi seorang pendidik hebat. Perempuan itu kemudian menyelesaikan doktoral di universitas yang sama tempatnya mengajar selama 14 tahun.

Pendidikan yang ia terima di lembaga akademik terkemuka di Filipina ini membentuk keyakinan Amy akan pentingnya kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Ia dikenal sebagai feminis dan aktivis selama tahun- tahun tersebut.

Namun, dorongan spiritualitas membuat Amy memutuskan masuk ke biara Guadalupanas, sebuah kongregasi religius asal Meksiko. Peristiwa itu terjadi pada pertengahan usia 20-an, empat tahun setelah ia lulus kuliah.

Tapi, Tuhan punya kehendak lain. Tak berapa lama, Amy meninggalkan biara karena alasan keluarga. Ia tenggelam dalam dunia akademik dan kesibukan merintis karier. Amy kemudian pindah ke Oman pada 2012. Kepindahan perempuan yang sehari-hari sibuk menjadi dosen bahasa Inggris di Nizwa College of Technology, Oman, ke negara di pesisir tenggara Jazirah Arab ini telah menentukan episode terpenting dalam hidupnya.

Tepat 3 Mei 2015, Amy memutuskan masuk Islam. "Saya telah menemukan kebenaran. Seperti banyak mualaf yang mengalami kekosongan hidup, saya berusaha mencari makna. Menjadi seorang wanita Muslim pada masa kontemporer adalah sumber sukacita dan kebahagiaan di tengah dekadensi yang merusak dunia," aku Amy. Bagaimanakah kisah perjalanan Amy menjemput hidayah Islam? Simak penuturan lengkapnya pada rubrik yang sama edisi pekan depan.  c38, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement