Ahad 13 Sep 2015 20:18 WIB

Islam di Chechnya Berharmonisasi dengan Tradisi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA----Masih dari deretan negara bekas Uni Soviet, Chechnya merupakan wi layah mayoritas Mus lim di negara federasi Rusia. Negara yang terletak di pegunungan Kaukasus Utara ini terbilang masih muda. Republik Chechnya memproklamasikan kemerdekaan pascakeruntuhan Uni Soviet 1991, kendati tidak mendapat pengakuan PBB hingga 2004.

Identitas Chechnya saat ini tidak dapat dipisahkan dari konteks tradisi Islam. Amjad Jaimoukha dalam The Chechens: A Handbook mengatakan, ada banyak versi masuknya Islam ke Chech nya. Versi yang paling banyak diterima menyebutkan, Islam masuk ke Chechnya dari Dagestan pada abad ke-17.

Islamisasi kemudian mendapat momentum pada paruh pertama abad kesembilan belas. Mayoritas Chechen meng anut mahzab Syafi'i. Sebagian meng amalkan tasawuf, khususnya tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, dan Syadziliyah.

Di negara ini, Islam berangkulan mesra dengan tradisi setempat. Kombinasi itu meneguhkan identitas dan semangat untuk bersatu dengan masyarakat Muslim lain di wilayah Kaukasus Utara dalam perjuangan melawan imperialisme Rusia. Hingga kini, Muslim yang tinggal di Chechnya masih menganggap kehadiran Rusia sebagai pendudukan atau kolonisasi atas tanah mereka.

Pengkaji Tatar-Rusia di International Institute of Advanced Islamic Studies (IAIS), Malaysia, Elmira Akh metova dalam "Chechens: Long History of Struggle" menuturkan, hubungan Rusia dan Muslim di wilayah itu terjalin pelik. Muslim Chechen telah memasok banyak pasukan dalam barisan perta hanan Uni Soviet. Sepanjang serangan atas pertahanan benteng Brest saja, orang- orang Chechen membentuk sepertiga dari kekuatan lawan Soviet. Kepahlawanan yang menjadi simbol per lawanan Soviet selama Great Patriotik War.

Angin berbalik menghantam kaum Muslim mendekati akhir perang. Negara-negara Muslim di kawasan itu, seperti Chechnya, Ingushs, Kumyks, Karachays, Balkars, Turki Meskhetian, dan Turki Krimea, dideportasi ke daerah-daerah terpencil di Asia Tengah atas tuduhan bekerja sama dengan Nazi selama perang. Banyak dari mereka yang dideportasi tidak da pat bertahan di tengah perjalanan musim dingin, mati kelaparan, atau terkena penyakit. Akibatnya, penduduk Chechnya berkurang hampir sepertiga populasi.

Sufisme Islam memainkan peran penting selama perang kemerdekaan. Sampai- sampai, kata Joanna Swirszcz dalam "The Role of Islam in Chechen National Identity", The Journal of Nationalism and Ethnicity, Vol 37, 2009, Chechen disebut menggunakan "pakaian spiritual bagi perjuangan nasional mereka". Hal ini tidak lepas dari pengaruh sufisme di Chechnya.

Sufisme telah melebur di tengah masyarakat Chechnya. "Ideologi sufi mudah beradaptasi dengan keyakinan umum, adat istiadat, dan masyarakat," ujar Vakhit Akaev, direktur Humanities Research Institute Republik Chechnya, seperti dikutip Jaimoukha. Ajaran ini menampilkan kombinasi asketisme, penghambaan kepada Allah, kesetiaan murid dengan pemimpin tarekat, dan semangat jihad untuk melawan penjajahan.

Pertemuan antara sufisme, nasionalisme, dan identitas tradisional menghasilkan kekuatan untuk melawan dominasi asing dalam bentuk apa pun. Selama revolusi 1877 dan 1917, hampir semua populasi Muslim dewasa di Chechnya dan Ingushetia mengikuti tarekat Naqsabandiyah atau Qadiriyah. Bahkan, di era Soviet, mayoritas Chechen dan dan Ingushetia adalah anggota tarekat. Sampai dengan masa Israilov-Sheripov di awal 1940-an, kata Jaimoukha, semua pemberontakan diprakarsai dan dilakukan oleh tarekat.

Seperti disebutkan, tarekat yang ber kembang di Chechnya adalah Naqsabandiyah, Qadiriyah, dan Syadziliyah. Melawan kebiadaban yang dilakukan Rusia, gerakan Naqsabandiyah menjadi kekuatan utama di balik perlawanan Muslim pada paruh pertama abad ke- 19.

Penyebaran tarekat ini terjadi pada tahun 1820-an, berawal mula dari Dagestan. Ajaran Mullah Muhammad memainkan peran penting dalam penyebaran semangat jihad. Dua muridnya, Ghazi Mohamed dan Imam Shamil, juga ditakdirkan mencatatkan kepahlawanan dalam sejarah Muslim Kaukasia.

Muslim merupakan salah satu dari banyak komponen identitas etnik Chechnya yang sangat kuat. Kendati, kata Edward W Walker dari University of California, identitas tradisional juga telah berakar kuat di tengah masyarakat. Itu pula, lanjut Walker berteori, yang membuat sufisme lebih mudah diterima di tengah masyarakat Chechnya. "Ketika tiba di Chechnya, Islam bertemu dengan keyakinan dan praktik keagamaan tra disional. Ini dapat membantu menjelaskan mengapa Islam yang diadopsi orang-orang Chechen seba gian besar ada lah sufisme."

Apabila pengikut Naqsabandiyah terkonsentrasi di timur Chechnya, gerakan Qadiriyah mendominasi di bagian barat Chechnya dan Ingushetia. Murid aktif tarekat ini diperkirakan sekitar 20 ribu di Chechnya. Selain per juangan kemerdekaan, sufisme juga mengembangkan budaya literasi di Kaukasus Utara. Tingkat buta huruf di kalangan Chechen dan Dagesthan adalah salah satu yang terendah di masa Kekaisaran Rusia pada awal abad ke-20.

Keluarga Kadyrov Republik Chechnya beribu kota di Grozny. Selepas Perang Chechnya II (1999-2000), negara ini diperintah Presiden Ahmad Kadyrov. Kadyrov, seperti kebanyakan Chechen, menganut Islam. Pada Mei 2004, ia dibunuh. Tiga tahun kemudian, anaknya, Ramzan Kadyrov, menggantikannya sebagai Presiden Chechnya. Ramzan Kadyrov mendorong penerapan berbagai aspek hukum syariah. Islam diajarkan di semua sekolah. Ia memerintahkan wanita berjilbab di gedung publik dan sekolah.

Terlepas dari kontroversi pemerintahan Ramzan Kadyrov, ada beberapa aspek keislaman yang menguat di Chechnya. Sekolah Hafiz, sebuah sekolah khusus untuk menghafal Alquran dan studi Islam, bermunculan di Chechnya. Kini tercatat ada lima sekolah serupa di Republik Chechnya. Anak la ki-laki berusia 10 tahun ke atas mempelajari Alquran di sana selama tiga tahun.

Tercatat ada 700 masjid berdiri di Chechnya. Pada 2008, Kadyrov membangun Masjid Akhmad Kadyrov, salah satu masjid terbesar di Eropa. Dirancang untuk menampung 10 ribu jamaah, masjid itu berdiri di lokasi bekas markas Partai Komunis Soviet. Menaranya menjulang setinggi 200 kaki, mendominasi kaki langit Grozny. c38, ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement