Ahad 24 May 2015 19:55 WIB

Gairah Islam di Venezuela

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, VENEZUELA-- Pada 1989, dunia Islam sempat dihebohkan dengan kemunculan novel kontroversial The Satanic Verses (Ayat-Ayat Setan) karya Salman Rushdie. Sebagai respons atas situasi tersebut, Pemerintah Venezuela lantas melarang beredarnya buku yang berisi penghinaan terhadap Islam itu di negara mereka.

Kebijakan itu menunjukkan posisi Venezuela sebagai negara yang menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan beragama.Meskipun mayoritas penduduknya penganut Katolik Roma, namun umat Islam di Venezuela memperoleh penghormatan yang layak sebagai warga negara.

Venezuela memiliki populasi Muslim yang sedikit, namun berpengaruh. Menurut data statistik pemerintah setempat, hari ini terdapat hampir 300 ribu Muslim di Venezuela atau sekitar satu persen dari total penduduk negara itu. Kebanyakan dari mereka adalah orang- orang Arab keturunan Lebanon, Palestina, dan Suriah.

"Di samping itu, ada pula sejumlah kecil komunitas Turki Muslim yang menetap di Venezuela," ungkap Larry Luxner lewat tulisannya, Bowing to Mecca from Caracas, dalam Jurnal Americas Volume 44 (1992).

Masjid Syekh Ibrahim al-Ibrahim yang terletak di ibu kota Venezuela, Caracas, merupakan masjid terbesar kedua di Amerika Latin, setelah Masjid King Fahd di Buenos Aires (Argentina). Tempat ibadah yang selesai dibangun pada 1993 itu memiliki fitur kubah nan megah ditambah dengan menara anggun yang menjulang setinggi 113 meter di sampingnya.

Pulau Margarita yang berada di laut utara Venezuela menjadi rumah bagi sejumlah besar komunitas Arab Muslim. Di sana, mereka hidup berdampingan dengan damai bersama masyarakat Kristen dan Yahudi selama berpuluh-puluh tahun.

Menurut laporan Press TV, masyarakat Venezuela memiliki minat yang cukup tinggi terhadap tradisi-tradisi Islam. Setiap tahunnya, ibadah puasa yang dijalani oleh umat Islam selama bulan Ramadhan selalu memancing rasa ingin tahu kalangan penduduk non-Muslim di negeri itu.

"Mereka bahkan berduyun-duyun menyambangi berbagai komunitas Muslim yang ada untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang semangat, nilai-nilai, dan tradisi Islam," ungkap Press TV dalam sebuah laporan yang disiarkan pada tahun lalu.

Selama dekade terakhir, ada ribuan Muslim yang beremigrasi ke Venezuela. Mereka umumnya berasal dari negara-negara Timur Tengah seperti Suriah, Lebanon, dan Iran. "Sementara, di Caracas, orang-orang dari berbagai latar belakang agama sengaja menemui ulama-ulama Muslim untuk belajar Alquran dan ajaran Islam lainnya," ujar Duta Besar Iran untuk Venezuela, Hojatolah Soltani.

Aspirasi Masyarakat Venezuela termasuk aktif berpartisipasi dalam menyuarakan aspirasi umat Islam. Pada 11 Februari 2006, sekitar 200 demonstran (terutama dari kalangan Muslim) berunjuk rasa di depan Kedutaan Denmark di Caracas. Mereka membakar bendera Denmark dan Amerika sebagai bentuk protes atas pemuatan kartun Nabi Muhammad SAW yang menyebar ke Amerika Latin.

Sementara, pada 20 Juli 2006, puluhan orang di Caracas berunjuk rasa di depan Kedutaan Israel untuk memprotes perang di Lebanon. "Kebanyakan dari para demonstran itu adalah kaum Muslim Venezuela. Namun, di antara mereka juga terdapat sejumlah anggota organisasi pro pemerintah," tulis Kementerian Komunikasi dan Informatika Venezuela melalui siaran persnya. oleh Ahmad Islamy Jamil ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement