Ahad 03 May 2015 20:46 WIB

NU NTB Gelar Seminar Nasional Radikalisme Oleh Nashih Nashrullah

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,  Lembaga Takmir Masjid Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (LTM-NU) Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar Seminar Nasional tentang radikalisme, Rabu (29/4). Hadir dalam seminar bertema "Menangkal Ideologi Radikal dengan Paham AhlussunnahWal Jamaah Ala Indonesia" itu sejumlah tokoh nasional dan lokal.

Di antaranya, Katib Aam PBNU KH Malik Madani, Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat KH M Cholil Nafis, dan Ketua PWNU NTB TGH Ahmad Taqiudin KH Malik Madani mengatakan, suburnya ge rakan- gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam diduga antara lain akibat kesalahan menaf sirkan Alquran dan sunah. Malik mengatakan, se benarnya niat mereka baik ingin mengamalkan Alquran dan hadis secara kafah, namun mereka salah jalan. Akibat salah jalan itu, tutur Malik Madany, mereka berperilaku seperti orang-orang Khawarij yang mengafirkan orang-orang yang tidak segolongan. "Tidak hanya itu, mereka pun menghalalkan darah orang-orang yang mereka kafirkan," tuturnya dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (1/5).

Karena itulah, lanjut Kiai Malik, untuk menangkal merebaknya ideologi ini, menurutnya, pemahaman terhadap Ahlusunnah Wal Jamaah yang genuine harus didakwahkan di tengah-tengah masyarakat. "Karena, Aswaja yang asli adalah yang mengajarkan toleransi, keseimbangan, musyawarah, keadilan, dan persamaan derajat," tegas Guru besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Kiai Cholil Nafis menegaskan bahwa gerakan radikalis teroris yang mengatasnamakan Islam adalah akibat tidak paham dengan istilah negara Islam. Mereka menganggap bahwa terma Daulah Islamiyah harus berlabel Islam. "Padahal, Islam tidak menentukan model negara," ungkap ujar Wakil Ketua Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU ini.

Ia menambahkan, asal dalam negara itu ada kesatuan dan kemaslahatan bagi umat beragama adalah negara Islam. Alquran mengatakan bahwa Islam adalah agama moderat (wasathi), yaitu menjadikan umat pilihan yang adil dan pertengahan dari ekstrem kanan dan ekstrem kiri.

Kiai Cholil Nafis menuturkan bahwa sebagai agama wasathi, nilai-nilai Islam senantiasa humanistik dan tasamuh (toleran). Karena itu, tegasnya, kalau ada gerakan Islam yang antikemanusiaan dan memaksakan kehendak dengan kekerasan destruktif, jelas bukan gerakan Islam. "Karena itu, jangan sampai diikuti," tegasnya. ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement