Ahad 03 May 2015 20:31 WIB

Syekh Said Afandi Al-Chirkawi Pemimpin Karismatik dari Dagestan

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID,  Sebuah desa di Dagestan menjadi daerah yang dikenal sebagai lumbung ulama terkemuka di Rusia. Desa Chirkey, namanya. Dari desa itu lahir mursyid Tarekat Syadzili dan Naqsyabandi tersohor. Ia adalah Syekh Said Afandi al-Chirkawi.

Gelar Syekh yang dianugerahkan kepada Said bukanlah gelar sembarangan.  Gelar tersebut disematkan kepadanya sebagai bentuk penghormatan. Ini berkat kecerdasan menyerap ilmu yang ia miliki sejak kecil, tak terkecuali ilmu agama.Keistiqamahan dan keteguhan hatinya yang kemudian menjawab jalan mursyid yang telah ditahbiskan kepadanya.

Kealiman dan akhlak yang dimiliki Said menarik perhatian mursyid dan para tokoh tarekat saat itu. Termasuk, dari Mursyid Syekh Muhammad Afandi. Akhlak dan kealiman Said lah yang membuat sang mursyid kemudian menaruh perhatian besar kepadanya.

Sampai suatu saat, ketika sang guru, Syekh Muhammad Afandi, sudah tidak mampu memimpin karena masalah kesehatan, ia berpesan kepada Said untuk menjadi penggantinya kelak ketika ia meninggal.

Namun, Said menangis dan memohon kepada Syekh Muhammad untuk tidak menyerahkan amanah tersebut ke pa danya. Sang guru menegaskan keputusan penunjukkan dirinya sudah bulat berdasarkan petunjuk hati yang di berikan Allah SWT.

Syekh Muhammad Afandi pun menambahkan keputusan tersebut tidak dapat diberikan sembarangan dan tidak dapat ditarik jika sudah diterima.

Dengan kealiman dan kebijaksanaan yang dimiliki Said, pada saat itu ia pun menerima penunjukan Musyid oleh sang guru. Akhirnya, Said mendapat silsilah Said Afandi al-Chirkawi,.

Tokoh yang lahir pada 1937 ini tidak hanya dikenal sebagai pemimpin tarekat. Ia adalah pemimpin Muslim Rusia sekaligus guru yang bermazhab Syafi'i. Ia pun terkenal karena produktivitasnya menulis berbagai karya ilmiah.

Ia menulis berbagai karya dalam be ragam bahasa. Dalam beberapa tahun terakhir, kitab-kitab yang telah ditulisnya banyak yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, diantaranya, Arab, Rusia, termasuk Inggris. Kitabnya pun menjadi sorotan ribuan Muslim Rusia, bahkan dunia.

Moderasi Islam

Al-Chirkawi tak henti-hentinya meng ampanyekan toleransi. Kedekatannya terhadap Pemerintah Rusia serta dukungan terhadap pemerintahan Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin menjadi ujian perjalanan hidupnya. Kelompok ekstremis tak sejalan dengan metode dakwah al-Chir kawi.

Para kelompok militan radikal yang menginginkan Dagestan menjadi negara Islam itu melancarkan serangan bom bunuh diri terhadap Syekh Said. Tepat 28 Agustus 2012, sebuah bom yang dibawa oleh seorang perempuan meledak tepat di depan Syekh Said ketika tengah berkhutbah. Peristiwa itu menewaskan sedikitnya enam korban, termasuk pelaku bom bunuh diri.

Rakyat Rusia harus kehilangan pemimpin spiritual yang wafat di usia 74 tahun itu. Pemerintah Federasi Dagestan dan Rusia memberikan penghormatan terakhir yang luar biasa. Pada 29 Agustus di tahun yang sama, Presiden Republik Federasi Dagestan Magomedsalam Magomedov mengumumkan 29 Agustus sebagai hari berkabung di negara republik ini.

Bendera negara Federasi Rusia dan Republik Federasi Dagestan diturunkan sebagai penghormatan terhadap ulama karismatik dan tokoh pemimpin umat Islam di wilayah ini.

Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan belasungkawa terdalam atas meninggalnya Syekh Said Afandi al-Chirkawi. Oleh Amri Amrullah ed: Nashih Nashrullah

Peran Penting dari Kedua Orang Tua

Terlahir dari keluarga Muslim Abdu Rahman, Said besar pada masa-masa kelam perkembangan Islam di bawah rezim komunis Uni Soviet. Meski hidup di bawah tekanan tersebut, tak lantas menyebabkan pendidikan agamanya terbengkalai.

Justru, kedua orang tuanya sangat intensif memberikan pengajaran agama kepada buah hatinya itu. Sang ayah bahkan yakin, Said kelak akan tumbuh menjadi orang yang luar biasa.

Keyakinan tersebut tak lain dilatarbelakangi oleh perangai dan pekerti Said yang unggul sejak kecil. Said terkenal memiliki kepribadian yang luhur, mampu bersikap tenang, penyabar, dan mempunyai kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya.

Untuk ukuran anak kecil sebayanya, Said adalah sosok yang santun dan cinta damai, tak gemar berkelahi. Ia selalu menghindari perselisihan bahkan cenderung mendamaikannya. Kesabarannya diuji ketika sang ayah meninggal di usianya yang masih sangat muda.

Said harus hidup berdua dengan ibunya di usia tujuh tahun. Setelah menamatkan pendidikan dasar dan menengah, Said sempat direkrut oleh Uni Soviet untuk terlibat dalam dinas militer selama setahun, sebelum akhirnya ia memilih pulang ke kampung halaman.

Saat-saat itulah ia selalu teringat pesan ayahnya yang ingin dirinya menjadi ahli agama dan seorang ulama. Di saat usianya genap mencapai 20 tahun, ia pun memilih melanjutkan studi agama dan bergabung menjadi pengikut Tarekat Syadzily di Dagestan. Oleh Amri Amrullah ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement