Ahad 03 May 2015 17:56 WIB

Bilik Redaksi

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Hafizhakumullah....

Semoga Allah SWT senantiasa menjaga dan memberikan perlindungan kepada kita semua. Amin. Pembaca yang dimulaikan Allah. Indonesia kaya dengan ragam budaya, etnis, dan agama. Selain agama resmi yang diakui negara saat ini, telah eksis keyakinan-keyakin lokal di berbagai wilayah, baik yang bersumber pada animisme atau dinamisme.

Seiring dengan perkembangan waktu dan dinamika yang berkembang, keyakinan-keyakinan itu mengalami pasang surut. Secara yuridis negara memberikan mereka pengayoman dan jamina untuk melaksanakan ritual sesuai dengan kayakinan masing-masing.

Tetapi, di satu sisi juga memunculkan masa lah yang cukup pelik. Persinggungan keyakinan- keyakin lokal itu di satu sisi berjalan mulus, tetapi di saat yang lain justru menimbulkan gesekan- gesekan yang tak sedap. Seperti apakah dinamika agama lokal dalam sejarah? Redaksi mengupas isu ini sebagai tema dalam "Liputan Utama."

Sejak Mongolia berubah menjadi negara demokratis pada 1990, Islam bebas dipraktikkan oleh penduduk. Mufti Mongolia, Azatkhan Muhanolu, menuturkan, jumlah pemeluk Islam di Mongolia hari ini tidak kurang dari 170 ribu jiwa.

Sayangnya, masjid yang ada di negeri itu masih sangat sedikit jumlahnya, yakni hanya 27 buah. "Itu pun bangunannya kecil-kecil. Oleh karenanya, masih diperlukan kerja keras untuk membangun kehidupan beragama yang lebih baik di kalangan Muslim Mongolia," ujarnya.

Muhanolu mengaku, minimnya fasilitas ibadah dan pendidikan agama menjadi salah satu persoalan yang dihadapi Muslim Mongolia.

Untuk itu, saat ini dia tengah berupaya meng galang dana dari negara-negara Muslim, terutama Turki, untuk membantu pembangunan sarana pendidikan Islam di Mongolia.

Lantas, bagaimanakah dinamika perkembangan Islam dan kondisi Muslim di Mongolia? Bahasan lengkap mengenai kabar saudara Muslim di Mongoloia bisa disimak di rubrik "Dunia Islam".

Peringatan Hari Buruh Sedunia atau yang lebih dikenal sebagai May Day pada 1 Mei seharusnya bukan hanya fokus pada perjuangan dan pembelaan hak para buruh di Tanah Air.

May Day yang diperingati tiap tahun yang bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional itu ternyata tidak serta merta membawa perubahan signifikan bagi mereka yang bekerja sebagai buruh migran atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.

Kasus TKI Siti Zaenab asal Bangkalan Madura yang dieksekusi mati di Arab Saudi tanpa pemberitahuan Pemerintah Indonesia, lagi-lagi telah menunjukkan lemahnya perlindungan dan advokasi pemerintah terhadap buruh migran di luar negeri.

Hari Buruh Sedunia adalah momentum tepat untuk memperjuangkan nasib para TKI kita yang sengsara di luar negeri. Bagaimanakah pendapat para aktivis muda Islam Tanah Air menyikapi isu ini? Pembaca bisa membaca pandangan-pandangan mereka dalam rubrik "Digest Muda".

Pada rubrik "Mujaddid", redaksi mengangkat ketokohan dari Syekh Said Afandi al-Chirkawi, asal Dagestan, Rusia. Mursyid Tarekat Syadzili dan Naqsyabandi yang tersohor.

Gelar Syekh yang dianugerahkan kepada Said bukanlah gelar sembarangan. Gelar tersebut disematkan padanya sebagai bentuk penghormatan. Ini berkat kecerdasan menyerap ilmu yang ia miliki sejak kecil, tak terkecuali ilmu agama.

Tokoh yang lahir pada 1937 ini tidak hanya dikenal sebagai pemimpin tarekat. Ia adalah pemimpin Muslim Rusia sekaligus guru yang bermazhab Syafi'i. Ia pun terkenal dengan produktivitasnya menulis berbagai karya ilmiah. Simak perjalanan hidup al-Chirkawi dalam rubrik "Mujaddid" edisi kali ini.

Pada pengujung edisi kali ini, redaksi mengangkat kisah perkenalan Jared Craig Morris dengan Islam. Sejak kecil, Jared Craig Morris memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pastor. Namun, di usianya yang semakin dewasa, pergulatan batin justru membawa lelaki Amerika itu kepada hidayah Islam. Kini, hampir dua tahun lamanya ia menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim.

Ketertarikan Morris kepada Islam dimulai sekitar lima tahun yang lalu. Ketika itu, dia berkenalan dengan seorang pria mualaf di tempat kerjanya. Dalam beberapa kesempatan, Morris dan pria itu sering terlibat diskusi tentang ajaran Islam dan Kristen.

Mereka membahas berbagai perbedaan yang terdapat di antara kedua agama tersebut. "Teman saya yang mualaf itu akhirnya pindah kerja ke tempat lain. Meski demikian, komunikasi kami terus berlanjut," ujar Morris. Pada 2012 Morris mulai meragukan konsep keimanan Kristiani yang ia anut. Bagaimanakah kisah perjuangan Morris menemukan hidayah Islam? Jawabannya ada pada penutup edisi kali ini. Semoga bermanfaat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement