Ahad 19 Apr 2015 19:34 WIB

Figur Istri yang Ideal

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID, Kisah berikut ini mengisahkan tentang al-Haula, seorang istri yang taat dan peduli terhadap kebutuhan suami. Soal penampilan, al-Haula jagonya. Ia mengisahkan sendiri aktivitasnya di rumah sehari-hari.

Penjual parfum ini rutin mengenakan wewangian dan bersolek di hadapan suami. Tak bosan-bosan ia berhias layaknya pengantin baru.

Ini ia lakukan untuk mencari ridha Allah dari kepuasaan dan kegembiraan sang suami. Bentuk pengabdian pada suami.

Namun, suatu saat, al-Haula merasakan hal yang berbeda dari suami. Seperti biasanya, ia berdandan cantik untuk sang suami. Tetapi, kali ini repsonsnya dingin. Suaminya itu memalingkan wajahnya. "Aku menangkap kemarahan di wajah suamiku," katanya.

Kondisi ini membuat hatinya gundah. Ia menghadap Aisyah dan mengadukan apa yang ia alami. Aisyah menyarankan agar al-Haula meminta petuah kepada Rasulullah secara langsung. "Aku mendapati aroma wangi al-Haula, apakah ia tengah berkunjung kemari? Apa yang ia cari?"

kata Rasulullah.

Aisyah menjawab, ia datang bukan hendak menawari sesuatu, tetapi kedatangannya untuk mengadukan perilaku sang suami. Al-Haula lantas bertutur kisahnya kepada Nabi. "Pergilah, dengarkan dan taati suamimu wahai perempuan," titah Rasul. Al-Haula pun bertanya, apa ganjaran yang akan ia terima dari buah ketaatannya.

Rasulullah menjawab bahwa hak suami atas istri ialah melayaninya sepenuh hati, tidak berpuasa satu hari pun tanpa seizinnya kecuali puasa wajib. Jika tetap dilakukan maka istri itu akan berdosa dan puasanya tak diterima. Rasul juga menjelaskan kepada al-Haula, hendaknya istri tidak membelanjakan apa pun dari harta suami kecuali dengan izinnya, bila tetap dilakukan maka suami mendapat pahala sedangkan istri berdosa.

Rasul juga bersabda, perempuan tidak boleh keluar rumah bila tak mengantongi izin suami.

Bila tetap keluar tanpa izin maka Allah akan melaknatnya dan para malaikat murka sampai istri bertobat, sekalipun sang suami telah berlaku zalim.

Al-Haula bertanya, "Semua ini berlaku walaupun suami zalim?" Rasulullah membenarkannya. "Lalu, apa ganjaran buat istri yang taat?" tanya al-Haula. Rasulullah menjawab, tidak ada yang pantas bagi istri yang taat pada suami, memenuhi haknya, mengumbar kebaikannya, dan tidak berkhianat atas jiwa dan hartanya kecuali istri tersebut berhak atas satu derajat di bawah para syahid kelak di surga.

Jika sang suami seorang Mukmin dan bepekerti baik maka mereka akan dipertemukan kembali di surga. Bila tidak (mukmin dan berperangai baik)

maka Allah akan menikahkannya dengan seorang syahid. Al-Haula contoh mulia bagi Muslimah. Ketatannya semerbak, sewangi parfum yang ia perjualbelikan dan pergunakan.

Ahli ibadah

Tokoh sahabat perempuan (shahabiyah) kali ini, terbilang unik. Abu Naim al-Ashbahani, dalam kitabnya yang berjudul Hilyat al-Auliya' wa Thabaqat al-Ashfiya', kitab yang memuat kumpulan para wali dan ahli zuhud, menyebutnya sebagai simbol bagi wanita yang bersungguh-sungguh beribadah kepada Allah SWT dan komitmen menempuh jalan tersebut. Bahkan, lantaran kegigihan berolah spiritual, shahabiyah itu pun nyaris menghiraukan kesehatan dirinya. Semua itu, ia lakukan guna mencapai ridha-Nya.

Produktivitasnya hidupnya tak diragukan. Siang hari, ia mencari nafkah sebagai penjual minyak wangi di Madinah. Profesinya itu pun tersohor hingga ia dijuluki attharah. Kala manusia tertidur lelap, kedua matanya terjaga.

Hatinya terpaku berkomunikasi dengan Tuhannya. Sepanjang malam, ia berzikir, bertasbih, bertahmid, dan menengakkan shalat. Hampir saja ritualnya itu mengalahkan kesehatan fisiknya. Ia beribadah dan urung tidur malam.

Kisah tentang ketekunannya yang menomorduakan kebutuhan dan hak jasmani pun menyebar luas. Kabar yang sama pula akhirnya sampai di telinga Aisyah, istri Rasulullah. Aisyah mengabarkan kepada Rasulullah bahwa al-Haula binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abdul 'Uzza melewatinya, sementara di sisinya ada Rasul.

Aisyah pun berkata: Saya berkata, "Wanita ini adalah al-Haula binti Tuwait, orang-orang menganggap bahwa ia tidak pernah tidur malam."

Maka Rasulullah bersabda: "Benarkah ia tidak tidur malam? Jangan begitu. Hendaklah kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian karena demi Allah, Allah tidak akan bosan hingga kalian sendiri yang bosan."

Peristiwa di atas menjadi pembelajaran berharga akan pentingnya keseimbangan hidup. Beribadah adalah tuntutan, tetapi menjaga kesehatan tubuh adalah kebutuhan yang asasi. Keduanya mesti berjalan seimbang dan tidak saling tumpang tindih. Al-Haula mendengar wejangan tersebut. Arahan Rasulullah itu sangat membekas dalam dirinya. Ibadah tetap ia lakukan secara kontinyu dan konsisten tanpa melupakan hak-hak biologisnya. oleh Amri Amrullah ed: Nashih Nashrullah

Mendedikasikan Hidup untuk Agama

Itulah kisah tentang riwayat perihal kelahiran, keluarga, dan sepak terjang, serta catatan kematian tokoh yang bernama lengkap al-Haula binti Tuwait bin Habib bin Asad bin Abd al-Uzza bin Qushayyi al-Quraisyiyah al-Asadiyah itu. Cerita tentang dirinya dipenuhi dengan kisah ketaatannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Setelah berikrar syahadat dan berbaiat untuk taat kepada Rasulullah SAW pascaperistiwa hijrah, ia mendedikasikan hidupnya bagi agama. Satu hal lagi yang tampaknya disepakati para penulis sejarah ia adalah teladan gemar ibadah dan cermin ketaatan. Prestasi inilah yang menempatkannya istimewa di sisi Rasulullah.

Aisyah RA bertutur, Rasulullah pernah melakukan penyambutan khusus ketika al-Haula menghadap. Penyambutan hangat itu mengundang pertanyaan Aisyah. Apa yang membuat al-Haula dimuliakan sedemikian rupa. Menurut Rasulullah, penghormatan itu diberikan lantaran al-Haula telah berkomunikasi baik dengan keluarga Nabi ketika Khadijah masih hidup, meskipun al-Haula belum memeluk Islam.

ed: nashih nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement