Ahad 19 Apr 2015 19:17 WIB

Masjid Besar Jamia Lahore Yang Modern, yang Terbesar

Red: operator

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

REPUBLIKA.CO.ID,  Sebuah ikon masjid berarsitektur terbaik kembali hadir di kota terbesar kedua di Pakistan, Lahore. Berada di Provinsi Punjab, Masjid Besar Jamia (Grand Jamia Mosque Lahore) atau dikenal Bahria Jamia merupakan penggabungan berbagai keunggulan dari masa kejayaan arsitektur Islam di seluruh dunia. Grand Jamia ini yang menjadi masjid terbesar ketiga di Pakistan yang diresmikan pada 6 Oktober 2014 bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha 1435 Hijriyah.

Dirancang oleh arsitektur terkemuka di Pakistan, Nayyar Ali Dada, masjid ini menghabiskan biaya pembangunan hingga 40 juta dolar AS. Jumlah biaya pembangunan yang cukup besar tersebut terbayarkan dengan keindahan arsitektur masjid yang menggabungkan berbagai jenis arsitektur Islam unggulan dari Arab, Turki, Asian Tengah, dan Persia.

Desain awalnya, menurut sang arsitek, terinspirasi oleh Masjid Abu Dhabi. Namun, ia mengembangkan inspirasinya lebih jauh dengan memadukan elemen arsitektur Islam lainnya.

Berbagai perpaduan

Sejak awal, rancangan masjid ini seolah ingin menunjukkan keindahan bangunan masa kejayaan Islam selama 1.400 tahun dari berbagai imperium dinasti Islam. "Berbagai dekorasi interior dan eksterior unggulan kami padukan, mulai dari batu bata pasir untuk eksterior khas berwarna oranye, keramik bermotif bunga dan geometris asal Multan, hingga Interior yang dihiasi dengan karpet dan lebih dari 50 lampu hias diimpor dari Iran dan Turki," ujar Ali Dada.

Sejak perancangan awalnya, Ali Dada mengedepankan konstruksi Indo-Islamic dan perpaduan tradisional dengan bata gutka khas Lahore. Ini membuat warna masjid terkesan memerah, seperti gaya masjid tradisional di kawasan Asia Selatan. Di sisi lain, ia juga memasukkan unsur modern ke dalam fungsi utama beberapa bagian masjid. Alhasil, Masjid Besar Jamia Lahore menandakan era baru kebudayaan arsitektur Pakistan pada abad ke-21.

Masjid ini dapat menampung 70 ribu jamaah dengan kapasitas dalam ruangan 25 ribu. Kapasitasnya cukup besar sehingga melebihi dari kapasitas Masjid Faisal di Islamabad. Hal itu membuat bangunan masjid ini menjadi masjid terbesar di Pakistan dan masjid yang memi liki kapasitas terbesar ketujuh di dunia. Seluruh konstruksi bangunan memiliki ketinggian 20 meter di atas permukaan tanah dengan struktur atap pada 24 meter di atasnya.

Kubah besar ditempatkan di tengah, seperti layaknya mahkota dan dikelilingi 20 kubah kecil lainnya. Di antara kubah, terdapat empat buah menara yang menjulang setinggi 165 meter. Lokasi yang cukup strategis di Bahria Town Boulevard membuat masjid ini mengundang para jamaah mendatangi masjid ini. Terdapat enam lengkungan dengan pintu kayu di setiap jarak antar menara yang menyambut masuk para jamaah ke dalam ruang masjid.

Pemandangan di bagian dalam masjid dihiasi dengan chandelier atau lampu hias gantung yang diimpor dari Turki.

Berpadu dengan mosaik keramik khas 'Kashi Kari' seni mosaik geometris Persia pada dindingnya membuat keindahan yang cukup menawan.

Kubah utama setinggi 12 meter dari lantai masjid dan berdiameter cukup luas, sekitar 15 meter, memberikan kesan istana kerajaan Islam bagi jamaah masjid. Penggunaan kubah seperti ini mengikuti model kubah Dome of The Rock di Yerussalem sebagai bangunan kubah pertama yang dibangun umat Islam. Struktur menara berbentuk segi empat meniru menara khas bangunan Islam di kawasan Maroko dan Tunisia.

Kekhasan lain perpaduan arsitektur Islam juga terdapat pada desain halaman masjid yang dirancang mengikuti gaya 'Charbagh' atau gaya taman khas istana di kawasan Persia.

Taman khas Persia di masjid ini berbentuk persegiempat dengan struktur bangunan lorong mengelilinginya. Taman dibagi menjadi empat bagian yang dipisahkan dengan jalan kecil di tengah taman menghubungkan air mancur di tengah taman. Model taman surga seperti ini juga mengadopsi banyak struktur bangunan taman dalam arsitektur Islam, satu di antaranya simbol taman surga yang dimiliki arsitektur Mughal. Pada bagian dalam, mihrab dan mimbar masjid dirancang sedemikian rupa sehingga suara imam dan khatib dapat terdengar secara luas oleh jamaah.

Masjid ini menjadi salah satu contoh "arsitektur di balik tabir" dari arsitektur Islam. Dari luar terkesan sederhana dan anggun yang berubah menjadi sebuah perjalanan seni Islam yang mistis sekaligus ketenangan yang dalam saat didekati lebih jauh. Keindahan interiornya menjadi penyejuk mata pada siang hari. Sementara, pada malam hari menampilkan kemeriahan lewat gemerlap cahaya lampu gantung buatan Turkinya.

Campuran kaligrafi, bentuk-bentuk geometris dan dekorasi motif floral bersamaan dengan 'kashi kari' ukuran besar menciptakan nuansa yang 'tiada tara'.Kashi kari adalah seni mosaik Persia yang memanfaatkan beragam jenis keramik dalam bentuk dan pola geometris. Hasil karya adiluhung dari Multan, Lahore, dan Hala yang menjadi pilihan sang arsitek.

Oleh Amri Amrullah ed: Nina Chairani berbagai sumber

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement