Ahad 22 Mar 2015 20:16 WIB

Philip Flood Islam tenteramkan batinku

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Proses pencarian yang panjang akhirnya mengantarkan Philip Flood kepada Islam. Nabi Risalah yang dibawa Muhammad SAW tersebut mampu memberikan Flood ketenteraman batin dalam arti yang sesungguhnya. Kini, 13 tahun sudah pria asli Irlandia itu menjalani kehidupan sebagai seorang Muslim.

Flood berasal dari keluarga yang bermukim di Ringsend, sebuah ka wasan di pinggiran Kota Dublin. Ayah dan ibunya merupakan penganut Katolik.

Walaupun begitu, ia mengaku tidak pernah meyakini ajaran Nasrani itu.

Ia mengungkapkan, kebanyakan orang akan memeluk agama yang dianut oleh keluarga yang membesarkannya.

Namun, tidak demikian halnya dengan Flood. "Saya tidak pernah merasa memperoleh kebenaran dari ajaran Katolik," ujar Flood membuka kisah perjalanan spiritualnya, seperti dikutip Irish Independent.

Semasa kecilnya, Flood sempat melaksanakan sejumlah ritual Katolik. Mulai dari Komuni Kudus Pertama, Konfirmasi, menghadiri Misa, hingga menjadi putra altar. Di samping itu, ia juga memiliki pergaulan yang baik dengan kalangan pastor dan suster.

"Namun, itu semua tidak mengubah keyakinan saya. Saya tidak pernah percaya kepada Yesus yang berada di tiang salib," katanya.

Sebelum berkenalan dengan Islam, Flood sempat menjadi pemeluk Buddha selama lima tahun. Ia juga pernah terlibat kecanduan alkohol dan obat- obatan sehingga harus menjalani rehabilitasi. Dalam salah satu program pemulihan yang dijalaninya ketika itu, Flood diminta untuk melakukan meditasi dan memperbaiki hubungan sadarnya dengan Tuhan. Dari situ, Flood mulai melirik ajaran agama-agama lain di luar Kristen.

"Saya masih lajang pada waktu itu dan saya tidak pernah siap untuk berkeluarga karena gaya hidup yang saya jalani," ujarnya.

Keluarga Muslim

Suatu ketika, Jumat malam, Flood sedang berjalan-jalan di pinggir Pantai Sandymount Strand yang berada di timur Kota Dublin. Di sana, ia berjumpa dengan sepasang suami istri Muslim asal Libya. Setelah perkenalan singkat, Flood pun mulai terli bat percakapan dengan mereka.

"Di antara topik yang kami bahas ketika itu juga menyinggung soal agama. Saya cerita kan kepada mereka tentang Buddha dan ajaran-ajarannya. Sedangkan, mereka pun menceritakan kepa da saya tentang Islam," ujarnya.

Selepas pertemuan di pantai tersebut, pasangan suami istri tadi mengajak Flood untuk mengunjungi apartemen mereka. Di situ, ketiganya kembali terlibat diskusi tentang beragam topik. Sejak itu, Flood pun mulai terbiasa berkunjung ke kediaman pasangan Muslim asal Libya tersebut.

Setelah cukup lama bergaul dengan mereka, Flood akhirnya merasa tertarik untuk mempelajari Islam. Karenanya, ia pun membeli sebuah Alquran di salah satu toko Pakistan yang berada di pusat Kota Dublin. "Saya mulai bisa memahami Alquran lebih banyak setelah mendiskusikannya dengan pasangan suami istri Libya yang kini sudah menjadi sahabat saya," katanya.

Pada satu waktu Flood menyempatkan diri untuk mengunjungi masjid.

Di sana, ia mendengar seruan azan. Ketika itu, Flood merasa seolah-olah jiwanya telah terhubung dengan seruan shalat itu. "Ada pengalaman sangat spiritual yang saya rasakan ketika berada di masjid," ujarnya mengaku.

Ikrar syahadat

Akhirnya, momen penting itu datang juga. Pada 2002 Flood akhirnya mengikrarkan dua kalimat syahadat dan menjadi seorang Muslim.

Beruntungnya lagi, keluarga Flood menyambut ke islamannya itu dengan antusias. "Keluarga saya senang melihat perubahan dalam diri saya," katanya.

Beberapa tahun lalu, pada usianya yang tak lagi muda, Flood menikahi seorang Muslimah asal Maroko. Keduanya sekarang di karuniai dua orang anak. Setiap hari Flood rutin mendengarkan lantunan Alquran walau pun hanya sepotong kecil ayat.

Ia juga terus mendalami ajaran Islam agar bisa menjadi Muslim yang lebih baik ke depannya. Bagi Flood Islam betul-betul menghadirkan ketenteraman batin yang selama ini selalu dicarinya. Ia pun mengaku merasa jauh lebih baik setiap kali menunaikan shalat fardhu lima kali sehari.

"Di rumah, saya sering memutar stasiun televisi Arab hanya untuk menyaksikan dua tempat suci umat Islam, yakni Makkah dan Madinah.

Saya mendapatkan banyak kedamaian ketika menonton itu," aku pria Irlandia 61 tahun itu.

Oleh Ahmad Islamy Jamil  ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement