Ahad 22 Mar 2015 20:02 WIB

Haji Sulong Al-Fatani Penegak Islam di Bumi Pattani

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pemilik nama lengkap Muhammad Sulom bin Haji Abdul Kadir ini dijuluki dengan "Imam Bonjol Pattani". Bukan saja lantaran ia telah membaktikan hidupnya sebagai pendakwah Islam, melainkan juga karena ikut serta berjuang menegakkan agama Islam di kawasan Thailand Selatan. Kiprah perjuangan sosok yang akrab disapa Haji Sulong al-Fatani ini tetap melegenda, meski nasib dan jasadnya tak pernah terungkap hingga detik ini.

Tokoh kelahiran Kampung Ankaru, Pattani, pada 1895 ini memulai dakwahnya saat kondisi negerinya Pattani Darus Salam telah berubah menjadi bagian dari kawasan Kerajaan Siam. Berbagai tekanan pun diterima etnis Melayu Muslim di Thailand Selatan hingga negeri ini dijadikan salah satu provinsi taklukan atas persetujuan dari Britania Raya.

Sejak saat itulah Kerajaan Melayu Pattani pun dihapuskan oleh Kerajaan Siam. Perampasan negeri itulah yang kemudian menjadi awal perlawanan masyarakat Muslim di Thailand Selatan hingga kini dan tanpa terkecuali apa yang dilakukan oleh Haji Sulong. Selama berkiprah dan berdakwah, Haji Sulong pun kerap mendapatkan ancaman dan tekanan dari Pemerintah Kerajaan Siam.

Berbagai upaya ia tempuh untuk menyadarkan masyarakat. Salah satunya melalui lembaga pendidikan. Ia mendirikan Madrasah al-Maarif al-Wataniah di Pattani. Melalui madrasah ini ia memberikan pesan dakwah Islam sekaligus menyampaikan perjuangan membela Tanah Air.

Kiprah Haji Sulong mengajarkan ilmu Islam bukan hanya sampai di negeri kekuasaan Siam. Ia pernah dikabarkan mengajarkan Islam hingga ke negeri Cham di wilayah Kamboja dan selatan Vietnam. Kiprah Haji Sulong sebagai pendakwah dan pejuang Muslim Thailand pun kemudian menjadi sorotan, khususnya bagi Kerajaan Siam. Berbagai kebijakan yang menekan Muslim Thailand Selatan terus dilakukan hingga akhirnya dibuat larangan untuk menggunakan bahasa Melayu di kawasan Thailand Selatan.

Bagaimanakah riwayat perjuangan Haji Sulong? Simak riwayat lengkapnya pada rubrik "Mujaddid" edisi yang akan datang. ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement