Ahad 22 Mar 2015 19:56 WIB

Guro Mahid M Muntilan Sang Juru Damai dari Mindanao

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepopuleran tokoh yang bernama lengkap Mahid M Muntilan dalam berdakwah secara damai dan kepiawaiannya berdialog dengan umat lintas agama membuatnya disejajarkan dengan Uskup Katolik Roma, Fernando Capalla, dan Uskup Hilario Gomez dari Dewan Nasional Gereja Protestan Filipina.

Pada 1996 sosok yang juga di kenal dengan gelar Guro Mahid ini meng inisiasi forum dialog antara uskup dan ulama (Uskup-Ulama Conference). Forum tersebutlah yang mempromosikan namanya sebagai tokoh Muslim Filipina Selatan yang toleran dan menjunjung perdamaian.

Forum ini pun tidak hanya menjembatani tokoh agama, tetapi juga berperan besar dalam membaurkan semua perbedaan di lapisan masyarakat di kota Muslim Misrawi dan pada umumnya di Mindanao. Dari situ, ketokohan Mahid M Muntilan mulai tersebar luas.

Guro Mahid pun ditunjuk sebagai juru damai saat meletusnya konflik yang melibatkan pejuang Bangsa Moro dengan Pemerintah Filipina. Ia bukan hanya dihormati oleh umat Islam, melainkan juga oleh pemimpin antaragama di Filipina Selatan.

Ketokohan sosok kelahiran Marawi, 12 Agustus 1943 itu yang dihormati terse but tidak terlepas dari perannya selama ini yang juga sebagai juru damai atau advokasi perdamaian dan dialog antaragama di Mindanao. Berkat keteladanannya itulah, umat Islam Mindanao memberikan kepadanya gelar "Guro sa Marawi" yang berarti guru pemimpin sejati di Marawi.

Jebolan madrasah

Bekal pengetahuan agama putra pasangan Kali Diki Palawan dan Bai Kaila tersebut tak lagi diragukan. Selain kedua orang tuanya turun langsung membekali putranya itu, keduanya memilih madrasah sebagai penempaan intelektualitasnya.

Meski demikian, putra asli Bangsa Moro itu juga pernah merasakan pendidikan sekolah umum formal resmi Pemerintah Filipina di Marawi City.

Guro Mahid menye lesai kan pen didikan madrasah ibtidaiyah atau setingkat sekolah dasarnya di Madrasah Kamilol di Marawi City pada 1956. Pa da tahun yang sama, ia menyelesaikan se kolah dasar umum nya di Gata, Poona Bayabao, salah satu sekolah pemerintah di Provinsi Lanao del Sur.

Selepas tamat dari pendidikan dasar, Mahid kemudian melanjutkan studi jenjang pendidikan menengahnya di Kamilol Islam Institut atau Jamiatul Filipina Al-Islamiah pada 1960.

Ia kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas di Ma'had al Arabi Mindanao, Agama Islam Society.

Ia menempuh pendidikan tingginya ke Universitas Kairo di Mesir dan menye lesaikan pendidikan filsafat dan psikologinya pada 1967. Ia juga sempat menamatkan pendidikan teologi di universitas yang sama beberapa tahun kemudian.

Oleh Amri Amrullah ed: Nashih Nashrullah

Dari Dakwah Hingga Penengah Konflik

Usai menempuh studi di Negeri Piramida, Mesir, Mahid kembali ke Mindanao dan menikah dengan Khadijah Aleema Ulama. Ilmu agama yang diperoleh sepanjang hayatnya disebarluaskan untuk kemaslahatan. Ia mulai meniti karier sebagai seorang pendakwah dan berdialog mewujudkan perdamaian, baik dengan kelompok Muslim ataupun non-Muslim di Filipina Selatan, seperti terobosannya yang berdialog dengan pemimpin umat Katolik di Provinsi Lanao del Sur. Perlahan, kiprahnya tersebut semakin mendapat sorotan. Namanya melambung sebagai cendekiawan sekaligus "juru damai".

Selama era presiden Joseph Estrada, Guro Mahid M Mutilan diberi ama nah menjabat sebagai anggota pa nel semua pemerintahan Mindanao un tuk menegosiasikan kesepakatan damai dengan Front Pembebasan Islam Moro (MILF).

Perjuangan untuk menjadi penengah konflik tersebut semakin diperkuat melalui jalur partai politik. Ia mendirikan partai politik yang bertujuan mendamaikan pertikaian di kawasan Mindanao.

Setelah mendirikan partai pada 1980, Guro Mahid melakukan kampanye masif untuk membawa ajaran Islam yang damai ke dalam arus utama politik di Mindanao. Ikhtiar tersebut berbuah manis, ketika pada 1988, ia terpilih sebagai wali kota di kota Islam, Misrawi.

Kiprah politiknya ini terus meningkat ketika pada 1992 ia juga terpilih sebagai gubernur di Provinsi Lanao del Sur. Ia menjabat sebagai gubernur selama sem bilan tahun.

Pada 2001 ia terpilih sebagai wakil gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanao (ARMM) bersama- sama Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) pimpinan Dr Parouk Hussin. Ia pun mendapatkan kepercayaan dari Malacanang, Istana Kepresidenan Filipina, untuk menyelesaikan urusan terkait Muslim Moro.

Setelah berbagai upaya perdamaian dan dialog dengan Pemerintah Filipina, masyarakat Mindanao, khususnya Bangsa Moro akhirnya harus kehilangan sosok Guro sa Marawi. Guro Mahid meninggal pada 6 Desember 2007. Cita-cita dan semangat mulianya untuk mewujudkan perdamaian akan tetap abadi.

Oleh Amri Amrullah ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement