Ahad 01 Mar 2015 21:38 WIB

Lomba Kreasi Jilbab Meriahkan Imlek

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Komunitas Tionghoa Muslim di Surabaya punya hajatan unik untuk memeriahkan tahun baru Cina atau Imlek 2566. Bertempat di Masjid Ceng Ho, mereka menggelar lomba kreasi jilbab untuk para mualaf Tionghoa, Kamis (19/2).

Diawali dengan tutorial, para Cici itu diminta menirukan gaya berhijab yang diperagakan oleh tutor. Dalam waktu 15 menit, mereka diharuskan menyelesaikan dandanan tanpa menggunakan bantuan cermin.

Duduk berjajar di kursi menghadap hadirin, perempuan-perempuan bermata sipit itu adu cepat melilit-liukan kain pashmina di kepala mereka. Pemandangan itu menjadi objek gambar dan video menarik bagi para pewarta.

Acara yang disertai bagi-bagi jilbab dan jamuan makan minum tersebut diselenggarakan Komunitas Wirausaha Muslim (KWM). Humas KMW Wirawan Dwi menyampaikan, kegiatan bernapas dakwah tersebut diselenggarakan memanfaatkan momentum Imlek.

Sama seperti Tionghoa lainnya, teman- teman Tionghoa Muslim juga masih punya tradisi berkumpul bersama saudara atau kerabat. "Jadi, kita membuka ruang berkumpul untuk teman-teman Tionghoa Muslim, termasuk mualaf," ujar Wirawan.

Dalam agenda kumpul-kumpul tersebut, menurut Wirawan, diselipkan acara kontes kreasi jilbab. Maksud dari kegiatan tersebut, menurut Wirawan, adalah untuk memberikan dukungan moral bagi para mualaf dan juga Tionghoa Muslim yang belum berhijab. Adalah untuk menunjukkan bahwa para mualaf itu tidak sendirian dan Islam itu tidak tersekat oleh etnis," kata dia.

Fina Farsyia, salah seorang peserta, mengaku cukup kesulitan mengenakan jilbab karena belum terbiasa. "Ini baru pertama kali dan cukup sulit, ya? Ini mungkin menjadi momentum bagi saya untuk memakai hijab," kata perempuan 24 tahun itu.

Lain Fina lain juga Lindwati. Perempuan 49 tahun tersebut mengaku tak kesulitan karena sehari-hari sudah mengenakan hijab. Linda, begitu ia disapa, mengaku mengikuti kontes untuk memberikan motivasi. "Saya diminta panitia, saya ikutan," ujar dia, seraya tersenyum.

Linda menjadi mualaf sejak 1996 ketika berusia 35 tahun.

"Waktu itu, setelah bercerai dengan suami, saya berkenalan dengan Islam merasa mendapat hidayah," kata perempuan berkacamata itu. Oleh Andi Nurroni ed: Nashih Nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement