Ahad 31 Aug 2014 19:05 WIB

PREACHER MOSS AUTOKRITIK Seorang Komedian

Red: operator

Sejak berislam, ia berdakwah lewat lawakan.

Bagi seorang komedian, ditertawakan karena lucu atau satirnya konten komedi yang dibawakan merupakan kehormatan tersendiri, termasuk bagi lawakan para stand up comedy, seperti Preacher Moss. Bukan hanya pengalaman menulis materi bagi para komedian terkenal yang mem buat konten yang dibawakannya berbobot.

Lebih dari itu, masa-masa hidup di jalanan Washington DC dan mengamati pergerakan pemuda Islam black Amerika, seperti Nation of Islam yang digawangi Malcolm X, membuat materi lawakan Preacher lebih berbobot.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dua memori itu memengaruhi bagaimana Preacher belajar tentang kekuatan dan keindahan apa yang ia sebut protest Islam dan regular Islam atau Islam yang lahir dari gerakan Nation of Islam plus kebanggaan kelompok kulit hitam dengan Islam yang dipraktikkan oleh ribuan komunitas imigran generasi pertama.

Sayangnya, Preacher merasakan ada kesenjangan antara pengetahuan ten tang Alquran berikut sunah dan apli kasi keduanya di kalangan umat Islam. Menurutnya, umat Islam pandai membicarakan kultur ratusan tahun silam, tapi belum bisa mempraktikkannya.

"Ada ketidakseimbangan antara pengetahuan dan internalisasi nilai-nilai itu,'' tutur pria yang kini lebih dikenal sebagai stand up comedian (komik) ini seperti dikutip onislam.net.

Di matanya, Muslim masih berkutat di lingkarannya saja dan hidup dengan menumbuhkan nilainya sendiri. Mi sal nya saat seorang Muslim yang menonton penampilan komedinya dan ia mengatakan Preacher melakukan bid'ah karena komedi tak ada pada zaman Rasulullah.

Usai pertunjukan, Preacher sengaja ikut dan naik mobil si pria. Ia me nanyakan jika komedi adalah bid'ah, lalu bagaimana dengan kendaraan yang dikemudikan si pria?

Preacher berupaya mengejar mimpi nya menjadi komedian. Pernah bekerja sebagai penulis bagi aktor dan komedian George Lopez, Damon Wayans, dan Saturday Night Live's Darryl Hammond, Preacher dengan cepat bisa membangun kariernya.

Menjadi Muslim di panggung Holly wood bukan perkara mudah. Preacher sempat mengalami tekanan yang sangat kuat saat ia menolak menyampaikan komedi tentang wanita atau topik lain yang berbau anti-Islam.

Meski ma teri komedinya bagus, meski ia dielu-elukan komedian sekaliber George Lopez dan Darryl Hammond, Preacher tetap me mutuskan meninggalkan Holly wood dan memilih tampil di panggung stand up comedy.

Bersama dua temannya, Preacher lalu membentuk kelompok `Allah Made Me Funny' pada 2004. Diakuinya, ke lom pok ini memang `terusan' dari pro test Islam yang selama ini ia kagumi.

Ia menginginkan Muslim bisa meng ekspresikan dirinya. "Bukan Muslim yang hanya berkutat dan berputar di tempat yang selalu sama,'' ungkap Preacher.

Tekanan Saat membentuk `Allah Made Me Funny', Preacher dan kedua kawannya berkomitmen minimal mereka harus bisa tampil sama baiknya dengan kompetitor mereka lainnya, lebih baik dari itu maka lebih bagus. `'Sehingga setiap kali seorang Muslim mendengarkan kami, mereka akan berkata, `Hey, mereka punya nilai','' kata dia.

Dikenal publik sebagai komedian Muslim ternyata tak menjadi tiket VIP baginya untuk bisa tampil di negara- negara kelahiran Islam, seperti Arab Saudi dan Dubai. Preacher mengaku, apa yang ia tampilkan bersama teman- temannya memang berbeda dari narasi Muslim yang terbentuk di negara-negara tempat Islam bermula.

Itulah yang dihadapi Preacher selama ini. Dikenal publik dengan agamanya dan mencipatakan kanal bagi Islam agar bisa masuk dalam kultur masyarakat tanpa kehilangan nilai yang diyakini. Meski sudah menjadi Muslim selama lebih dari 20 tahun, Preacher mengaku masih terus belajar tentang Islam.

Menjadi Muslim adalah proses perlahan yang dijalani Preacher semasa kehidupannya sebagai mahasiswa jurusan jurnalistik dan film di Marquette University di Wisconsin. `'Selama masa kuliah, mempelajari Islam merupakan perjuangan,'' ungkap suami dari Yasmin Moss ini.

Ia sempat meng alami per gulatan batin, men jadi Muslim atau tetap de ngan kon disinya semula.Namun, semua itu tetap ia ja lani. Ia bela jar Islam da ri berbagai sum ber dan akhirnya me nya ta kan diri menjadi Muslim pada 1988.

Ia lalu menjadi pengajar untuk anak-anak gangguan emosional, di sisi lain, ia juga memulai jalannya menjadi komedian. Perjalanan yang sesungguhnya dimulai setelah ia menjadi Muslim.

Ia mengingat kembali kisah saat ia pertama kali bersyahadat. Saat itu, ada seorang yang menghampirinya dan berkata-kata merendahkan. Pria itu bertanya apakah Preacher seorang Muslim. Preacher berusaha menghindari pria itu.

Namun, pria itu mulai mengejek Nabi Muhammad SAW dan ibunya. Preacher akhirnya memukul pria itu. `'Dia kaget saya memukulnya. Ia bertanya, `Muslim macam apa kamu?' Saya hanya bilang, `Saya masih baru. Belum jadi Muslim yang baik','' ungkap Preacher.

Preacher masih menganggap dirinya belum menjadi Muslim yang baik. Ia berencana pensiun dari dunia komedi beberapa tahun lagi dan fokus pada keluarga serta mendalami Islam. `'Saya ingin belajar bahasa Arab. Banyak buku juga yang ingin saya baca. Ya, meski saat ini saya masih suka mengkritisi Muslim,'' kata dia.  rep:fuji pratiwi  ed: nashih nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement