Ahad 24 Aug 2014 19:35 WIB

Belajar dari Kedermawanan Safanah

Red: operator

Safanah sosok yang kagum terhadap Rasulullah SAW.

Suatu saat, sebuah dialog terjadi antara seorang anak perempuan dan ayahnya. Percakapan ini berlangsung setelah sang anak menghibahkan unta pemberian ayahnya kepada orang lain. "Wahai putriku, bila dua orang yang mulia berkumpul menguasai harta maka niscaya akan cepat habis. Bagaimana bila harta itu saya pegang dan kamu berdiam diri atau kamu yang pegang hingga tak tersisa apa pun?" kata sang ayah.

Dengan penuh santun dan kedewasaan, anak perempuan itu menjawab, "Saya tidak berkenan memegang harta." Ayahandanya menimpali serupa. Keduanya sepakat tidak ingin mendominasi pengelolaan harta. Akhirnya, mereka mufakat untuk mem bagi rata. Semuanya berjalan wajar dan harta mereka dikelola secara proporsional.

Perbincangan itu merupakan penggalan dialog antara Hatim ath- Thai dan putrinya, Safanah. Baik ayah maupun putrinya sama-sama di kenal dermawan dan berhati emas. Mengingatkan pada sebuah pepatah, yaitu buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Perangai anak se dikit banyak akan terpengaruh dengan tabiat dan karakter orang tua. Berapapun kadarnya, kebaikan ataupun keburukan seseorang bisa dari perilaku ayah atau pun ibunya.Ini setidaknya juga terbukti sepanjang sejarah hidup manusia.

Safanah lahir dari keluarga pembe sar suku Thai. Garis keturunannya dikenal dengan keluarga ningrat. Ia memiliki nama lengkap Safanah binti Hatim bin Abdullah bin Sa'ad bin al Hasyraj bin Imri' al-Qais bin Addi bin Akhzam bin Rabiah bin Jarwal bin Tsa'al bin Amar bin al-Ghauts bin Tha' ath-Thai.

Lahir di lingkungan yang berlim pah harta dan kebahagian tak mem buatnya tumbuh sebagai sosok angkuh dan sombong. Ini tak terlepas dari keteladanan yang dicontohkan oleh Hatim. Ayahnya tersebut tersohor dengan kedermawanannya. Namanya bahkan disebut-sebut sebagai ikon filantropi ketika itu. Soal keder mawanan, Hatimlah jagonya. Nasihat soal kebaikan maka Hatim dijadikan sebagai repersentasi. "Akrim min Hatim", berbuatlah kemuliaan lebih baik dari Hatim.

Abu Safanah, demikian sapaan ayahnya yang merujuk pada status putri pertamanya itu, tak dibuat gelap oleh gemerlap dunia. Ia sering menyediakan hidangan baik bagi tamu atau siapa pun membutuhkan meskipun tak jarang kebaikannya itu menomorduakan keluarganya. Selain dikenal baik hati, Abu 'Addi, demikian dijuluki dengan nama anak keduanya Addi, piawi menyusun kata, frase dan bermain kosakata. Ia adalah penyair andal.

Rasulullah SAW mengakui kelu hu ran pekerti Ayah Safanah. Tat kala Safanah men ceritakan pe rihal so sok sang ayah kepada Nabi, Rasul mem berikan komentar luar biasa. "Wahai anak perempuan, semua sifat yang dimi liki ayahmu sejati nya adalah karakter Muk min yang sebenarnya. Seandainya ayahmu Muslim, kita akan sangat menyayanginya. Tinggalkan Safa nah karena ayahnya menyukai pekerti luhur dan Allah SWT juga mencintai hal yang sama." Namun sayang, sampai mengembuskan nafas terakhirnya pada 46 Hijriah, Abu Safanah belum memeluk Islam.

Ia adalah figur panutan. Parasnya cantik dan berkulit putih. Postur tubuh nya tinggi. Gaya bicaranya lugas, fasih, santun, dan komunikatif. Kepercayaan dirinya tinggi dan bangga berbagi derma. Kecintaannya terhadap tanah kelahiran sangat tinggi. Dikisahkan, ia kerap mengawasi delegasi yang hendak pergi ke Madinah, seraya berharap, kelak ia akan kembali ke sana.

Kisah peralihannya sebagai Muslimah kembali pada peristiwa pena wanan Suku Thai. Safanah tampil ke hadapan Rasulullah berdiplomasi agar ia dilepaskan. Ia mengatakan, "Wahai Muhammad, jika engkau me le paskanku maka engkau tidak akan dicaci maki oleh pembesar Arab. Ka rena, aku adalah putri pemimpin kaum.

Ayahku kerap membantu orang yang kesusahan, melindungi kaum lemah, melayani tamu, memberi ma kan orang kelaparan, menyelesaikan masalah, menebar salam, dan tidak pernah menolak siapapun yang meminta ban tuan. Aku putri Hatim ath-Thai."Rasulullah menyuruh agar ia dibebaskan.Nabi memuji ketinggian pekerti ayahnya."Seandainya ia Islam kita amat menyayanginya,"sabda Rasulullah.

Kebaikan hati Rasulullah mengetuk hatinya. Saat rombongan pendeta dari kaumnya datang, Rasul memberi kan Safanah pakaian dan menyerahkan uang bekal. Ia berikrar syahadat lalu kem bali ke Syam. Sesampainya di Syam, ia menghadap saudaranya, Addi.Saudaranya itu, penasaran dan ber tanya-tanya seperti apakah sosok Rasulullah. Safanah menjawab, "Aku melihat demi Allah, kamu harus segera mendatanginya. Jika lelaki ini adalah seorang nabi maka siapa pun yang pertama mendatanginya akan memperoleh keutamaan."

Peristiwa ini merupakan momen terpenting dalam sejarah sukunya.Cerita Safanah tentangan Muhammad, membawa hidayah bagi saudara dan segenap kaumnya. Ialah penyampai hidayah yang dermawan. ed:nashih nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement