Ahad 20 Jul 2014 19:30 WIB

Masjid Raya Bani Umar Masjid Tanpa Kubah, Kebanggan Bintaro

Red: operator

Masjid dengan gaya arsitektur yang tidak biasa pada umumnya terkadang memiliki daya tarik tersendiri bagi umat Islam di kawasan Bintaro, Parigi Baru, Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Salah satu sebabnya, yakni berdirinya masjid dengan gaya arsitektur unik di wilayah itu sejak 2008 lalu.

Kompleks Masjid Raya Bani Umar ini berdiri di atas lahan seluas 1,2 hektare dibangun pada 2007 atas prakarsa Hj Karlinah Umar Wirahadikusumah. Adalah sang suami, almarhum Umar Wirahadikusumah, wakil presiden Indonesia periode 1983-1988, yang berwasiat untuk membangun masjid itu.

Bangunan masjid berdiri di atas lahan se luas kurang lebih 16 ribu meter persegi. Masjid tak berkubah ini dirancang arsitek Fauzan Noe'man yang dikenal dengan karya berbagai desain indahnya, seperti Masjid At-Tin Taman Mini, Jakarta Islamic Center, Al-Markaz Makassar, dan Masjid Raya Batam Center.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Masjid Raya Bani Umar.

Fauzan mengatakan, kubah bukanlah unsur wajib dalam bangunan masjid. "Tidak punya kubah, tapi masjid ini memiliki menara setinggi 50 meter yang diklaim sebagai menara tertinggi di Tangerang," ujarnya ketika peres mian masjid yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu.

Walaupun Masjid Raya Bani Umar tidak berkubah namun tidak mengurangi nuansa spiritual ketika berada di dalamnya.

Kemegahan masjid yang menelan biaya pembangunan Rp 2 miliar ini pun terlihat dari luar ketika jamaah memasuki wilayah masjid. Secara keseluruhan bangunan masjid ini dapat menampung sekitar 1.600 jamaah untuk ruang shalat di lantai dua dan tiga.Bangunan masjid sendiri terdiri atas tiga lantai. Ruang shalat terletak di lantai dua dan tiga masjid.

Menara tertinggi

Bagi jamaah yang berkunjung ke masjid tersebut disajikan halaman yang luas dengan jajaran pepohonan kurma. Menuju ke hadapan masjid, jamaah bisa melihat ornamen kaligrafi ayat Alquran surah at-Tahrim yang besar di dinding marmer sisi kiblat masjid.Di sisi kanan masjid sebuah menara setinggi 59 meter berdiri tegak yang juga tanpa gaya khas menara masjid pada umumnya.

Sedangkan, di samping kiri masjid sebuah kolam air mancur menambah sejuk dan asri halaman masjid. Di bagian tengah, susunan tangga masjid menyambut jamaah menuju ke ruang utama masjid. Memasuki dalam masjid hamparan karpet yang lembut menyambut para jamaah, membuat nyaman beribadah atau hanya sekadar duduk dan menunggu di dalam masjid.

Karpet ini terhampar di lantai tiga masjid yang berfungsi sebagai ruang shalat. Di sisi kiblat ruang utama masjid, ornamen kaligrafi bertuliskan "Allah Subhanahu wa Ta'ala"dan "Muhammad Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam" menghias di atas dinding marmer. Di bagian bawah masjid, berfungsi sebagai ruang aula pertemuan dan serbaguna, minimarket, dan kantor. Di ruangan ini dijual toko buku agama dan lokasi toilet serta tempat berwudhu yang tidak kalah bagusnya. Tempat wudhu lain juga terdapat di bagian luar masjid.

Sirkulasi udara

Berbeda dengan masjid raya lain yang mengandalkan pencahayaan lampu. Suasana ruang shalat di Masjid Raya Bani Umar meng andalkan ventilasi udara dan memberi ruang masuknya cahaya sinar matahari sebanyak- banyaknya. Dengan banyaknya sumber sinar matahari, pada siang hari kondisi cahaya di dalam ruangan masjid terang meski tanpa menghidupkan lampu.

Selain itu, ventilasi udara yang banyak membuat ruangan dalam masjid terasa sejuk.

Sedangkan, di langit-langit masjid tampak lampu-lampu yang didesain unik menggantung dengan indah. Lampu yang menggantung di langit-langit berbentuk lampion khas Arab yang bertuliskan satu Asmaul Husna. Desain lampu ini selaras dengan interior masjid sehingga memunculkan rasa nyaman saat beribadah di dalam berada di dalam masjid.

Fasilitas pendukung

 Masjid Raya Bari Umar memiliki fasilitas yang lengkap sebagai penunjang kegiatan masjid. Selain terdapat ruang aula pertemuan di lantai dasar, berbagai fasilitas lain juga disediakan di area masjid ini. Di antaranya, poliklinik, yang membuka layanan dokter umum dan gigi. Dan, juga layanan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) Masjid Raya Bani Umar. Fasilitas itu dikelola Yayasan Bakti Djayakusumah untuk keperluan ibadah dan sosial kemasyarakatan.

Khusus untuk layanan poliklinik, yayasan membuka layanan khusus untuk kaum dhuafa yang hanya mendaftar dan tidak dipungut biaya. Poliklinik ini juga memiliki beberapa armada ambulans dan layanan jenazah.

Sedangkan layanan ZIS, pihak masjid rutin mengumpulkan zakat, infak, dan sedekah dari jamaah Masjid Raya Bani Umar. Kemudian, pihak masjid menyalurkannya kepada para dhuafa yang membutuhkan.

Masjid itu tak Sekadar Kubah

Substansi masjid, menurut Fauzan Noe'man, sebenarnya bukan pada bentuk kubahnya, melainkan kenyaman an masjid sebagai rumah ibadah umat Islam. "Saya sengaja merancang masjid seperti ini karena ingin keluar dari pakem bahwa masjid itu tak sekadar kubah," ujarnya kepada Republika.Dalam masa era awal Islam pun tidak dijelaskan masjid memiliki bentuk pasti memiliki kubah. Sebab, kubah itu bagian dari gaya arsitektur yang diadopsi dalam pembangunan masjid pada era dinasti Islam.Namun demikian, ia menekankan pada simbol lain sebagai bagian dari identitas masjid.

Seperti, menara yang juga tanpa kubah, tapi memiliki sudut pandang kalimat Allah yang bisa dilihat dari sisi berbeda dan corak geometri yang digunakan di kaca pati serta arabes di pintu dan jendela masjid.Fauzan mengungkapkan, penggunaan corak geometris ini merupakan bagian penting dalam pola arsitektur Islam yang menghindari gambaran makhluk hidup pada setiap bangunan masjid. Sedangkan, pada kaca patri dan kisi arabes tujuannya untuk memudahkan cahaya masuk ke ruang utama masjid.

Dengan demikian, putra arsitek senior spesialis masjid Ahmad Noe'man ini ber usaha merepresentasikan cahaya Allah yang menerangi setiap kegiatan ibadah di dal am masjid ini. "Eksplorasi saya untuk pemak simalan cahaya, saya terinspirasi Alquran yang mengungkapkan, petunjuk Allah seperti cahaya di atas cahaya," katanya.

Selain itu, ia mengungklapkan, hal lain dari desain arsitektur masjid ini, yaitu tidak adanya bangunan tiang di setiap ruang utama masjid.

Tidak adanya tiang ini merupakan upayanya untuk meluaskan pandangan jamaah di ruang utama masjid. Dan, gaya itu pun Fauzan akui memiliki dasar dalil yang kuat, ketika Rasulullah SAW mengimbau agar tetap meluruskan dan merapatkan saf shalat tanpa terputus.Selain itu, desain yang lain terdapat pada model lampu lampion bergaya khas Maroko yang berjumlah 99 sesuai dengan jumlah Asmaul Husna yang ada.

"Kita mencoba agar arsitektur masjid ini tidak hanya sekadar simbol identitas saja, tapi juga ada makna penghayatan di setiap gaya arsitektur yang ada. Jadi, bukan hanya mengikuti pakem gaya masjid yang sudah ada," ujarnya.

Ia pun bersyukur sejak awal Masjid Raya Bani Umar didesain hingga diserahkan ke pihak yayasan tidak ada perubahan desain artitektur sampai akhir tahap pembangunan. Ia yakin desain arsitektur masjid yang ia rancang ini sudah sesuai dengan kaidah dan sarat dengan penghayatan nilai keislaman yang ada.

Penulis: Amri Amrullah

Fotografer: Raisan Al Farisi

Editor: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement