Ahad 06 Jul 2014 18:30 WIB
arsitektur

Masjid Agung Cotabato Simbol Perdamaian di Teluk Moro

Red: operator

Pada perayaan Idul Fitri 2011, ke banggan Muslim Filipina bangkit setelah sengketa antara komunitas Muslim dan Pemerintah Filipina di wilayah selatan. Untuk pertama kalinya Muslim di Cotabato City, Provinsi Maguindanao, masuk dalam wilayah otonomi Muslim Mindanao, memiliki sebuah masjid. Bahkan, landmark masjid raya yang megah di Filipina.

Masjid Agung Cotabato atau dikenal Mas jid Sultan Hasanal Bolkiah menjadi masjid terbesar di Filipina. Masjid ini terlihat apik dari timur laut Teluk Moro dan selatan Bandara Awang, Cotabato City. Pembangunan masjid dimulai pada 2009 setelah kunjungan Yang Mulia Sultan dan Yang Dipertuan Sultan Brunei Darussalam Hasanal Bolkiah ke Ma nila.

Masjid dibangun atas wakaf Sultan Hasanah Bolkiah untuk memperingati 25 tahun hubungan diplomatik antara Brunei dan Fili pina. Masjid Agung Cotabato menelan biaya pembangunan 48 juta dolar AS yang sebagian besar dana tersebut disumbangkan Sultan Hasanal Bolkiah. Kompleks masjid menempati lahan seluas 5.000 meter persegi.

Lahan tersebut disumbangkan mantan anggota legislatif wilayah Maguindanao, Di dagen P Dilangalen. Desain arsitektur Masjid Agung Cotabato dirancang arsitek terkenal Filipina yang berkelas dunia, Felino Palafox Jr. Perencanaan masjid yang mengikuti rencana tata ruang Kota Cotabato, Filipina selatan, membuatnya memiliki posisi strategis dan indah di kawasan Teluk Moro.

Felino Palafox adalah arsitek terkenal dengan desain arsitektur bangunannya yang berkonsep green building. Dan, yang Masjid Agung Cotabato ini untuk pertama kalinya ia terapkan pembangunan masjid berkonsep green building. Walau demikian, desain masjid menerapkan standar baku arsitektur sebuah masjid dengan 14 kubah utama dan empat buah menara masjid.

Arsitektur menara masjid meniru model Masjidil Haram Makkah. Sedangkan, kubah masjid bercatkan kuning emas dengan war na bangunan berlatar warna putih dan pen cahayaan emas. Sebuah air mancur menjadi penghias utama dari halaman depan masjid.

Perpaduan desain arsitektur dan warna membuat masjid ini dianggap mahakarya arsitektur Islam terbaik di Filipina.

Pintu masuk utama masjid di depan wilayah air mancur. Masjid memiliki dua ruang shalat utama, terletak di tengah bangunan dengan dinding jala memisahkannya dari ruang wudhu. Lampu kaca kristal menggantung di ruang utama tempat shalat. Lampu kristal memberikan cahaya yang alami bagi ruang utama shalat, baik laki-laki maupun perempuan.

Hal menarik lainnya dari masjid ini ada lah mihrab dengan menggunakan global positioning system (GPS) modern yang meng arah ke lokasi Makkah. Setiap menara masjid dipasang pengeras suara yang mem perdengarkan suara azan dengan jelas. Masjid menampung 1.200 jamaah dengan kapasitas 800 jamaah laki-laki dan 400 jamaah perempuan.

Direktur Masjid Agung Cotabato Ustaz Norulam Abdullah mengatakan, pembangunan masjid dilakukan berdasarkan perjanjian budaya antara Kesultanan Brunei dan Pemerintah Filipina. Masjid dilengkapi sistem kamera CCTV dan jaringan pemadam api dengan desain arsitektur Islam Filipina dan Asia Tenggara.

Masjid dibangun lebih tinggi, dua meter dari permukaan tanah, posisi masjid menjadi lebih tinggi, dan dapat diakses dari tiga sisi dengan dua tangga depan, empat tangga samping, dan dua landai pejalan kaki. Selain itu, sang arsitek masjid, Palafox, memasukkan konsep lingkungan ke dalam desain, yakni memaksimalkan sinar matahari untuk efi siensi, sehingga bisa mengurangi tagihan listrik, dan membuat biaya pemeliharaan jadi lebih murah.

Masjid Agung Cotabato menjadi daya tarik baru dari Cotabato City. Lokasi masjid di mulut Sungai Tamontaka dekat dengan Bukit Timako membuat masjid ini menjadi paling dicari wisatawan.

Selain menjadi objek wisata religi, Peme rintah Brunei sebagai donatur pembangunan masjid berharap dari masjid inilah bibit per damaian dari persengketaan kelompok Islam dan Pemerintah Filipina terwujud. "Masjid Agung Cotabato atau Masijid Sultan Haji Hassanal Bolkiah merupakan simbol harmoni bersama antara Filipina dan Brunei," kata Duta Besar Brunei untuk Filipina Malai Ha limah Yussof.

Berkat desain arsitektur Masjid Agung Cotabato ini, sang arsitek, Felino Palafox, memenangkan Nobel Perdamaian Gusi 2011 di Manila. Penghargaan ini mengakui individu dan organisasi yang telah memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kemajuan global.

Masjid Harapan Perdamaian di Mindanao

Walaupun persengketaan terjadi di wilayah Filipina Selatan, ada ha rapan baru terciptanya perdamaian.

Dari Masjid Agung Cotabato inilah harapan tercipta.

Masjid berarsitektur Islam Asia Tenggara ini menjadi daya tarik ba ru, bukan hanya bagi bangsa Moro sebagai masyarakat Muslim di Filipina Selatan. Namun, juga bagi rakyat Filipina yang non-Muslim.

Masjid Agung Sultan Hasanal Bolkiah atau Masjid Agung Cotabato di Distrik Tamontaka, Cotabato City, dibuka pada 2011, menarik lebih dari 2.000 pengunjung per tahun. Sekretaris Wali Kota Aniceto Rasalan mengungkapkan, jumlah pengunjung meningkat seiring dijadikannya mas jid bukan hanya tempat ibadah, melain kan juga objek wisata bagi masyarakat Filipina.

Masjid ini, kata Rasalan, menjadi kebang gaan bukan hanya umat Islam di Filipina Selatan, melainkan juga bagi rakyat Filipina non-Muslim. Sebab, masjid itu dianggap sebuah karya arsitektur Islam terbaik di Filipina. "Masjid ini memiliki pemandangan memikat pengunjung, tidak heran bukan ha nya umat Islam yang kagum dan takjub dengan pemandangan masjid ini," kata Ra salan.

Desain arsitektur masjid ini menarik dengan kesederhanaannya, namun mewah dan elegan. Dinding, jendela, menara, dan kubah sempur na saling melengkapi.

Rasalan meng ungkapkan, hadirnya masjid ini membangun suasana harmonis antara umat Islam dan non-Muslim yang sengaja mengunjungi masjid untuk menikmati pemandangannya.

Ini karena bangunan masjid dengan ukuran besar mendominasi lanskap di kawasan tempatnya berdiri dengan latar belakang Bukit Tamontaka di belakangnya dan sungai dengan nama yang sama di bagian depan. Bentangan alam hijau di sekitar nya menjadi taman luas peleng kap keindahannya.

Menyadari kehadirannya me na rik perha t ian banyak orang, pengu rus dan penjaga masjid ini dengan ramah menyambut para pe ngun jung tanpa pengecualian. Artinya, Muslim ataupun non-Muslim bebas menje lajah seantero masjid dan memotret tanpa larangan.

Kehidupan masyarakat Muslim di Cota bato City semakin meriah setelah diresmikan dan pada 2012, Masjid Agung Cotabato aktif menye lenggarakan berbagai kegiatan Ra ma dhan. Dan, berkat hadirnya masjid ini, masyarakat Muslim Cotabato City dan Peme rintah Filipina, khususnya saat Ramadhan, menapaki babak baru. Terutama, setelah Pemerintah Filipina menerbitkan undang- undang baru pada 2013 menyepakati hari libur nasional bagi hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri dan Idul Adha. rep:amri amrullah ed: nashih nashrullah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement