Kamis 28 Jan 2016 11:00 WIB

Studi Dampak Zakat di Sulawesi Selatan dengan Model CIBEST

Red:

Zakat adalah ibadah yang ber sifat multidimensi, dan me miliki dampak positif ter hadap pengu atan hu bung an dengan Allah mau pun penguatan hu bung an dengan sesama manusia. Zakat da pat memiliki pengaruh positif yang be sar terhadap kondisi sosial ekonomi ma syarakat apabila dikelola dengan baik.

Salah satu wilayah yang memiliki potensi zakat yang besar adalah Sulawesi Selatan. Sebagai provinsi yang kental dengan nuansa keislaman, Sulsel berupaya untuk mengoptimalkan potensi za kat yang ada, sehingga memberikan man faat yang lebih besar kepada masya rakat. Penelitian ini mencoba untuk me nguji pengaruh program pemberdayaan zakat produktif, dengan meneliti para mustahik yang dikelola oleh BAZNAS Provinsi Sulsel, BAZNAS Kota Makasar, dan Dompet Dhuafa Sulsel. Program pemberdayaan produktif yang di maksud adalah program pemberda yaan potensi ekonomi mustahik sehingga para mustahik memiliki sumber penghasilan yang berkelanjutan dan mampu memberdayakan diri dan keluarganya pada jangka panjang.

Total responden yang diteliti berjumlah 159 orang, dengan komposisi 69 orang mustahik BAZNAS Kota Makasar, 60 orang mustahik BAZNAS Provinsi Sulsel, dan 30 orang mustahik Dompet Dhuafa Sulsel. Adapun alat analisis yang digunakan adalah model CIBEST. Model CIBEST adalah model yang mengkombinasikan kuadran pemenuhan kebutuhan manusia baik material maupun spiritual (kuadran CIBEST) dan indeks-indeks CIBEST yang terdiri atas indeks kesejahteraan, indeks kemiskinan material, indeks kemiskinan spiritual dan indeks kemiskinan absolut. Indeks-indeks ini disusun oleh Beik dan Arsyianti (2015).

Hasil penelitian

Dari hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan (63,52 persen). Ini menunjukkan bahwa lembaga zakat yang ada di Sulsel lebih banyak menyalurkan za kat untuk program pemberdayaan eko nomi yang melibatkan perempuan. Ma yoritas responden juga telah menikah, dan me miliki pasangan yang lengkap sua mi istri (64,78 persen). Adapun ting kat pendi dikan responden mayoritas adalah SMA (33,96 persen), diikuti SMP (21,38 per sen) dan SD (18,24 persen). Dari sisi tang gungan keluarga, sebanyak 41,51 per sen responden memiliki jumlah tanggungan sebanyak 4-6 orang per keluarga.

Dari sisi kuadran CIBEST, sebagai ma na terlihat pada Gambar 1, jumlah ke luar ga yang berada di kuadran I (se jah tera) atau yang kaya secara material dan spiritual mengalami kenaikan dari 31 keluarga menjadi 98 keluarga dengan adanya pemberian zakat. Sedangkan di kuadran II (kemiskinan material) jumlah ke luarga yang miskin secara material na mun kaya spiritual mengalami penurunan dengan pendistribusian zakat. Artinya kemiskinan material dapat diturunkan.

Hal ini menandakan bahwa keluarga yang sebelumnya berada di kuadran II, telah berpindah ke kuadran I karena efektivitas program pemberdayaan zakat yang dilakukan. Keluarga yang berada di kuadran II telah mengalami pening katan material yang membuat mereka tidak hanya cukup secara spiritual, namun juga cukup secara material.

Penurunan tersebut diikuti dengan tidak adanya keluarga yang berada di kuadran III (kemiskinan spiritual) dan IV (kemiskinan absolut) pasca zakat. Un tuk dua keluarga yang sebelumnya berada di kuadran IV atau yang miskin se cara material dan spiritual, dapat ditransformasikan ke kuadran II, sehingga praktis pasca zakat, sudah tidak ada keluarga yang berada pada kelompok miskin abso lut, yaitu miskin secara materi dan miskin secara ruhani. Mereka rata-rata berpindah ke kuadran II. Dengan kata lain, meski secara materi masih berkekurang an, namun program pendampingan yang dilakukan oleh lembaga zakat mampu membuat perbaikan signifikan pada kondisi spiritual mereka. Pola yang sama juga terjadi pada kuadran III.

Selanjutnya Tabel 1 menunjukkan per ubahan pada nilai indeks-indeks CIBEST. Program pemberdayaan zakat produktif yang dilakukan oleh BAZNAS Sulsel, BAZNAS Kota Makassar dan Dom pet Dhuafa Sulsel mampu menaik kan indeks kesejahteraan (W) mustahik sebe sar 216,13 persen. Peningkatan nilai in deks tersebut memperlihatkan keberhasilan zakat dalam meningkatkan jum lah ke luarga untuk menjadi lebih sejahtera dan lebih baik kondisinya, baik secara spiritual maupun material. Nilai indeks kemiskinan material (Pm) mengalami penurunan dari 0.780 menjadi 0.383 atau turun sebesar 50,81 persen. Adapun nilai indeks kemiskinan spiritual (Ps) dan indeks kemiskinan absolut (Pa) masing-masing dapat diturunkan hingga 100 persen.

Rekomendasi kebijakan

Dari hasil studi ini diketahui bahwa peran zakat sangat signifikan dalam membantu peningkatan kesejahteraan mustahik. Untuk itu, studi ini mere komendasikan sejumlah hal. Pertama, hendaknya pemerintah Sulawesi Selatan lebih pro aktif dalam memberdayakan instrumen zakat dalam pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Pemerintah daerah, baik pemprov maupun pemkot, harus lebih aktif mengkampanyekan ge rakan zakat untuk membangun kesa daran yang lebih kuat untuk menunaik an zakat melalui lembaga resmi.

Kedua, harus ada upaya yang lebih sistematis untuk mengintegrasikan zakat dengan program pengentasan kemiskinan dari pemerintah dae rah. Jangan sampai masing-masing program berjalan sendiri. Tujuan nya agar upaya peningkatan kesejahteraan masya rakat dapat terakselerasi dengan baik.

Ketiga, perlu penguatan terhadap ke lem bagaan zakat yang ada, baik BAZNAS maupun LAZ resmi di Sulawesi Selatan. Dukungan ini diperlukan agar kinerja kelembagaan zakat dapat diting katkan, baik kinerja dari sisi penghimpunan maupun kinerja dari sisi penya lur an. Termasuk di dalamnya adalah penguat an kapasitas SDM agar memiliki soft skill dan hard skill untuk mengembangkan sektor perzakatan. Wallaahu a'lam.

Nety Widyaningsih

Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi Islam UIKA Bogor

Prof Dr KH Didin Hafidhuddin

Guru Besar IPB dan Dekan Pascasarjana UIKA Bogor

Dr Irfan Syauqi Beik

Dosen Prodi Ekonomi Syariah FEM IPB

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement