Jumat 09 Dec 2016 16:00 WIB

Presiden: Islam Damai

Red:
Presiden Joko Widodo bersama mantan Sekjen PBB, Kofi Annan dan Menlu Retno L.P Marsudi berfoto bersama menteri-menteri dan delegasi negara peserta dalam pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Kamis (8/12).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Presiden Joko Widodo bersama mantan Sekjen PBB, Kofi Annan dan Menlu Retno L.P Marsudi berfoto bersama menteri-menteri dan delegasi negara peserta dalam pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Kamis (8/12).

NUSA DUA - Presiden Joko Widodo menegaskan, toleransi menjadi perekat keberagaman. Nilai toleransi dipegang teguh oleh umat beragama di Indonesia yang akhirnya mewujudkan perdamaian di tengah masyarakat.

Indonesia merupakan rumah bagi umat Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. ''Toleransi dan nilai perdamaian dijalankan oleh  seluruh umat beragama di Indonesia,'' kata Presiden saat membuka Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Bali, Kamis (8/12).

Forum ini dihadiri perwakilan 95 negara dan enam organisasi internasional. Tahun ini, BDF mengangkat tema "Agama, Demokrasi, dan Pluralisme". Sejumlah tokoh internasional hadir dalam perhelatan tersebut.

Di antaranya mantan sekjen PBB Kofi Annan, mantan sekjen ASEAN Surin Pitsuwan dan Ouided Bouchamaoui, pemenang Nobel Perdamaian 2015. Menurut Presiden, Indonesia beruntung karena memiliki sejarah kemajemukan sangat panjang.

Negeri ini adalah rumah bagi 1.300 etnik. Sebanyak 85 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia adalah Muslim. Islam yang dianut mayoritas penduduk Indonesia, masuk pada abad ke-7 dengan cara damai.

''Nilai mengenai perdamaian inilah yang sampai saat ini terus dipegang umat Islam di Indonesia,'' kata Presiden menegaskan. Ia mendapatkan laporan, delegasi akan mengunjungi Pondok Pesantren Bali Bina Insani di Tabanan.

''Anda dapat bayangkan, tanpa toleransi bagaimana mungkin sebuah pesantren dapat hidup dengan aman dan nyaman di tengah masyarakat yang mayoritas Hindu,'' ujar Presiden. Ini semua mendorong sinergi alamiah antaraagama, toleransi, dan demokrasi di Indonesia.

Presiden juga menyebut, aksi massa 212 yang dilanjutkan shalat Jumat di Monas dapat menjadi salah satu bukti kedamaian Islam. Dalam sejarahnya, menurut dia, rakyat Indonesia dengan gigih terus memperjuangkan demokrasi.

Sebab, dalam demokrasi, setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama, check and balance akan bekerja. Rakyat Indonesia berkeyakinan, melalui demokrasi maka Indonesia akan menjadi lebih baik.

Demokrasi, menurut Presiden,  juga dimaknai sebagai proses untuk terus belajar dan menimba pengalaman negara lain dalam berdemokrasi.

Karena itu, Indonesia memiliki komitmen tinggi menjadikan BDF menjadi forum yang nyaman bagi setiap negara untuk berbagi mengenai pengalaman, tantangan, dan mengembangkan kerja sama untuk saling membantu dalam berdemokrasi.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, Islam dan demokrasi di Indonesia menjadi aset dunia. Hal ini menepis pandangan banyak negara dan penduduk dunia yang menyebut keduanya tak bisa berjalan beriringan.

"Demokrasi dan Islam di Indonesia menjadi aset pluralisme dunia," kata Retno. Bahkan, banyak negara sering membahas Islam dan demokrasi di Indonesia di berbagai forum. Keduanya menciptakan situasi nyaman karena setiap orang bisa menyampaikan pendapat dengan leluasa.

Mantan sekjen PBB, Kofi Annan mengatakan, dirinya percaya agama, demokrasi, dan pluralisme tidak saling menghalangi satu sama lain. Agama pada faktanya menggiring kemajuan dalam kehidupan sosial dan bernegara, bahkan di negara sekuler sekalipun.

"Agama tidak mengajarkan membunuh sesama. Agama adalah bagian dari pluralisme," kata Annan. Semboyan Indonesia "Bhinneka Tunggal Ika', dia menjelaskan, menjadi contoh bagi banyak negara. Budaya Bali juga contoh unik di mana perbedaan bisa berjalan damai di sebuah negara.    rep: Mutia Ramadhani/antara, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement