Kamis 08 Dec 2016 17:00 WIB

Obama Titip Pesan Terakhir

Red:

TAMPA - Presiden AS Barack Obama menitipkan pesan terakhir terkait keamanan nasional AS. Ia menyampaikannya dalam  pidato terakhir di Pangkalan Udara MacDill, Tampa, Florida, Selasa (6/12)  malam, sebelum meletakkan jabatan pada 20 Januari 2017.

Obama mengingatkan kembali apa yang telah ia lakukan selama delapan tahun menjabat. Di dengarkan ratusan prajurit, ia menyatakan, dalam memerangi terrorisme seharusnya tak mengorbankan hak-hak sipil. Hindari, kata dia, pengerahan pasukan secara besar-besaran.

''Kita perlu bijaksana. Memegang nilai dan menegakkan aturan hukum bukanlah kelemahan. Dalam jangka panjang, justru itulah yang menjadi kekuatan kita,'' kata Obama. Ia melarang interogasi ekstrem ala CIA terhadap tersangka teroris sejak ia masuk Gedung Putih.

''Kami melarang penyiksaan di mana pun dan kapan pun, termasuk waterboarding,'' ujar Obama. Meski demikian, ia menyesal tak mampu memenuhi janjinya menutup fasilitas penahanan tersangka teroris di Guantanamo, Kuba.

Kongres menolak penutupan Guantanamo, padahal Obama menyebut Guantanamo sebagai sebuah noda. AS membuang uang ratusan juta dolar AS untuk operasional penjara yang hanya berisi kurang dari 60 tahanan.

Amerika, ujar Obama, harus menerapkan nilai-nilai dasarnya dengan menghormati hak-hak Muslim dan mengadili para pelaku teror di pengadilan sipil. Ia juga mengungkapkan, ekstremisme akan tetap ada dalam beberapa tahun mendatang.

Obama menarik sebagian besar pasukan AS dari Irak dan Afghanistan. Di kedua negara itu, kini hanya ada 15 ribu personel, berkurang drastis dari sebelumnya yang mencapai 180 ribu personel. AS juga menarik sejumlah penasihat militernya dari Suriah.

Sebagai gantinya, AS membangun jaringan kemitraan di setiap negara dalam mengatasi terorisme. Ia mengklaim, cara itu efektif dalam menangani Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Obama menambahkan, diplomasi seharusnya selalu menjadi kunci penyelesaian masalah.

Meski membutuhkan waktu lama, Obama menyatakan, diplomasi dibutuhkan dalam menuntaskan konflik di Yaman, Suriah, isu nuklir Iran hingga Palestina-Israel. ''Coba bayangkan, selama delapan tahun tak ada satu tembakan pun yang terdengar.''

Selama ini, Trump mengkritik langkah pemerintahan Obama dalam memerangi terorisme yang dianggap lemah. Obama, kata dia, justru menjadi pemicu tumbuhnya kelompok militan berbahaya seperti ISIS yang hingga sekarang belum bisa diatasi.

Secara terpisah, Trump berencana menerapkan kebijakan militer baru. Ia mengatakan hendak menghindari segala bentuk intervensi dalam konflik yang terjadi di luar negeri untuk kemudian berfokus pada penumpasan terorisme.

"Kami akan berhenti menggulingkan rezim asing. Sudah seharusnya berfokus pada sesuatu yang diketahui, seperti untuk mengalahkan terorisme," ujar Trump.

Miliarder itu menjelaskan, AS memang sebaiknya tidak terlibat dalam konflik asing. Namun, upaya dalam hal menumpas terorisme seperti ISIS tetap harus dikomandoi AS.

Sesuai dengan perkataannya selama kampanye, Trump menilai intervensi AS dalam perang Irak adalah sesuatu yang tidak tepat dilakukan. Ia mengatakan tak ingin negaranya "berinvestasi" dalam peperangan yang menghabiskan begitu banyak uang. "Jauh lebih baik menghabiskan uang untuk membangun segala sesuatu yang ada di Amerika, seperti membuat jembatan dan bandara baru, misalnya," jelas Trump.

Meski demikian, Trump berjanji akan membangun pertahanan militer AS yang kuat. Ia mengatakan ingin meningkatkan pengeluaran negara untuk keperluan militer dengan terlebih dahulu meminta persetujuan kongres.

Selama ini, ia menilai militer AS banyak berada di wilayah-wilayah konflik, seperti Irak dan Suriah, dan turut melancarkan agresi. Namun, Trump ingin militer tidak terlibat dalam tindakan itu meski nantinya tetap dikerahkan.

"Kami akan menempatkan militer di wilayah asing bukan sebagai tindakan agresi, tetapi pencegahan. Ini adalah upaya mencari perdamaian melalui kekuatan," kata Trump.       rep: Puti Almas/ap/reuters, ed: Ferry Kisihandi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement