Selasa 06 Dec 2016 13:00 WIB

Netanyahu Ingin Bahas Nuklir Iran dengan Trump

Red:

YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengangkat isu kesepakatan nuklir dalam diskusi dengan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Selama kampanye AS, Trump menyebut pakta nuklir AS dengan Iran sebagai bencana.

"Itu adalah kesepakatan damai terburuk yang pernah dinegosiasikan," kata dia, tahun lalu. Meski demikian, ia mengakui, kesepakatan itu akan sulit diganggu.

Menurut Netanyahu, Israel berkomitmen mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir dan itu tidak akan pernah berubah. "Saya akan berbicara dengan presiden terpilih Trump soal apa yang harus dilakukan dengan kesepakatan buruk ini," kata Netanyahu.

Ia mengutarakan hal itu pada Saban Forum, sebuah konferensi tentang Timur Tengah yang digelar di Washington. Pernyataan Netanyahu dihantarkan satelit dari Yerusalem.

Netanyahu telah menjadi pengkritik keras kesepakatan yang berhasil dicapai Presiden AS Barack Obama tersebut. Meski demikian, ia tidak lagi menyerang Obama setelah AS-Israel membahas soal paket bantuan senilai 38 miliar dolar AS untuk Israel.

Kesepatan nuklir AS-Iran bertujuan mengendalikan pengembangan nuklir Iran. AS yakin negara tersebut berencana membuat senjata nuklir. Sebagai balasan, AS mengangkat sebagian besar sanksi melawan Iran.

"Masalahnya bukan Iran akan melanggar aturan, tetapi Iran akan menjaganya karena satu dekade kemudian mereka bisa bebas," kata Netanyahu. Ia yakin itu bisa membuat Iran menyimpan bahan yang diperlukan untuk tetap membuat senjata nuklir.

Namun, di Washington, Menteri Luar Negeri John Kerry membela kesepakatan dengan Iran. Menurut dia, kemampuan pengawasan internasional bisa mendeteksi peningkatan dalam program nuklir Iran.

Lebih lanjut Kerry dan Netanyahu bersitegang soal konstruksi permukiman Israel. Kerry menyebutnya sebagai penghambat perdamaian. Ia mendesak Israel untuk menghentikan permukiman di tanah Tepi Barat.

Ia juga menolak ide bahwa Israel ada kemungkinan berdamai dengan negara Arab lainnya yang memiliki kekhawatiran yang sama tentang Iran. "Tidak, tidak, dan tidak. Tidak akan ada perdamaian terpisah dengan negara Arab tanpa proses damai dengan Palestina," kata Kerry. rep: Lida Puspaningtyas reuters ed: Yeyen Rostiyani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement